Hanya satu kalimat saja yakni:"Still humble" Bila merasa diri sukses dan pintar,ya bersyukurlah,tapi tetaplah rendah hati.Contohlah ilmu padi,semakin berisi semakin merunduk.
Jangan Sampai Menyebabkan Diri Kita Melonjak
Kalau mau berbicara sejujurnya,siapa yang tidak senang mendapatkan puji pujian? Bahkan diri saya sebagai orang yang dibilang :"sudah sepuh" sejujurnya ,saya lebih senang mendapatkan pujian,ketimbang dimarahin atau diomelin. Bahkan kritikan sehalus jarum penjahit yang berbunyi:"Too good to be true " sempat membuat saya melakukan kontemplasi,untuk merenungkan,apakah ada yang salah dalam tulisan saya?
Nah,banjir sanjungan,secara tanpa sadar berpotensi menyebabkan orang menjadi mabuk dan lupa diri. Kalau biasanya berjalan dengan hati hati,agar tidak terperosok ,tapi sejak mendapatkan banjir kiriman pujian lewat komentar dan tulisan,membuat saya mabuk. Lubang hidung saya mendadak naik keatas dan saya mulai berjalan dengan kepala mendongak. Akibatnya dapat menyebabkan kaki saya terperosok kedalam lubang dan baru sadar setelah merasakan sakitnya, terperosok .
Karena itu setiap kali saya mendapatkan sanjungan,saya selalu ingatkan diri,agar tetaplah humble. Seperti yang pernah saya tulis:"Diatas langit ,masih ada langit"
Akibat Mabuk Sanjungan Tanpa Sadar Tulisan Kita Bernada Menggurui Orang
Kalau saya ikutan mabuk pujian dan merasa diri orang yang:
paling hebat
paling berpengalaman
paling arif dan bijak
paling tahu bersyukur
paling setia pada isteri
paling berjiwa nasional
paling pemaaf
paling kaya
paling ngetop
dan seterusnya
Maka secara tanpa sadar, baik dalam tulisan saya ,maupun dalam pembicaraan verbal,kata kata yang keluar adalah bersifat menggurui.misalnya:
Hai kalian kalian kaum mileneal.contohlah saya
saya paling kaya pengalaman
paling berhasil
kalian apaan tuh
sayalah contoh cinta paling sejati di dunia akhirat
paling arif dan bijak sana
Bila saya lakukan hal ini sesekali,mungkin orang maklum.kalau orang sudah tua itu biasalah :"nyinyir" sok paling arif. Tapi kalau sudah keseringan maka orang akan menghindar dari tulisan kita, Tak kalahnya dengan orang menghindari Covid 19.karena muak mendengarkan kotbah dari diri kita yang merasa diri paling hebat sejagat raya.
Nah, untuk menghindari jangan sampai tulisan kita menjadi penyebab orang mual mual ,maka lakukanlan kontemplasi diri. Bahwa semua sanjungan yang diterima tak lebih hanyalah sebuah ungkapan apresiasi bahwa diri saya adalah sosok orang tua yang patut dihargai. Bukan lantaran sosok paling bijaksana sealam semesta.Tetaplah membumi ,jangan langsung melonjak .Kalau memang diri paling hebat,mengapa nama kita tidak ada dalam sejarah?
Hanya satu kalimat saja yakni:"Still humble" Bila merasa diri sukses dan pintar,ya bersyukurlah,tapi tetaplah rendah hati.Contohlah ilmu padi,semakin berisi semakin merunduk
Hanya sebuah renungan pagi,untuk saling mengingatkan: "Jangan sombong"
Tjiptadinata Effendi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews