Kultum Tarawih [17] Membaca dan Menulis

Nuzulul Quran ini seharusnya kita jadikan momen untuk berefleksi diri. Sudahkah kita melakukan membaca dan menulis dalam keseharian kita? Atau kita lebih sering melompati proses penting ini?

Rabu, 13 Mei 2020 | 05:12 WIB
0
202
Kultum Tarawih [17] Membaca dan Menulis
Ilustrasi membaca (Foto: popmama.com)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam ketujuhbelas. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.

Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.

Malam ketujuhbelas di bulan Ramadan merupakan malam yang spesial bagi umat Islam. Pada malam ini, di Gua Hira, untuk pertama kalinya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam menerima wahyu dari Allah. Melalui perantara malaikat Jibril, lima ayat pertama dari Alquran diturunkan ke bumi.

Wahyu pertama yang turun adalah Surah Al-Alaq ayat 1-5. Lima ayat ini menarik, selain karena merupakan wahyu pertama yang turun, juga karena makna yang terkandung di dalamnya.

Iqra’ bismirabbikal ladzi khalaq. Khalaqal insana min ‘alaq. Iqra’ wa rabbukal akram. Alladzi ‘allama bil qalam. ‘Allamal insana ma lam ya’lam.

Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan perantara pena. Dia mengajar manusia apa-apa yang tidak ia ketahui.

Jika kita perhatikan, perintah pertama yang turun bukanlah perintah untuk menyebarkan dakwah. Bukan perintah untuk berbicara. Namun perintah untuk MEMBACA. Secara mudah, sebelum masuk ke yang lainnya, BACA DULU. 

Setelah membaca, disebutkan bahwa Allah mengajar pengetahuan kepada hamba-Nya dengan perantara pena. Sudah jelas maksudnya, setelah membaca, ya kita MENULIS. Membaca dan menulis merupakan proses penting dalam belajar, sedangkan kita tahu bahwa orang Islam itu harus belajar sepanjang hayat dan berpikir kritis.

Tahap pertama belajar, kita membaca. Kita membaca buku, jurnal, berita, dan berbagai sumber belajar lainnya. Membaca itu tidak sekadar mengeja huruf, mengeja kata. Dalam kita membaca, kita melakukan proses berpikir kritis, mencari informasi-informasi yang kita butuhkan dalam bacaan yang kita baca, memilah informasi mana yang benar atau salah, penting atau tidak. 

Selanjutnya, kita menulis. Ini yang sering terlupakan. Dalam proses kita belajar, menulis itu penting. Kita menuliskan catatan yang penting dari apa yang kita pelajari, untuk meningkatkan retensi daya ingat kita. Dengan menulis kita bisa menentukan mana informasi yang penting, butuh penekanan lebih, mana informasi yang menghubungkan satu dengan lainnya. 

Dalam perkembangannya, kita tidak hanya menulis untuk mencatat apa yang kita baca. Melalui proses berpikir kritis saat membaca, kita bisa menyintesis informasi baru. Informasi baru ini kemudian selain kita tuliskan dalam bentuk catatan belajar, bisa kita kembangkan lebih lanjut menjadi berbagai jenis tulisan. Mulai dari tulisan opini, artikel populer, hingga artikel ilmiah dalam jurnal. 

Yang perlu kita perhatikan, urutannya adalah membaca dulu lalu menulis. Artinya, ketika kita menulis, tulisan kita haruslah memiliki dasar. Menulis saja harus memiliki dasar, apalagi berbicara. Ini penting juga ketika kita menelaah informasi bacaan, ketika bacaan itu tidak memiliki dasar yang jelas, maka itu berarti penulisnya asal nulis, tidak melalui proses membaca dan menelaah informasi. 

Nuzulul Quran ini seharusnya kita jadikan momen untuk berefleksi diri. Sudahkah kita melakukan membaca dan menulis dalam keseharian kita? Atau kita lebih sering melompati proses penting ini?

Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.