Baiknya mulai dipikirkan dan dicarikan solusinya, siapa tahu bisa meringankan tugas para dokter dan perawat.
Ada beberapa kisah yang terungkap di media mainstream ataupun media sosial, bahwa perawatan pasien corona saat menjalani isolasi di RS tidak lebih baik dibanding di rumah sendiri.
Ada dokter, pasien corona yang menunggu air minum hingga satu jam, saat di ruang isolasi di RS. Sampai mengeluh kehausan dan menghubungi keluarganya. Dokter ini akhirnya meninggal.
Ada ibu hamil, yang mengeluh nasinya keras, merasa tidak dilayani dengan baik. Ibu ini akhirnya meninggal.
Banyak lagi keluhan lainnya, terkait penatalaksanaan perawatan pasien corona di RS.
Namun, kita tidak menutup mata. Banyak juga pasien corona yang diperlakukan sangat baik. Seperti testimoni Menteri Perhubungan.
Apakah sampai saat ini belum ada standar khusus perawatan pasien corona, supaya bisa mendapatkan layanan yang sama bagusnya?
Kalau orang yang terinveksi corona datang ke RS kondisinya malah jadi memburuk, nanti orang jadi takut ke RS, atau bahkan menolak untuk dites.
Mungkin sudah saatnya, ada opsi lain: perawatan pasien corona di rumah masing-masing.
Dengan jaminan asupan makanan yang lebih baik, minum yang cukup, dan perhatian ekstra dari keluarga, bisa jadi membuat daya tahan tubuh pasien meningkat dan bisa pulih kembali.
Tentu pasien corona akan lebih senang dirawat di rumah, daripada di RS. Setidaknya untuk penderita corona dengan level tertentu.
Mungkinkah rumah kita menjadi RS bagi keluarga kita sendiri?
Sehingga dokter dan perawat cukup melakukan kunjungan atau mungkin monitoring via online?
Baiknya mulai dipikirkan dan dicarikan solusinya, siapa tahu bisa meringankan tugas para dokter dan perawat.
Dan yang penting, bisa makin banyak pasien yang sembuh.
Tentu dengan SOP yang ketat, kalau dirawat di rumah sendiri.
Salam sehat, jaga jarak, lawan corona.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews