Audrey menangis. Bukan hanya korban pemukulan. Ia juga korban perkosaan sesama perempuan.
Siapakah yang mengajarkan anak-anak ini tentang keberingasan? Kita gak tahu.
Audrey, siswi SMP usia 14 tahun di Pontianak dikeroyok 12 siswi SMU. Masalahnya gara-gara cowok. Itupun konflik mereka soal cowok bukan dengan Audrey. Tapi dengan kakak sepupunya.
Jadi Audrey hanya pelampiasan kemarahan yang salah tempat. Tapi, tidak penting keberingasan mereka disalurkan ke siapa. Yang penting naluri barbarnya bisa ditumpahkan.
Audrey dijemput dari rumahnya. Dengan alasan mau diajak bicara. Tapi ternyata dia dihajar di jalanan. Yang mengerikan, seorang dari mereka mencolok kemaluan Audrey dengan jarinya. Secara kasar.
Akibatnya kemaluam Audrey membengkak.
Perilaku itu mirip perkosaan. Kekerasan menghantam organ intim kewanitaan. Itu dilakukan segerombolan anak perempuan kepada anak perempuan lain yang jauh lebih muda.
Sebagai perempuan pasti para pengeroyok itu tahu, apa artinya perkosaan. Apa akibatnya bagi korban. Rasa sakit bukan hanya membekas pada fisik. Juga trauma psikis.
Tapi mungkin anak-anak ini lupa belajar empati. Mereka lupa bahwa anak perempuan yang disiksa ramai-ramai itu juga seorang manusia. Putri seorang ibu. Sama persis dengan mereka.
Ibu Audrey pasti menangis melihat derita anaknya.
Sehabis menyiksa mereka masih sempat foto-foto bersama. Tidak terbaca perasaan menyesal sedikitpun di wajah mereka. Bahkan ketika mereka dipanggil polisi, mereka kelihatan sumringah. Menunjukan kedegilannya.
Saya gak tahu. Dimana mereka simpan naluri perempuannya. Dimana mereka letakkan nasihat untuk saling menjaga kehormatan. Ketika kehormatan perempuan lain mereka rusak, sesungguhnya mereka sedang merusak kehormatannya sendiri.
Kini, ketika beritanya viral, mungkin 12 anak itu mulai menggigil ketakutan. Memang mereka masih di bawah umur. Tapi, sepertinya, sebuah tindakan perlu diambil agar binatang buas dalam diri mereka bisa disingkirkan. Jika hukum membiarkan perilaku biadab ini, mungkin anak-anak itu akan tumbuh menjadi monster.
Dari mana datangnya keberingasan?
Saya rasa datangnya dari pembiaran. Mungkin dari hukum yang loyo. Keberingasan bisa muncul dari siapa saja. Bahkan dari anak-anak manis berjilbab.
Audrey menangis. Bukan hanya korban pemukulan. Ia juga korban perkosaan sesama perempuan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews