Ketergantungan pada sosial media (sosmed) kini tengah menjangkiti banyak orang. Ketergantungan ini terjadi karena beragam kemudahan dan kesenangan yang diberikan oleh sosmed, sehingga seseorang cenderung mengecek dan mengklik berkali-kali secara terus menerus.
Sering mengecek sosmed dan menghabiskan waktu berjam-jam berselancar di jejaring sosial dianggap sebagai hal yang wajar sebagai konsekuensi hidup era modern dan era digital. Media sosial memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan, terutama bagi kalangan remaja dan dewasa.
Pemberlakuan Bekerja Dari Rumah (Work From Home), dan Belajar Dari Rumah (BDR), serta ibadah dari rumah sejak awal pandemi Covid-19 maret lalu, menuntut semua serba online. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat trafik internet atau data meningkat 20% selama masa pandemi corona. Penggunaan aplikasi whatsapp, instagram, dan facebook meningkat 40%. Medsos dianggap sangat membantu agar dapat terhubung dengan sanak keluarga, teman, dan kolega selama masa pemberlakuan social distancing.
Tingginya angka pengguna media sosial secara tidak langsung berdampak pada banyaknya berita bohong yang secara sengaja diproduksi oleh orang-orang tertentu atau oleh orang yang hanya sekedar mengklik pesan tersebut lalu mem-forward ke group atau pesan pribadi di medsos.
Situs resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (covid19.go.id) menemukan 135 hoaks yang beredar terkait penyebaran wabah Covid-19, hal yang sama juga ditemukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika yang mencatat ada 232 konten yang berisi disinformasi tentang Corona hingga Maret 16 Maret 2020.
Isu atau konten hoaks yang beredar di jejaring sosial sangat beragam, mulai dari kiat-kiat menjaga kebersihan agar terhindar virus, status dan jumlah korban, atau kampanye-kampanye lawan virus Covid-19. Seketika orang-orang menjadi cemas bahkan ketakutan, demam sedikit sudah curiga terinfeksi, batuk karena flu jadi was-was jangan-jangan kena virus Corona. Ibarat penyebaran virus, informasi di sosial media menyebar dengan begitu cepat yang berakhir pada timbulnya keresahan, kecemasan, bahkan ketakutan bagi pembacanya.
Selama masa social distancing, media sosial menjadi sumber informasi paling populer. Platform sosial media dibombardir dengan angka-angka statistik yang menakutkan berupa data jumlah orang yang telah terinfeksi dan telah menjadi korban, saran, bahkan humor terkait pencegahan dan penyebaran Virus Corona.
Medsos memilki kekuatan besar dalam mempengaruhi khalayak. Medsos telah memainkan peran layaknya Covid-19, penyebaran virusnya sangat cepat, mampu membius dan membuat seseorang menjadi tak berdaya.
Untuk itu diperlukan berbagai kegiatan aksi literasi positif dan penyebaran konten narasi positif demi melawan narasi negatif dan berita hoax guna dapat mendukung penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah, sayangi keluarga dan bangsamu sendiri dengan tidak menyebarkan hoax Covid-19 dan dukung pemerintah mengatasi pandemi ini.
Pilihan ada di tangan pengguna medsos, membiarkan diri terinfeksi virus sosial media atau sehat dalam bermedia sosial. Penyebaran Virus Corona dapat dicegah dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan WHO, penyebaran virus sosial media dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menyaring informasi yang diterima dan lakukan posting narasi positif.
Virus Covid-19 dan Virus media sosial keduanya sama-sama berbahaya, keduanya belum ada vaksinnya, mulai sekarang sebar konten narasi positif dengan Tetap Dirumah Aja serta membaca Berita Positif Demi Melawan Virus Hoax Covid-19, selanjutnya lakukan pola hidup sehat agar diri terhindar dari Covid-19.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews