Minyak Goreng dan Intelijen Bertawaf

Apakah power Mendag kurang kuat melawan mafia? Apakah meminta tolong Kapolri berarti kasusnya tidak sederhana, begitu?

Jumat, 18 Maret 2022 | 08:07 WIB
0
362
Minyak Goreng dan Intelijen Bertawaf
Saya dan buku yang saya tulis (Foto: dok. Pribadi)

Banyak yang heran dengan kelangkaan minyak goreng. Ada apa ini?

Kita mulai jelas setelah Menteri Perdagangan menjelaskan adanya ulah mafia.

Pernah juga terjadi kasus kelangkaan seperti bawang putih dan gula. Masalah tersebut sepertinya sederhana, tetapi persoalannya menyangkut intelijen strategis komponen ekonomi.

Kelangkaan komoditas itu mengganggu kehidupan rakyat, dan lebih jauh akan menjatuhkan citra pemerintah. Nah, apa kaitannya dengan intelijen bertawaf? 

Pada tahun 2009, buku saya pertama berjudul Intelijen Bertawaf yang membahas kasus terorisme diterbitkan oleh PT. Grasindo dan menjadi koleksi di Perpustakaan UI, perpustakaan Nasional dan juga Australian National Library.

Saya pernah menjelaskan pemahaman tentang intelijen bertawaf pada artikel di website pribadi yaitu hubungan antara tawaf dan Intelijen. Kenapa intelijen harus bertawaf?

Kita tahu bahwa tawaf adalah bagian dari rangkaian ibadah Haji/Umrah dari umat muslim di Masjidil Haram, yaitu kegiatan wajib mengitari Kabah. Tawaf adalah kodrat Ilahi, dimana tidak hanya muslim saja, alam semestapun pada dasarnya juga bertawaf. Bulan bergerak mengelilingi bumi, bumi mengelilingi matahari. Matahari sebagai bagian salah satu Bimasakti mengelilingi induknya. Bimasakti juga bergerak. 

Jadi hakikat tawaf adalah "gerak." Yang patut diingat, gerak dalam hakikat tawaf adalah gerakan yang teratur dan terstruktur. Baik itu gerakan yang sudah menjadi ketentuan Tuhan, seperti gerakan jagat raya tadi.

Di sisi lain ada pula katagori gerakan, di mana Tuhan memberi manusia keleluasaan untuk menentukan polanya. Konsekuensi logisnya, ya harus ditanggung sendiri oleh si manusia itu. 

Dalam kegiatan intelijen, jaringan atau 'indra' merupakan salah satu elemen strategis yang harus terkoordinasi hingga menghasilkan manfaat yang optimal, di mana pola-polanya harus juga bertawaf. Untuk menjaga dan memberi rasa aman dan nyaman ke masyarakat, intelijen bahkan harus lebih pro-aktif bertawaf.

Ini berarti intelijen harus terus bergerak secara teratur dan terstruktur untuk memberi petunjuk kepada user dalam pengambilan keputusan.

Kasus minyak goreng itu bagian yang perlu diwaspadai intelijen, arahnya kemana? Buktinya presiden Jokowi sampai memimpin rapat terbatas soal tersebut.

Atau apakah Memperdag powernya kurang melawan mafia?Meminta tolong Kapolri. Berarti kasusnya tidak sederhana. Apakah begitu?

Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen