Ada banyak orang di sekitar kita yang begitu ringan tangan memukul dan menganiaya orang lain. Orang-orang ini patut dikarangkeng.
Beberapa tahun lalu, seorang pejabat dari Bangka Belitung murka di atas pesawat Sriwijaya Air, hanya gara-gara diminta mematikan telepon genggamnya menjelang pesawat lepas landas di Bandara Soekarno-Hatta. Ia tersinggung ditegur dua kali oleh pramugari. Saat pesawat mendarat di Pangkalpinang, sang pejabat melampiaskan kemarahannya: ia memukul kepala sang pramugari dengan gulungan majalah. Pramugari menghindar, tapi dikejar, didorong, lalu dipukul sekali lagi.
Pemukulan oleh kemarahan sesaat ini, kepongahan sebagai pejabat, dan pandangan yang sempit, akhirnya berbuntut panjang.
Sang pramugari melapor ke kantor polisi di bandara. Si pejabat ditahan, jabatannya juga melayanh. Pramugari menolak penyelesaian secara kekeluargaan. Kasus ini bergulir sampai ke pengadilan. Si (bekas) pejabat pun dihukum lima bulan penjara.
Beberapa bulan lalu, orang kaya dan terkenal, Putra Siregar, bersama seorang artis sinetron, juga memukuli seorang anak muda yang tak dikenalnya di sebuah kafe, hanya karena soal sepele: cewek yang datang bersamanya berpindah ke meja korban dan terlihat akrab. Entah apa isi percakapan mereka saat itu, Putra Siregar dan artis entah siapa ini, memukuli si anak muda yang ternyata anak seorang jenderal.
Emosi sesaat, kepongahan sebagai orang kaya, dan pandangan yang sempit si pemilik PS Store ini juga berbuah panjang. Belakangan, PS ogah meminta maaf, bahkan saya dengar malah menantang keluarga korbannya. Mungkin ia merasa punya jaringan juga di kekuasaan.
Putra Siregar dan si artis entah siapa ini akhirnya menuai ulahnya. Ia masuk tahanan sampai sekarang. Ia sedang menanti kasus ini sampai ke pengadilan.
Peristiwa ini baru mereda dari pemberitaan, ketika muncul lagi satu kasus yang mirip.
Seorang pengemudi mobil berpelat nomor pejabat RFH, memukul membabi buta seorang pemuda di pinggir jalan tol dalam kota Jakarta gara-gara serempetan mobil. Pemukul bernama Faisal Marasabessy, putra seorang ketua ormas, yang mengemudikan Nissan XTrail tua bernomor sakti itu. Korbannya yang babak belur, Justin Fredrick, ternyata anak seorang anggota DPR dari partai berkuasa.
Urusan emosi sesaat yang berujung penganiayaan berat ini akhirnya berbuntut panjang. Korban ogah berdamai, pelaku juga masih terlihat jumawa, bahkan saat kini ia dalam tahanan polisi. Saya menduga, kasus ini pun akan bergulir sampai ke pengadilan.
Begitulah. Ada banyak contoh, pelajaran, juga perkara yang sudah terjadi bahwa kemarahan sesaat, kepongahan sebagai orang besar, dan pandangan yang sempit bisa berbuntut panjang karena tak bisa menahan diri.
Ada banyak orang di sekitar kita yang begitu ringan tangan memukul dan menganiaya orang lain. Orang-orang ini patut dikarangkeng. Mereka tak pantas berkeliaran dan mengancam kehidupan orang lain.
Semua peristiwa ini membawa satu pesan kuat: jangan terlalu mudah memukuli orang lain.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews