Ilmu adablah yang menjelaskan kenapa santri selalu berbicara lemah lembut, menunduk, dan mencium tamgan guru. meski mereka sudah almuni.
Usai menonton potongan video perdebatan wakil rakyat yang terhormat dari PDI Perjuangan, Arteria Dahlan (44 tahun) dengan sosok tokoh bangsa Prof Dr Emil Salim (89 tahun), di takkshow Mata Najwa, sebagai "bekas" santri saya menulis ini;
Adab atau Akhlak ialah pengetahuan utama dan pertama di pesantren-pesantren tua di Nusantara. Ini diajarkan turun temurun kepada santrinya.
Bukan tulisan atau kata, adab langsung diamalkan; sepanjang masa menuntut ilmu.
Adab inilah yang membentuk "Peradaban" santri dan pesantrennya.
Ilmu ini senantiasa diajarkan di hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan awal dan tahun pertama mondok.
Inilah kurikulum wajib sekalgus khas di pesantren. Terlihat "kampungan" karena diajarkan dengan sarungan, tak modern-modern amat amat, tapi saya bangga.
Para Kiai, tuan guru, atau gurutta, meyakini "kalaulah santri tak banyak mendapat ilmu bahasa, hukum, tauhid, atau ilmu aqliah lain, setidaknya kelak dia akan bermanfaat di rumah dan kampungnya.
Meski tak selalu benar dan perailakunya cenderung tak masuk akal, namun dengan sedikit adab kepada kedua orangtua, orang tua, atau orang yang lebih tua di kampung, si santri akan dapat predikat "Baik".
"Kita lebih membutuhkan sedikit Adab dibandingka. Ilmu yang Banyak." denikian ungkapan ulama sufi, Abdullah bin Mubarak.
Ada banyak jenis kitab ahlaj yang wahib kami miliki; Akhlaq li-al Banat (karya Umar bin Ahmad Barja) ada Irsyad al-‘Ibad (karya Zain al-Din al-Malibari), juga kitab Nashaih al-‘Ibad karya ulama asal Indonesia, Syekh Nawawi al-Bantani, dan paling popoler karya As Azarnuji dan Kiai Hasyim Asyarii, Adabul Alim wa al-Mutaallim.
Selain diajarkan di kelas, adab ini ditularkan di majelis-mejelis ilmu informil; di masjid, atau rumah kiai. Santri duduk bersila di lantai. guru duduk di mimbar yang lebih tinggi. Itulah "pasal" pertama dari ilmu adabul alim wal mutaallim, (etika belajar dan mengajar).
Adab tak memperjuangkan dan mengajarkan kebenaran, melainkan menunjukkan teladan perilaku baik, santun, dan hormat kepada guru dan keluarganya, kakak kelas, dan warga sekitar pondok.
Ilmu adablah yang menjelaskan kenapa santri selalu berbicara lemah lembut, menunduk, dan mencium tamgan guru. meski mereka sudah almuni.
Saya lantas menelisik latar pendidikan Arteri Dahlan dan akhirnya saya bersyukur pernah belajar ilmu akhlak di pesantren.
Wallahu a'lam... dan selamat menanti Hari Santri 22 Oktober 2019
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews