Salah satu alasan mengapa orang Australia tidak mau kerja Sabtu Minggu dan hari libur, walaupun tahu ada tambahan uang lembur, adalah karena hari tua mereka sudah terjamin.
Fakta Bahwa Kita Itu Berbeda Sudut Pandang
Apa yang menarik bagi kita belum tentu menarik pula bagi orang lain. Hal yang bagi kita ditunggu tunggu, bagi orang lain, malahan ditolak. Inilah namanya hidup bersifat dinamika. Hidup tidak dapat dinilai dengan hitam dan putih, karena kita semua berbeda dan unik. Jangankan dibandingkan dengan orang lain, dengan saudara seibu seayah saja, kita bisa berbeda dalam banyak hal. Apalagi dengan orang yang berbeda suku bangsa.
Salah satu hal yang unik adalah mengenai sudut pandang terhadap lowongan kerja. Bagi kita orang Indonesia, kalau ada kerja yang menghasilkan, maka kalau perlu kita siap kerja hingga larut malam,yang penting uang masuk.
Tapi bila orang Australia diminta masuk kerja pada hari Sabtu Minggu atau hari libur? Wajahnya jadi berkerut dan langsung bilang "No,way!" Tapi begitu ada orang Indonesia yang mendengar bahwa ada lowongan kerja di hari Sabtu dan Minggu, serta hari libur langsung berteriak :" Yes. I will!"
Bukan Tulisan Imaginasi
Walaupun bukan seorang Pemerhati sosial,tapi karena melibatkan anak dan cucu cucu kami, maka mau tidak mau, saya mengikuti perkembangan dan pernak pernik kehidupan mereka.
Kalau mau mengajak mereka makan bersama, jangan pada hari Sabtu dan Minggu, apalagi hari libur karena justru di hari hari itu, mereka panen. Jadi kalau hari ulang tahun jatuh pada hari Sabtu atau Minggu, maka acara makan bersama ditunda hingga hari Senin. Mengapa?
Kalau hari Minggu dan hari libur, apalagi masuk kerja jam 4.00 subuh atau pulang malam karena banyak kesibukan, berapa gaji mereka per jam?
Kata cucu kami, yang masih kuliah "Grandpa. Gajinya 48 dollars for one hour." Bayangkan, mahasiswa gajinya per jam 40 dollar atau senilai Rp.400.000 !"
"Haaa, masa iya?" tanya saya kurang yakin.
"Benar Opa, pada hari biasa cuma 20 dolar per jam . Tapi kalau libur, plus malam atau subuh, maka hitungannya total persatu jam 48 dolar," kata cucu kami, tanpa bermaksud bercanda.
Hal ini juga berlaku bagi yang kerja full time. Seperti putri kami, yang sudah menjadi "PNS" dan sudah belasan tahun kerja di Kantor Pos,memilih kerja malam, karena gajinya lumayan besar dibandingkan kerja disiang hari.
Masa Tua Sudah Terjamin
Salah satu alasan mengapa orang Australia tidak mau kerja Sabtu Minggu dan hari libur, walaupun tahu ada tambahan uang lembur, adalah karena hari tua mereka sudah terjamin.
Apapun posisi mereka di perusahaan ,tidak menjadi masalah karena di usia pensiun sudah ada jaminan uang pensiun,yang jauh lebih cukup dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Suami istri dapat uang pensiun perawatan kesehatan gratis dan anak anak sekolah gratis, mau apa lagi, kalau bukan menikmati hidup? Karena itu, setiap hari Sabtu dan Minggu rata rata Cafe dan Restoran di Australia penuh. Sementara orang Indonesia dan rata rata orang Asia masuk kerja.
Orang Indonesia senang, karena mendapatkan uang lembur yang lumayan besar, sementara orang Australia juga senang menikmati weekend dan holidays bersama keluarga. Di sana senang , di sini senang, Gaya hidup berbeda, tapi masing masing menikmati dengan hati gembira.
Nah, siapa bilang perbedaan itu memicu rasa iri hati? Buktinya ketika orang Australia enjoy menikmati makan minum di restoran, sementara orang Indonesia menikmati gaji yang lumayan besar. Kalau hidup seperti ini kan enak?
Renungan di pagi cerah
Tjiptadinata Effendi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews