Mutasi genetika dapat menyebabkan bayi yang lahir cacat sejak lahir, mulai dari IQ rendah, keterbelakangan pertumbuhan tulang, otak, jantung, hati, dan imun yang lemah.
Saya penasaran tentang "Syndrome Mirror" ini, dan mencoba menelusuri penyebab utama sindrom ini. Saya bukan orang yang punya latar belakang pendidikan medis, tapi saya sangat suka membaca jurnal-jurnal dan hasil-hasil penelitian dunia kesehatan. Berikut saya sampaikan beberapa bacan hasil temuan saya untuk menjadi bahan masukan.
Terus terang, saya juga tidak pernah percaya akan segala sesuatu cuma kebetulan saja terjadi. Dan setelah saya lakukan pencarian tentang syndrome mirror ini, saya menemukan informasi lain tentang syndrome mirror, lebih dari apa yang Kompas tulis.
Salah satu temuan saya adalah bahwa mirror syndrome di masa kehamilan dapat terjadi karena DNA ibu hamil mengalami mutasi genetika. Sehingga bayi yang tidak berkembang normal, dan akhirnya mati karena serangan jantung sejak dari dalam kandungan.
Apalagi kalau dipicu dengan virus atau bakteri yang membuat ibu mengalami infeksi. Mau infeksi apapun. Tetapi infeksi kandung kemih memang berakibat fatal pada bayi yang lemah ini.
Bagaimana seorang ibu dapat mengalami mutasi genetika ketika hamil? Dari hasil penelusuran saya, diketahui bahwa rfid chip yang ditanam di rahim perempuan oleh intel-intel jahat dapat menyebabkan terjadinya mutasi genetika di DNA ibu hamil tersebut.
Selama hamil ibu tersebut di setrum terus menerus dengan gelombang frekuensi tertentu rahimnya, dan bayinya menjadi lemah, mutasi genetika terjadi dan bayi tidak tumbuh normal bahkan mati sebelum lahir.
Semoga di Indonesia tidak ada intel2 jahat yang mengoperasikan penanaman chip rfid di rahim perempuan demi percobaan hidup pada ibu-ibu hamil Indonesia.
Mutasi genetika dapat menyebabkan bayi yang lahir cacat sejak lahir, mulai dari IQ rendah, keterbelakangan pertumbuhan tulang, otak, jantung, hati, dan imun yang lemah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews