Ibaratnya sebagai ajudan yang 24 jam melekat pada sang jenderal, segala isi jeroan si bos dan keluarganya pasti mereka tahu.
Hal yang kurang mendapat sorotan dalam kasus pembunuhan Brigadir Joshua adalah banyaknya ajudan yang melekat pada diri Irjen Ferdy Sambo. Ada delapan orang.
Sekalipun dia adalah seorang jenderal, normalkah dia punya privilege dilayani delapan ajudan yang semuanya polisi aktif? Apakah jenderal-jenderal lain di institusi kepolisian juga mempunyai ajudan sebanyak itu?
Mereka yang intern di dalam kepolisian bisa menjawab pertanyaan ini.
Kejadian pembunuhan ajudan Brigadir Joshua memantik pertanyaan bagaimana perasaan sesama ajudan menerima kenyataan rekannya sendiri dieksekusi. Apakah mereka marah atau takut?
Dua ajudan (Bharada E dan Bripka RR) ditetapkan sebagai tersangka dalam pembunuhan rekannya ini. Lantas bagaimana sikap lima ajudan yang lainnya?
Kesan yang ada mereka tutup mulut tidak membela rekan-rekannya yang terbunuh (Joshua) dan yang dijadikan tersangka (Richard dan Ricky).
Inilah kepingan puzzle yang masih belum ketemu tempatnya dalam kasus pembunuhan ajudan Brigadir Joshua.
Misalnya, bagaimana pendapat ketujuh ajudan tersebut tentang narasi pelecehan seksual yang dilakukan oleh rekan mereka Joshua kepada Ibu PC. Sebagai para ajudan yang sehari-hari melayani keluarga Irjen Ferdy Sambo, sangat mustahil kalo mereka berkata tidak tahu menahu soal itu.
Ibaratnya sebagai ajudan yang 24 jam melekat pada sang jenderal, segala isi jeroan si bos dan keluarganya pasti mereka tahu.
Kalo si bos punya wanita simpanan pasti mereka tahu. Kalo anak si bos terlibat narkoba pasti mereka tahu. Kalo istri si bos punya bisnis ilegal pasti mereka tahu.
Pokoknya, ya itulah segala isi jeroan keluarga si bos mereka tahu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews