Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Salah satu ciri yang orang yang sudah mampu berbuat adil, baik terhadap dirinya sendiri, maupun orang lain, adalah tidak banyak bicara, tidak banyak komplain, mengeluh, protes, teriak ke sana ke mari dan semacamnya...
Mengapa? Karena mereka takut.
Takut belum dapat berbuat adil pada orang lain, namun sudah menuntut orang lain duluan. Orang yang sudah mampu berbuat adil tidak demikian.
Lebih baik dizolimi daripada menzolimi, adalah keumuman pilihan orang-orang yang sudah ditinggikan derajatnya untuk mampu bersikap adil.
Kelen tahu tipikal para pencari. keadilan (sejati)? Umumnya tidak bersuara. Pun mencari perhatian dalam keheningan.
Menggunakan payung hitam berdiri dalam diam di depan istana selama bertahun-tahun. Menutup mulut dengan lakban, hingga menjahitnya. Mogok makan. Dst.
Menahan kesakitan sendiri, hingga publik memperhatikan.
Para penuntut keadilan (sejati) tidak berteriak-teriak kesana kemari sambil berbuat anarkis merusak milik orang lain. Tidak tetabuhan panci dan kuali mencari perhatian.
Jika kelen masih menuntut KEADILAN sambil berteriak-teriak, menghujat dan memaki kesana kemari..
Jelas kelen bukan orang-orang yang sudah dimampukan untuk berbuat ADIL.
Sudah merasa pantas menuntut keadilan pada orang lain?
Jangan-jangan hanya mencari perhatian.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-maidah : 8)
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews