Megawati, Risma dan Banjir

Tidak hanya mengepung Surabaya dengan tanaman, di dalam kota, ia membuka taman dan hutan kota. Suhu Surabaya dikenal panas sehingga masyarakatnya pun terpengaruh jadi temperamen.

Selasa, 7 Januari 2020 | 05:49 WIB
0
620
Megawati, Risma dan Banjir
Saya dan Bu Risma (Foto: Dok. pribadi)

“Coba tanam cemara udang di sepanjang pantai,” ujar Megawati Soekarnoputri ketika mendengar keluhan Walikota Surabaya Tri Risma Harini.

Di tahun-tahun pertama menjadi walikota, Risma harus mengatasi banjir yang hampir menelan separuh wilayah kota. Belum lagi persoalan nelayan yang tak bisa melaut karena kapal pecah dihantam ombak.

Risma mengikuti saran Megawati. Mengatasi bencana alam harus dilakukan dengan berbaik-baik dengan lingkungan. Masalah alam harus ditangani dengan alam. Pesan Megawati itu menjadi pedoman bagi Risma.

Ia mencari cemara udang. Cemara yang biasanya dijadikan bonsai itu ditanam di sepanjang pantai timur. Awalnya hanya sepanjang tiga kilometer. Bertahap, cemara udang ditanam lebih dari 20 km.

Dari timur ke barat sampai ke utara. Di sisi selatan ia memperbaiki hutan mangrove. Praktis, Surabaya dikepung tanggul hidup. Cemara udang dan hutan mangrove.

Mangrove bisa memecah ombak, menghambat air masuk ke daratan, dan ternyata juga bisa menangkal puting beliung. Akan halnya cemara udang?

Akarnya kuat, mudah beradaptasi dengan asin air laut. Batangnya liat, tahan benturan. Bahkan daunnya bisa meredam angin.

Sejak ekosistem mangrove dan cemara udang itu menjadi tanggul hidup, Risma tak pernah lagi mendengar keluhan nelayan yang kapalnya pecah akibat angin dan gelombang. Bahkan banjir yang sebelumnya menenggelamkan hampir 50 persen wilayah Surabaya, tiap tahun persentasenya menurun. Di pertengahan 2019, Risma mengklaim sisa kawasan rawan banjir tinggal dua persen.

Tidak hanya mengepung Surabaya dengan tanaman, di dalam kota, ia membuka taman dan hutan kota. Suhu Surabaya dikenal panas sehingga masyarakatnya pun terpengaruh, menjadi temperamen, gampang emosi.

“Setelah taman dan hutan kota banyak ditemui di Surabaya, suhu mulai turun, masyarakat tidak lagi emosian,” ujar Risma serius. Heheheee... Kalau warganya gak lagi gampang marah kenapa walikotanya suka marah-marah?

Risma tertawa renyah. Ia kemudian tersenyum penuh makna ketika ditanya kemungkinan pindah kota kalau masa jabatannya berakhir.

Kristin Samah

***