Mari Merisak Pemimpin yang Wilayahnya Terkena Banjir!

Jika pemimpinnya sudah berada di rel yang benar, maka mereka masih belum cukup mencambuk warganya agar juga mengikuti berjalan di rel yang benar.

Kamis, 2 Januari 2020 | 09:08 WIB
0
394
Mari Merisak Pemimpin yang Wilayahnya Terkena Banjir!
Yuni Shara dan banjir Jakarta (Foto: batamnews.com)

Mengawali tahun baru 2020 ini, mari kita mulai dengan membully (risak) para pemimpin yang daerahnya kebanjiran.

Dimulai dari level terendah dulu, Bupati, Walikota dan Gubernur. Jangan langsung ke Presiden.

Itu tandanya waktu pelajaran ilmu sosial di SMP dulu kita gak bolos atau ketiduran..

'Membully' para pemimpin wilayah itu penting, agar pertama, mereka yang tidak memiliki cukup kompetensi untuk memahami kebutuhan masyarakat yang dipimpinnya, sadar apa yang belum dikerjakan dan atau keliru dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.

Kedua, pemimpin wilayah bukan kepala keluarga kita, yang akan langsung bisa menangkap apa yang sedang kita butuh kan, tanpa kita curhati.

'Bully' mereka sekeras-skerasnya, curhati mereka sesering-seringnya... sampai mereka mendengar.

Karena mereka memang dipilih untuk melayani masyarakat, bukan untuk bermanis kata atau marah-marah tidak pada tugasnya..

Pada level-level kepemimpinan dan saluran yang tepat. Itu artinya kita sudah paham cara bertata negara yang benar.

Belum paham tata negara ya ngelmu dulu. 'Membully' pun ada aturannya. 'Bully' Keras, 'Bully' Cerdas.

Saya meskipun seumur hidup tidak pernah merasakan malangnya kebanjiran, repotnya antisipasi banjir, menyelamatkan barang-barang, mengungsi, membersihkan kotoran sisa banjir, repotnya untuk mobile, kelaparan dan sakit karena tidak bisa membeli makanan dan obat, tidak bisa tidur demi siaga banjir, kerugian akibat hilang dan rusaknya harta benda, dan berbagai kerepotan lainnya hingga hilangnya nyawa.

Tapi tidak berani sombong dan jumawa.

Selain takut kualat, saya masih punya hati untuk mampu membayangkan kemalangan yang dialami korban banjir.

Termasuk tidak niat sama sekali untuk membela para pemimpin wilayah yang warganya masih ada yang tertimpa kemalangan banjir.

Alam tidak pernah salah menghukum.

Jika pemimpinnya sudah berada di rel yang benar, maka mereka masih belum cukup mencambuk warganya agar juga mengikuti berjalan di rel yang benar.

Yang ora umum perempuan dan ikan-ikan hias ini, sudah kebanjiran kok masih bisa sombong dan bahagia sekali..

Mentang-mentang makhluk sugih.. Gak punya empati blas.

***