Pekan lalu saya umrah ke Tanah Suci. Saya memimpin jamaah Mitra Amanah Travelindo, mengunjungi Madinah dan Mekah. Saya ajak orang tua, kerabat dan sahabat dekat saja. Beberapa teman minta dijadwal ulang. "Gua akan berangkat bersama istri. Tolong atur kembali," kata Wasekjen Demokrat Andi Arief, sahabat kecil saya.
Dan pesawat Saudi Airlines membawa kami menuju Bandara King Abdul Aziz, di Jedah. Alhamdulilah semua program berjalan lancar. Tak ada aral berarti.
Setelah rukun umrah beres, saya mengontak Ustad Abdul Wahid. Beliau orang kepercayaan Habib Rizieq Shihab yang menjadi satu-satunya kunci masuk ke tokoh pendiri Front Pembela Islam [FPI]. Tak ada jalur lain menuju Habib Rizieq.
Ustad Abdul Wahid tokoh di belakang semua pergerakan Habib Rizieq selama di 'negeri pengasingan', di Arab Saudi. Abdul Wahid, lelaki asli Sampang, Madura ini, sudah hampir 20 tahun bermukim di Arab. Dia paham kultur dan memiliki jaringan yang baik di sana.
Tak sembarang orang bisa bertemu Habib Rizieq. Banyak tokoh yang keinginannya tak dipenuhi. Seorang Ketua Lembaga Tinggi Negara +62, sebut saja inisialnya 'L', misalnya, tak diperkenankan datang.
Saya mendapat nomor kontak Ustad Abdul Wahid dari seorang wartawan Obor Rakyat, yang juga keponakan Habib Rizieq. Saya menghubungi Ustad Abdul Wahid via kanal WhatsApp. Setelah memperkenalkan diri, dan Ustad tahu saya pernah dipenjara oleh rezim Jokowi, beliau langsung merespon. "Besok ba'da dhuhur Insya Allah diterima HRS di rumahnya".
Saya lantas menanyakan alamat kediaman Habib Rizieq. Tapi hingga menit terakhir WA saya belum dijawab. Seorang jamaah, Zarkoni, adik KH Didin Hafizdudin, tahu saya sedang mengatur pertemuan dengan Habib Rizieq. "Kalau boleh, saya ikut," katanya. Saya mengiyakan.
Malam hari Ustad Abdul Wahid kembali mengontak. Dia bertanya siapa saja yang akan datang. Sepertinya Ustad memverifikasi tamu yang berniat datang.
"Saya dan seorang teman. Namanya Zarkoni, adik KH Didin Hafizdudin," ujar saya. Kemudian WA kembali sepi. Tak ada komunikasi lanjutan. Pertanyaan saya tentang alamat rumah Habib Rizieq belum dijawab. Saya agak gamang.
Keesokan hari, 16 Januari 2020, menjelang dhuhur, saya ajak Zarkoni ke Masjidil Haram. Sedangkan jamaah yang lain hari itu saya buatkan program ke Kota Thaif, dipimpin Muthawif yang berpengalaman. Saya dan Zarkoni menunggu denting WA di Masjidil Haram. Setelah Dhuhur usai, saya tak kunjung mendapat alamat. Saya menunggu sambil berdzikir: Ya Rahman, Ya Rahiem ...
Sejam berlalu. Tiba-tiba Ustad Abdul Wahid mengirim WA. Isinya cuma share location alamat, di Nuzha, Mekah. Saya cek di telpon jaraknya sekitar 30 menit dengan taksi. Kami bergegas keluar masjid, mencari taksi di sekitar pertigaan Ajyad, depan Masjidil Haram. Dan taksi di Mekah tak sulit. Saya tujukan google maps yang di kirim Ustad Abdul Wahid. Sopir taksi asal Pakistan langsung paham. "20 riyal," katanya.
Kami langsung masuk taksi, dan menuju titik lokasi. Sopir taksi meminjam HP saya sebagai panduan. Dia tertawa karena instruksi google maps saya masih dalam bahasa Indonesia. Tapi dia paham. Setelah sampai di titik lokasi, sopir bilang itu sebetulnya bukan kawasan Nuzha. Sepertinya Ustad Abdul Wahid sengaja menyamarkan lokasi sesungguhnya rumah Habib Rizieq.
Kami turun dari taksi. Tak tahu harus kemana. Semua rumah di Mekah mirip. Bagunan kotak berwarna seragam. Saya segera kirim foto lokasi ke Ustad Abdul Wahid. Cuma ada jawaban "tunggu saja". Benar saja, 15 menit kemudian dari kejauhan ada mobil pick up tua dikendarai seorang Arab, dengan pakaian khas setempat. Dia membunyikan klakson berulangkali, sambil melambaikan tangan ke kami.
Saya langsung paham. Mobil itu berjalan perlahan, dan kami mengikutinya sambil berjalan kaki. Beberapa blok, kami sampai di kediaman Habib. Sang pemandu berkata, "Sayyid?" Saya membenarkan kode itu ...
(Bersambung)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews