Menjawab Pertanyaan tentang Risiko Akibat Turunnya Tingkat Fertilitas

Semua mungkin terjadi, tetapi hal yang bisa dilakukan sekarang ini adalah membuat perkiraan untuk bisa menjawab pertanyaan tentang risiko akibat turunnya tingkat fertilitas.

Rabu, 22 Juli 2020 | 07:50 WIB
0
279
Menjawab Pertanyaan tentang Risiko Akibat Turunnya Tingkat Fertilitas
Ilustrasi (Pixabay.com)

Penelitian yang dilakukan oleh University of Washington menemukan bahwa tingkat fertilitas (kesuburan) manusia di dunia mengalami penurunan. Bagaimana risikonya? Bagaimana menjawab pertanyaan tentang risiko akibat turunnya tingkat fertilitas?

University of Washington’s Health Metrics and Evaluation melakukan penelitian tentang fertilitas dan menemukan bahwa telah terjadi penurunan tingkat fertilitas dunia. Jika pada tahun 1950 setiap perempuan dunia melahirkan sekitar 4,7 anak (tingkat fertilitas) seumur hidupnya. Maka di tahun 2017 tingkat fertilitas dunia hanyalah sebesar 2,4 dan diproyeksikan akan turun ke 1,7 pada tahun 2100.

Penelitian ini dipublikasikan di The Lancet.

Sebagai akibatnya peneliti memperkirakan populasi dunia akan mencapai puncak pada tahun 2064 dengan jumlah 9,7 miliar manusia. Sebelum turun ke 8,8 miliar pada akhir abad ini atau tahun 2100.

Mengapa Tingkat Fertilitas Menurun?

Turunnya tingkat fertilitas ternyata tak berhubungan dengan masalah biologis, sebagai contoh jumlah sperma yang menurun.

Hal ini terjadi karena meningkatnya tingkat pendidikan perempuan, jumlah perempuan bekerja, akses ke alat kontrasepsi. Sehingga membuat perempuan memilih untuk memiliki anak yang lebih sedikit dibanding masa sebelumnya.

Negara Mana yang Terdampak?

Jepang yang sekarang ini sudah mulai mengalami masalah akibat banyaknya orang berusia lanjut. Akan mengalami penurunan populasi dari sekitar 128 juta pada tahun 2017 menjadi sekitar 53 juta di tahun 2100.

Ada sekitar 23 negara yang akan terdampak termasuk di dalamnya, Italia, Spanyol, Portugal, Thailand dan Korea Selatan. Mengalami penurunan populasi yang bisa melebihi 50 persen dari puncak populasi mereka.

Populasi China diperkirakan bisa turun ke sekitar 732 juta dari puncak 1,4 miliar. Posisi China sebagai negara dengan penduduk terbanyak akan digantikan oleh India.

Mengapa Turunnya Tingkat Fertilitas bisa Berbahaya?

Turunnya jumlah manusia di dunia mungkin bisa bermanfaat baik bagi lingkungan. Karena selain mengurangi emisi karbon, kebutuhan lahan pertanian juga akan berkurang.

Tetapi menurut Proffesor Christopher Murray (salah seorang peneliti) kepada BBC, “Hal yang berbahaya adalah ketika lebih banyak orang berusia lanjut dibandingkan dengan orang berusia produktif. Dengan segala hal negatif yang menyertainya”

Penelitian ini memperkirakan balita akan berkurang dari 681 juta tahun 2017 menjadi 401 juta pada tahun 2100. Penduduk usia lebih dari 80 tahun akan melonjak dari 141 juta tahun 2017 menjadi 866 juta tahun 2100.

Menurut Prof Murray ketika terjadi hal ini maka beberapa pertanyaan yang harus dijawab adalah: Siapa yang akan membayar pajak di saat banyak penduduk berusia lanjut? Siapa yang menanggung biaya kesehatan para lansia ini? Siapa yang akan merawat para lansia? Akankah manusia masih bisa pensiun?

Solusinya menurut Prof Murray adalah dengan meningkatkan fertilitas dan meningkatkan jumlah migran yang diterima ke suatu negara. Suatu hal yang tidak mudah, Swedia yang memberikan insentif kelahiran berhasil meningkatkan tingkat fertilitas dari 1,7 menjadi 1,9 sedangkan Singapura masih berkutat di angka 1,3.

Pertanyaan-pertanyaan Prof Murray menarik untuk didiskusikan. Kemajuan teknologi yang sekarang semakin canggih pada akhirnya mungkin bisa memberikan jawaban.

Siapakah yang akan merawat para lansia?

Kemajuan teknologi kesehatan, kemungkinan akan bisa membuat manusia yang walau berusia lanjut tetap bisa sehat dan mampu merawat dirinya sendiri.

Selain itu kemungkinan munculnya teknologi Android atau robot berbentuk sangat mirip dengan manusia, seperti tokoh Data di Star Trek, sangat mungkin terjadi. Revolusi industri 4.0 saja sudah mulai mempersiapkan teknologi yang memungkinkan terhubungnya mesin di satu pabrik dengan pabrik lain menggunakan jaringan 5G.

Bentuk-bentuk awal Android ini sudah mulai terlihat seperti Erica di Jepang yang berwajah cantik dan mampu menjawab berbagai pertanyaan yang rumit.

Akankah Manusia akan Bisa Pensiun?

Teknologi kesehatan yang semakin berkembang akan bisa meningkatkan usia harapan hidup manusia dengan tingkat kebugaran yang saya yakin akan semakin baik.

Pensiun atau tidak mungkin akan menjadi pilihan. Sekarang saja banyak pengusaha yang masih aktif di usia 70an di perusahaan mereka. Politisi gaek seperti Donald Trump, Joe Biden atau bahkan Mahathir Muhammad masih bergerak lincah memperebutkan posisi puncak sebuah negara.

Jika kita masih bugar, apakah mau untuk pensiun? Saya pikir lebih mungkin hanya mengurangi kegiatan atau hanya melakukan kegiatan yang disukai.

Siapakah yang akan Membayar Pajak?

Semakin canggih teknologi dan berkurangnya jumlah pekerja yang harus dipekerjakan, efisiensi dan efektivitas korporasi akan semakin baik. Sehingga tingkat keuntungan akan semakin meningkat.

Pekerja manusia adalah salah satu biaya terbesar di korporasi. Belum lagi kebutuhan untuk menaikkan gaji, memberikan bonus, cuti dan lainnya sehingga biaya akan semakin meningkat setiap tahunnya.

Berbeda dengan robot yang hanya perlu perawatan dan listrik sehingga biaya bisa lebih terukur. Mungkin manusia pada akhirnya hanya dibutuhkan di level manajemen yang membutuhkan imajinasi dan pemikiran mendalam dibandingkan dengan posisi yang hanya melakukan pekerjaan berulang.

Kenaikan tingkat keuntungan yang bisa menyebabkan berubahnya sistem pajak yang sekarang ini di dunia lebih mengejar pajak individu menjadi sistem pajak yang lebih membebani korporasi. Atau bisa saja pemilik korporasi yang akan dikenakan pajak yang lebih tinggi.

Jika sudah ada keseimbangan perpajakan baru mungkin pertanyaan tentang siapa penanggung biaya perawatan lansia, yang bisa juga semakin menurun sesuai dengan perkembangan teknologi, akan bisa terjawab.

Turunnya populasi dunia akibat turunnya tingkat fertilitas mungkin bisa membuat manusia semakin sejahtera, karena kekayaan dunia dibagi ke lebih sedikit orang. Di sisi lain bisa saja manusia miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya, mana yang lebih mungkin?

Kebutuhan migran untuk menambal kekurangan populasi bisa membuat dunia semakin bersatu, tak lagi saling curiga dan berebut pengaruh, mungkinkah?

Semua mungkin terjadi, tetapi hal yang bisa dilakukan sekarang ini adalah membuat perkiraan untuk bisa menjawab pertanyaan tentang risiko akibat turunnya tingkat fertilitas

Referensi: BBC.com

Ronald Wan

***