Pencapaian Daendels itu luar biasa. Meskipun kita tentunya tidak melupakan bahwa semua itu dicapai dengan jatuhnya korban jiwa yang cukup banyak di kalangan pekerja di Pulau Jawa.
Kita boleh bangga bahwa Pulau Jawa tercatat sebagai wilayah pertama di dunia di mana dibangun jalan tanpa hambatan sepanjang 1.000 km, dari Anyer sampai Panarukan.
Adalah Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Belanda (1808-1811), yang pada tahun 1808 membangun jalan itu guna memperlancar dan pergerakan orang dari Anyer ke Panarukan. Alasannya, bisa untuk kepentingan militer guna memperkuat pertahanan wilayah, tetapi bisa juga alasan ekonomi, yakni untuk mempercepat pengiriman barang antardaerah.
Buat Daendels yang menginjakkan kaki pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Anyer pada tanggal 1 Januari 1808, menempuh jalan darat selama lima hari ke Batavia (Jakarta) itu terlalu berlebihan, tidak terterima. Semula ia ingin menggunakan kereta kuda, tetapi itu tidak memungkinkan, musim hujan yang basah mengakibatkan kondisi jalan sangat menyedihkan, telah berubah menjadi rawa. Akhirnya, ia terpaksa menunggang kuda. Rata-rata 25 km per hari di atas pelana.
Daendels itu seorang visioner, itu sebabnya ia memerintahkan pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan sesuai dengan standar jalan pada masa itu. Tidak semua lajur merupakan jalan baru, di banyak tempat ia hanya menghubungkan jalan-jalan yang sudah ada, dan memperbaiki kualitasnya. Lajur jalannya cukup lebar untuk dua kendaraan saling berpapasan (saat itu, kereta kuda) sepanjang 750 paal (1 paal = 1.506 meter), atau lebih dari 1.000 km. Tepatnya, 1.129,5 km.
Jalan Daendels benar-benar mempercepat pergerakan lewat darat. Perjalanan dari Jakarta (Batavia) sampai Surabaya (Soerabaja) yang tadinya memerlukan waktu 2 hingga 3 minggu, dipotong menjadi hanya seminggu.
Bagi wisatawan yang biasanya menempuh perjalanan Jakarta-Surabaya dalam waktu 1 bulan pada musim kering (kemarau) – dan pada musim hujan memilih untuk tidak bepergian — kini dapat menyelesaikan perjalanan itu dalam waktu 9 hingga 10 hari, baik pada musim kemarau maupun musin hujan. Pesan penting dan pos kilat dari Jakarta ke Surabaja dapat dilakukan dalam 4 hingga 5 hari, tapi itu dilakukan melalui perjalanan yang gila-gilaan.
Pencapaian Daendels itu luar biasa. Meskipun kita tentunya tidak melupakan bahwa semua itu dicapai dengan jatuhnya korban jiwa yang cukup banyak di kalangan pekerja di Pulau Jawa. Dalam membangun jalan yang kemudian dikenal dengan jalan pos besar itu, pekerjaan-pekerjaan besar diselesaikan lebih dulu antara Buitenzorg (Bogor), Bandung, dan Jawa Tengah (termasuk di Cadas Pangeran) oleh tenaga kerja berbayar. Sisanya dilanjutkan oleh tenaga kerja yang dikerahkan (kita menyebutnya, kerja paksa). Jika seseorang melihat jarak yang mencengangkan di mana tenaga kerja harus dikirim untuk bekerja, serta sangat beratnya medan di Priangan, dan ditambah kondisi higienis pada saat itu, maka tidaklah mengherankan ada banyak korban jiwa.
***
Jerman baru memikirkan untuk membuat jalan tanpa hambatan itu 105 tahun kemudian. Pada tahun 1913, Jerman mulai membangun Autobahn, jalan tanpa hambatan yang menghubungkan antara bagian utara dan selatan Jerman, serta juga bagian timur dan barat. Autobahn pertama dibuka pada tanggal 19 Mei 1935, yang menghubungkan Frankfurt dengan Darmstadt (43 km).
Pembangunan Autobanh dimulai dari Berlin, dan terdiri dari dua lajur, masing-masing lebarnya 8 meter, dan di tengah-tengahnya dipisahkan oleh median yang lebarnya 9 meter. Pada tahun 1943, saat Perang Dunia II berlangsung, pembangunan Autobahn dihentikan. Waktu itu jaringan Autobahn panjangnya telah mencapai 2.116 km.
Pada akhir Perang Dunia II, sebagian besar jaringan Autobahn rusak. Setelah Perang Dunia II, Jerman pecah menjadi dua, Jerman Barat dan Jerman Timur. Di Jerman Barat, jaringan Autobahn yang rusak segera diperbaiki. Tidak demikian di Jerman Timur. Setelah penyatuan kembali Jerman pada tahun 1990, barulah seluruh jaringan Autobahn diperbaiki dan dituntaskan. Jalan raya tanpa hambatan sepanjang total 12.842 km itu merupakan salah satu jalan raya terpadat dan terpanjang di dunia.
Autobahn dikenal sebagai sistem jalan raya kecepatan tinggi. Pada bagian-bagian tertentu ada pembatasan kecepatan, 100 km/jam, 120 km/jam dan 130 km/jam. Namun, di beberapa bagian Autobahn, tidak ada pembatasan terhadap kecepatan kendaraan sama sekali. Pernah sewaktu saya mengendarai mobil dengan kecepatan 240 km/jam di Autobahn, tiba-tiba ada mobil yang menyusul, dan beberapa saat kemudian menghilang dari pandangan. Bisa dibayangkan berapa kecepatan mobil itu.
Saat ini, Autobahn merupakan sistem jalan raya tanpa hambatan ketiga yang terbesar, di belakang Amerika Serikat dan China.
***
Amerika Serikat baru pada tahun 1926 memiliki jalan tanpa hambatan. Pada tanggal 11 November 1926, 118 tahun setelah Anyer-Panarukan. Jalan bebas hambatan dari Chicago, Illinois, Missouri, Kansas, Oklahoma, Texas, New Mexico, Arizona, dan California, sebelum berakhir di Santa Monica Beach, Los Angeles dengan panjang keseluruhannya 2.347 mil (3.755 km). Jalan itu dikenal dengan Route 66, dari Chicago sampai Santa Monica Beach. Jalan itu demikian populer hingga muncul lagunya, Route 66, yang dinyanyikan awalnya oleh Nat King Cole, dan kemudian juga oleh The Rolling Stones.
Well, if you ever plan to motor west
Try take my way
That's the highway
That's the best
Get your kicks on Route 66…
Namun, karena tidak ada larangan, maka pemukiman dan pertokoan dibuka disepanjang Route 66 sehingga jalan bebas hambatan itu mulai kehilangan fungsinya. Pada tahun 1956, Presiden Dwight Eisenhower memutuskan untuk membangun jalan tanpa hambatan yang baru, Interstate Highway System (Sistem Jalan Raya Antar Kota).Sebagai jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat yang berperang di Eropa, Eisenhower terkesan pada Autobahn di Jerman. Ia juga menginginkan sistem jalan bebas hambatan yang memungkinkan orang untuk berkendara dengan cepat dari satu ujung negara ke ujung lainnya tanpa berhenti (nonstop).
Pada tanggal 27 Juni 1985, diputuskan Route 66 itu tidak lagi relevan, dan dikeluarkan dari sistem jalan raya Amerika Serikat.
Oleh karena tidak mungkin lagi untuk berkendara dari Chicago ke Los Angeles, tanpa terputus. Walaupun sekarang sudah tidak mungkin untuk berkendara menyusuri bekas Route 66 tanpa terputus dari Chicago ke Los Angeles, tetapi masih banyak bagian dari jalur asli yang bisa dilalui. Beberapa bagian dipelihara dengan baik, seperti yang berada di Springfield, Missouri, dan Tulsa.
Bagian jalan yang melewati Illinois, New Mexico, dan Arizona ditetapkan sebagai National Scenic Byway (ruas jalan berpemandangan indah nasional) dan diberi nama ”Historic Route 66 (Route 66 yang bersejarah)”. Jalur ini kembali masuk ke dalam peta dengan nama barunya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews