Ada pula yang curiga dengan bentuk palang. Karena dianggap sebagai simbol agama lain. Bentuk palang kayu pada jendela, \lemari atau besi pada pagar, dimaknai sebagai misi terselubung.
Malam Minggu ditemani lagu "Balonku" dan "Naik-naik ke Puncak Gunung". Diputar berulang-ulang, alhamdulillah akidah saya tidak goyah. Lagu ini juga sering dinyanyikan anak-anak saya di masa kecil mereka. Aman-aman saja. Mengapa kini ada yang mengaitkannya dengan persoalan agama ya?
Saya yakin, "asbabun nuzul" kedua lagu itu bukan untuk membenci Islam dan mengangkat agama lain. Lagu pertama diciptakan Pa Kasur (nama aslinya Soerjono) kemudian digubah Abdulah Totong Mahmud (AT Mahmud). Lagu kedua diciptakan Ibu Sud. Mereka mengabdikan diri pada pendidikan antara lain melalui lagu-lagu anak. Sebuah pengkhidmatan yang hingga kini belum ada padanannya. Saya yakin pula ketiganya tak punya agenda untuk menohok agamanya sendiri. Untuk apa pula?
Penafsiran atas segala sesuatu itu ada ilmunya dan harus berbasis pada referensi yang jelas, sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Kalau tidak, ya bisa menyesatkan. Contohnya, saya bisa menambahkan kesesatan dengan menafsirkan kalimat "kiri kanan kulihat saja..." pada lagu "Naik-naik ke Puncak Gunung". Tafsirkan saja bahwa "kiri" dalam lagu itu berarti ideologi komunis. Wah bahaya sekali lagu itu haha...
Saya juga bisa menafsirkan seenaknya, bahwa lagu "Pelangi" ciptaan AT Mahmud tidak layak dinyanyikan. Sebab bukankah warna pelangi kini dipakai simbol oleh kaum LGBT? Jangan-jangan lagu ini dijadikan "Mars LGBT".
Dan sekian banyak lagi penafsiran (lebih tepatnya tuduhan) atas lagu-lagu bisa dilontarkan dengan sembarangan. Kumaha aing we. Begitu kira-kira.
Penafsiran yang dilandasi kecurigaan tak berdasar, tidak hanya terarah pada diksi. Tapi juga terjadi pada bentuk benda. Masih ingat bukan bagaimana bentuk segi tiga yang universal itu dipersempit hanya sebagai simbol illuminati atau Dajjal? Sehingga bangunan yang memasang segi tiga sebagai elemennya dianggap sebagai representasi penganut Dajjal.
Bahkan masjid sekalipun. Waduh, bagaimana dengan pelajaran matematika di sekolah ya? Kan dibahas dan digambar tuh segi tiga sama sisi juga segi tiga sama kaki.
Ada pula yang terus-terusan curiga dengan bentuk palang. Karena dianggap sebagai simbol agama lain. Bentuk palang kayu pada jendela, lobang angin, lemari atau besi pada pagar, dimaknai sebagai misi terselubung. Wah kalau begitu, jangan sekali-kali gunakan huruf "t" dong.
Ah sudahlah...saya mau nyetel lagi lagu "Balonku", "Naik-naik ke Puncak Gunung" ditambah "Pelangi". Sambil mengintip bulan dari "segi tiga" lobang angin.....asyik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews