Jelang 1 desember adalah hari-hari yang menegangkan karena ulang tahun organisasi papua merdeka (OPM). Masyarakat Papua mendukung penuh keberadaan TNI/Polri di Papua untuk menjaga kedamaian, khususnya jelang HUT OPM.
Papua adalah wilayah yang populer berkat keindahan alamnya, dan sebelum pandemi menjadi destinasi wisata yang didatangi oleh turis lokal dan asling. Akan tetapi sayang sekali ada OPM yang memberi citra buruk di Papua, seakan-akan di sana tidak aman, padahal kenyataannya berlawanan. Oleh karena itu OPM selalu diburu oleh apaarat, khususnya Satgas Nemangkawi, agar tidak meresahkan masyarakat.
Tanggal 1 desember adalah hari ulang tahun OPM dan menjadi hari yang mencekam karena biasanya mereka melakukan tradisi turun gunung alias menampakkan diri di tengah masyarakat. Jika biasanya hanya bergerilya, pada hari ultah tersebut anggota OPM pamer senjata api dan mengibarkan bendera bintang kejora.
Padahal bendera bintang kejora tidak sah karena WNI hanya boleh mengibarkan bendera merah putih. Oleh karena itu OPM diburu dan dihalau, jangan sampai mengacaukan situasi di Papua, dan mempengaruhi masyarakat untuk memegang bendera bintang kejora juga. Mereka juga berpotensi membuat kekacauan karena memaksa masyarakat Papua untuk ikut membelot.
Oleh karena itu pasukan gabungan TNI dan Polri diterjunkan untuk menjaga kondusivitas Papua, jelang 1 desember. Wakil Gubernur Akpol Brigjen Pol Awi Setiyono menyatakan bahwa anggota Polri dan TNI akan mengadakan patroli besar-besaran dalam rangka mengamankan masyarakat. Bahkan ada bantuan dari Brimob, agar situasi makin kondusif.
Penjagaan memang dilakukan makin ketat agar kekerasan tidak berulang. Jangan sampai ada tragedi seperti pada september lalu, kala KST menyerang nakes di Distrik Kiwirok dan menyebabkan korban jiwa. Atau saat oktober lalu ketika KST menyerang prajurit TNI yang sedang melakukan patroli. Bisa jadi tanggal 1 desember nanti, mereka kembali melakukan huru-hara dengan sengaja.
Untuk mengamankan Papua, maka setidaknya ada 17.000 anggota gabungan dari korps TNI dan Polri, serta Brimob, yang diterjunkan untuk mengamankan Papua jelang 1 desember. Jumlahnya memang banyak karena untuk mengantisipasi agar jangan sampai terjadi hal-hal negatif. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
Keberadaan anggota TNI dan Polri di Papua juga jangan membuat masyarakat heran, bahkan takut. Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan menyatakan bahwa keberadaan TNI di Papua adalah untuk menciptakan kedamaian dan keamanan. Tiap anggota TNI sadar bahwa keberadaan mereka adalah untuk menciptakan stabilitas dan keamanan, serta membuat warga sipil jadi nyaman.
Banyaknya anggota TNI dan Polri yang diterjunkan jelang ulang tahun OPM tidak membuat Papua menjadi DOM alias daerah operasi militer seperti yang ada di Aceh beberapa tahun lalu.
Akan tetapi, aparat murni berjaga dan mencegah segala keburukan terjadi, karena bisa saja OPM nekat membuat kerusuhan pada ulang tahun mereka. Huru-Hara memang sengaja mereka lakukan agar menarik perhatian publik.
Prajurit TNI dan Polri sadar bahwa mereka datang ke Papua untuk tugas mulia, yakni mengamankan masyarakat. Sementara itu, warga sipil juga merasa nyaman saat dijaga oleh aparat, karena berkat keberadaan mereka, OPM tidak akan berani mengacau. Bahkan di hari ulang tahunnya sekalipun.
Keberadaan anggota TNI dan Polri di Papua adalah untuk mengamankan situasi di sana, jelang ulang tahun OPM. Pencegahan wajib dilakukan agar jangan sampai organisasi pemberontak tersebut sengaja membuat huru hara, dan akhirnya memakan korban luka-luka hingga korban jiwa.
Alfred Jigibalom, penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Bali
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews