Bertindak Kreatif Adalah Panggilan

Kreativitas tidak menjadi mandul karena berbagai ketidakbebasan, tetapi justru menjadi persemaian bibit-bibit unggul, dan karenanya menjadi lebih berharga.

Sabtu, 31 Agustus 2019 | 06:18 WIB
0
369
Bertindak Kreatif Adalah Panggilan
ilustr: app.sidewalk.guide

Kreativitas adalah picu kebebasan dalam kepribadian kita. Untuk diri orang dewasa kreativitas juga merupakan pencetusan dari hasrat bermain yang sehat. Itulah sebabnya kemampuan kreatif seseorang sering bersanding dengan hobi, suatu kegiatan tertentu yang dilakukan terutama untuk tujuan kesenangan.

Serta ada pula teori yang mengatakan bahwa kita manusia menjadi berbudaya karena kesantaian dan kesenggangan. Manakala kehidupan tidak lagi terhimpit oleh beban atau bahaya yang mengancam kelangsungan hidup, maka mulailah kita berpikir dan bertindak kreatif.

Semua yang dikatakan di atas memang tidak bisa kita sangkal kebenarannya. Tetapi berdasarkan pengalaman, kebenaran tersebut masih perlu dilengkapi atau diutuhkan. Karena kita tahu bahwa tindakan cipta karya, yang benar-benar bisa membawa pembaruan, hampir selalu merupakan perjuangan.

Jerih payah itulah yang menjadi landasan mengapa tindakan kreatif disebut sebagai panggilan. Apabila kita memenuhi suatu panggilan mungkin kita harus bertindak lebih daripada sekedar mencari kesenangan, keisengan, atau kesantaian.

Ada orang-orang yang senang beride, dan hampir setiap hari ada ide baru, ada minat sesaat yang melintasi dan menyerap perhatian, untuk berubah lagi esok harinya. Meskipun imajinasi begitu suburnya, ternyata benih-benih gagasan itu tidak mewujud sedikit pun ke dalam karya yang merupakan suatu materialisasi.

Jika kreativitas dihayati sebagai panggilan maka mungkin idenya akan lebih sedikit, namun perjuangan ke perwujudan akan lebih banyak. Semangat kreatif juga berarti ‘menuntaskan sesuatu’ atau ‘menghadirkan keselesaian’. Kalau kita belum mengalami tahap verifikasi atau tahap pengujian ini, sebenarnya proses kreatif kita belum utuh.

Untuk menuntaskan dan mewujudkan ide kreatif kita, diperlukan perasaan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan juga tanggung jawab terhadap masyarakat. Adalah watak asli manusia untuk mencerminkan dirinya ke dunia yang obyektif, dunia yang bukan ‘aku’ saja, tetapi ‘kita’.

Suatu karya adalah bahasa yang paling nyata. Apakah itu sepotong puisi atau sejenis mainan sederhana, kalau kita benar-benar membentuknya, maka ia akan menjadi obyektif dan dikomunikasikan kepada orang lain.

Memang benar bahwa kreativitas itu memanggil kita untuk berimajinasi, menggeluti suatu ‘wilayah kemungkinan’ yang belum ada petanya. Tetapi tidaklah dikehendaki bahwa kita hanya mengawang-awang. Cetusan kreatif akan mampu dihargai sebagai milik kolektif atau milik kehidupan masyarakat kalau pada dasarnya ia merupakan jawab atau pemenuhan atas suatu ‘kebutuhan’.

Kalau pertimbangan di atas dapat diterima sebagai dorongan, akan tampaklah betapa besar kebutuhan masyarakat Indonesia akan kreativitas dalam segala bidang. Negara kita yang masih merupakan negara berkembang dan mengidap berbagai kekurangan yang khas dari Dunia Ketiga, terus memanggil proses dan hasil kreatif yang tepat guna.

Demikian pula hasil kreatif yang mampu memperdalam makna kehidupan, mencerdaskan, menghapus pandangan lama tentang kemustahilan, meningkatkan efisiensi tanpa memperbudak masyarakat, dan memodernkan tanpa menjadi asing. Segala yang dikatakan tentang pembangunan manusia secara menyeluruh sesungguhnya melontarkan tantangan bagi kita untuk mencipta karya dengan tujuan tersebut di atas.

Memang akan segera tampak bahwa proses kreatif akan menjadi lebih berat dan dibatasi. Namun, di sinilah nilai yang lebih tinggi dipupuk. Kita di Indonesia membutuhkan tafsiran kreativitas yang bukan berarti mengagungkan perbedaan, atau mencari keunikan yang mengada-ada, atau menciptakan citra yang ‘class’ belaka. Demikian pula kreativitas yang merupakan cetusan-cetusan protes melulu.

Kreativitas yang diperlukan adalah yang melahirkan jalan keluar, terobosan bermanfaat atau pilihan yang jitu. Tentu saja untuk ini akan dituntut lebih banyak keterlibatan, studi disiplin serta dedikasi.

Kreativitas tidak menjadi mandul karena berbagai ketidakbebasan, tetapi justru menjadi persemaian bibit-bibit unggul, dan karenanya menjadi lebih berharga.

Begitulah, paparan di atas hanya sekadar berbagi pemahaman tentang bagaimana seharusnya kita bertindak kreatif. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.

***
Solo, Sabtu, 31 Agustus 2019. 6:10 am
'salam kreatif penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko