Kita meyakini atas anugerah ini. Tuhan telah membekali kita otak dan hati untuk mencari jalan keluar di setiap cobaan yang menimpa kita.
Tanpa liputan media asing pun, kita tahu dan yakin bahwa salah satu kekuatan bangsa kita memang terletak pada modal sosial. Apa yang dilaporkan dalam majalah internasional, THE DIPLOMAT hanya sekedar menambah keyakinan kita bahwa tradisi berbagi yang hidup di negeri ini adalah urat nadi dalam kehidupan kita.
Di tengah kritik bertubi pada pemerintah dalam menangani bencana, kita tak boleh lupa, kekuatan sesungguhnya bangsa justru terletak pada "energi dari bawah" yang selalu menjadi kekuatan penentu dalam penyelamatan.
Sudah berkali-kali kita saksikan, perjalanan sejarah Indonesia modern memang penuh dengan jalan terjal bergelombang, naik turun, "up and down" penuh gejolak. Turbulansi yang terjadi, dari ketegangan politik, ekonomi, sosial, hingga bencana besar, alhamdulillah, selalu berhasil dilalui berkat kekuatan kolektif rakyat yang tumbuh dari bawah.
Walau tentu tidak mudah dalam mengatasi setiap tantangan yang muncul, namun beragam pengalaman yang pernah kita jalani, membuat kita semakin yakin, bahwa Indonesia akan mampu keluar dari kemelut karena berjuta tangan di negeri ini selalu siap bergerak, mengulurkan tangan, saling membantu sesama walaupun dalam segala keterbatasan.
Kekuatan itu memang terletak pada rakyat, orang-orang biasa yang menjadi pemilik sejati negeri ini. Coba kita ingat kembali apa yang pernah dilakukan di saat dulu kita mengalami bencana konflik sosial di Maluku, tsunami di Aceh, gempa bumi di Jogya dan Sumatera Barat, dan banyak lagi. Tanpa melupakan uluran tangan banyak pihak dari luar, kekuatan kita sebagai bangsa, kekuatan modal sosial yang kita miliki, sungguh sangat membesarkan hati.
Kini, sekali lagi, kita menghadapi bencana. Musibah mewabahnya Covid-19, yang bisa jadi merupakan bencana lebih besar dari bencana-bencana sebelumnya, harus kita sikapi lebih hati-hati. Banyak dari kita yang mungkin belum menyadari sepenuhnya bahwa bencana ini berpotensi besar memporak-porandakan sistem kesehatan yang kita miliki. Bahkan, mewabahnya Covid-19 ini berpotensi menjadi pemicu porak-porandanya sistem ekonomi kita.
Tak terbayang sekiranya kita lengah dalam upaya memutus mata-rantai penyebaran virus ini. Berapa juta rakyat yang akan ambruk dalam antrian panjang menuju rumah sakit yang sangat terbatas kemampuannya. Tenaga medis kita tak akan mungkin mampu melayani pasien yang membanjir. Para petugas pemakaman juga tak mungkin mampu bekerja karena terbatasnya pakaian pelindung diri manakala jenazah Covid-19 membludak.
Sungguh besar bencana akan terjadi bila kita terlambat bersiap. Mari kita bersiap mengahadapi kondisi terburuk, dengan melakukan persiapan yang terbaik (prepare for the worst, hope for the best).
Tidak! Bencana itu harus kita cegah bersama. Dan kini kesadaran itu mulai terlihat. Indonesia mulai menunjukkan kekuatan sebenarnya. Berjuta tangan di negeri ini mulai bergerak seakan semua berlomba tak ingin tertinggal dalam mengisi peran peristiwa bersejarah ini. Inilah momen penyelamatan bangsa sebenarnya.
Ketahuilah, kita bergerak tak hanya untuk sekedar melakukan penyelamatan. Kita bergerak sekaligus untuk melakukan lompatan perubahan ke depan. Tidakkah kita melihat, di saat kita harus bekerja dari rumah, membatasi pertemuan fisik dan menghindari kerumunan, sebenarnya ada kekuatan memaksa yang jatuh di kepala kita untuk berpikir keras, melakukan beragam berinovasi.
Teknologi komunikasi yang hadir dalam kehidupan kita saat ini, secara massive mendorong transformasi kehidupan. Gelombang perubahan pun mulai bermunculan sejalan dengan lahirnya kelompok kreatif berbasis teknologi komunikasi dan jejaring.
Sekali lagi, lihatlah. Di balik bencana Covid-19, perubahan dahsyat telah mulai terjadi dalam literasi digital. Kegiatan belajar mengajar di sekolah dan kampus, cara kerja para pengusaha dan pekerja, dan bahkan cara kita berinteraksi dengan sahabat dan keluarga, semua berubah dalam waktu singkat.
Saksikanlah, tumbuhnya cara baru kita dalam berinteraksi dalam waktu singkat. Cyber society yang semula diperkirakan akan tumbuh dalam jangka waktu tahunan, kini terjadi dalam hitungan hari, dan ini terjadi di seluruh lapisan masyarakat. Berkah melandanya Covid-19, komunitas online tumbuh pesat, barangkali berpuluh kali lebih pesat dari biasa.
Karena itu, para pengamat luar negeri tak salah bila mereka menandai, di tengah terseoknya pemerintah dalam menghadapi bencana (yang sebenarnya juga terjadi di banyak negera), beragam inisiatif telah tumbuh dari bawah, menjadi kekuatan luar biasa. Dalam liputan The Diplomat dikatakan:
"While the Indonesian government, like all governments, continues to struggle with the enormity of the challenge, these bottom-up initiatives show another side of the country’s COVID-19 response. Indonesians will confront the COVID-19 crisis with confidence together, and that is something worth highlighting." Baca selengkapnya di sini.
Ya. Kita meyakini atas anugerah ini. Tuhan telah membekali kita otak dan hati untuk mencari jalan keluar di setiap cobaan yang menimpa kita.
Bukti apalagi yang kita butuhkan bahwa kita mampu meraih kemenangan di setiap cobaan? Lagi pula, bukanlah Tuhan dengan kuatnya menegaskan pada kita, yang bahkan Ia ungkapkan dalam kata-kata berulang bahwa:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5-6)
#iPras2020
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews