Pemerintah tengah merancang strategi penanganan Covid-19 akan berubah status, dari pandemi menjadi endemi. Meskipun begitu, masyarakat tidak usah takut karena akan terproteksi, dengan syarat sudah divaksin dan mematuhi protokol kesehatan.
Kapan pandemi akan berakhir? Ini adalah pertanyaan yang ada di benak banyak orang. Kita sudah lebih dari setahun dicengkram ketakutan akan corona dan mulai ada yang stress berat dan takut untuk keluar rumah. Penyebabnya karena mereka terjangkit cabin fever alias terlalu sering berada di dalam ruangan.
Pandemi bisa berakhir dengan syarat 75% masyarakat di suatu daerah sudah divaksin, sehingga memiliki herd immunity dan tidak ada lagi penularan corona. Namun WHO menyatakan bahwa pandemi bisa saja menjadi endemi, mengingat virus Covid-19 terus bermutasi dan penularannya makin cepat. Endemi adalah keadaan di mana terjadi penularan penyakit tetapi terbatas di suatu wilayah.
Pemerintah Indonesia sudah mengantisipasi jika pandemi Covid-19 berubah menjadi endemi. Guru Besar Kesehatan Masyarakat UI Hasbullah Thabrany menyatakan bahwa di manapun di dunia, pandemi akan berubah menjadi endemi, tinggal menunggu pengumuman resmi dari WHO. Namun masyarakat tidak usah jadi paranoid karena ada kunci untuk selamat dari situasi ini.
Memang sebagai masyarakat sipil tidak usah takut lalu menjadi tertekan secara psikologis. Keadaan endemi tidak semengerikan yang dibayangkan orang awam, karena sebenarnya kita sudah familiar dengan penyakit saat endemi, seperti malaria dan demam berdarah. Penyakitnya relatif bisa terkendali dan pasiennya bisa lekas sehat.
Pemerintah sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi endemi Covid di Indonesia dan langkah ini sangat tepat. Hal ini dungkapkan oleh Piter Abdullah, ekonom Center of Reform on Economics. Menurutnya, strategi-strategi itu bisa mengendalikan corona tetapi aktivitas ekonomi masih terjaga. Dalam artian, bidang kesehatan tidak akan ‘bertarung’ dengan ekonomi, karena keduanya saling berkaitan dan saling dukung.
Strategi pemerintah yang pertama untuk menghadapi endemi Covid adalah dengan menggencarkan protokol kesehatan. Tak jemu-jemu kita diingatkan untuk selalu pakai masker, bahkan masker ganda dan selalu cuci tangan. Menjaga jarak juga menjadi sebuah kewajiban, karena corona varian delta bisa menular hanya dengan berpapasan dengan OTG.
Jangan lupa pula poin lain dalam protokol kesehatan seperti menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, mengganti baju, menjaga imunitas dan kesehatan tubuh. Serta menjaga daya tahan pribadi, meningkatkan kebersihan lingkungan, dan menjaga sirkulasi udara. Protokol kesehatan yang dipakai adalah versi palign mutakhiralias 10M, bukan hanya 3M.
Selain prokes, vaksinasi juga digencarkan agar membentuk herd immunity. Vaksinasi makin digencarkan karena target juga dinaikkan, menjadi 2 juta suntikan per hari. Caranya adalah dengan memperbanyak vaksinasi massal dan melakukan vaksinasi door to door, sehingga makin banyak warga yang sudah diinjeksi.
PPKM juga bisa dilanjutkan walau aturannya tidak lagi diperketat. Sebenarnya yang paling penting adalah pembatasan mobilitas masyarakat karena terbukti ampuh dalam menurunkan kasus corona di Indonesia. Masyarakat juga mulai terbiasa dengan berbagai aturan saat PPKM.
Situasi pandemi bisa berubah jadi endemi dan diprekdisikan akan terjadi tahun depan. Semoga tahun 2022 target vaksinasi nasional tercapai 100% sehingga kita bisa melaluinya dengan selamat. Jangan takut akan corona karena jika disiplin dalam menerapkan prokes dan sudah divaksin, akan baik-baik saja.
Endemi bukanlah suatu film horor episode berikutnya setelah pandemi, karena situasi ini bisa sangat dikendalikan. Tentu dengan berbagai syarat seperti vaksinasi, pemberlakuan PPKM, dan kedisiplinan dalam menaati protokol kesehatan. Pemerintah sudah mengantisipasi endemi dan masyarakat akan menuruti berbagai aturannya. (Putri Fitria)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews