Karena ulah dan skenario Sambo, banyak personil polri yang terseret-seret dan harus menanggung risiko dan derita bagi keluarganya.
Rekayasa atau skenario kasus pembunuhan Brigadir J tidak berhasil atau berjalan mulus sesuai harapan.
Karena dari awal kasus ini sudah banyak kejanggalan atau ketidaksesuaian rangkaian narasi atau cerita.
Narasi atau ceritanya mudah berubah.
Seperti narasi tembak-menembak yang faktanya tidak ada. Terus pelecehan di rumah dinas, sekarang bergeser terjadi di Magelang.
Dan kasus ini tidak hanya menyeret dan menjadikan tersangka Eks Kadiv Propam Ferdy Sambo semata. Namun juga menyeret bawahannya atau personil polisi yang menangani kasus pembunuhan Brigadir J.
Ada 56 personil polisi yang diperiksa dan untuk saat ini yang sudah terbukti melanggar etik berjumlah 31 anggota polisi. Mulai dari Polres, Propam dan Bareskrim.
Mereka dianggap membantu atau menghambat penyelidikan kasus pembunuhan Brigadir J. Seperti merusak atau menghilangkan barang bukti CCTV atau merusak Tempat Kejadian Perkara atau TKP.
Dan segera akan menjalani sidak etik. Dalam sedang etik tentu ada keputusan yang bersifat ringan, sedang dan berat.
Kalau dijatuhi hukuman etik berat artinya akan diberhentikan dari anggota polri. Kalau hanya penundaan kenaikan pangkat atau mutasi artinya ringan atau sedang.
Inilah risiko yang harus ditanggung sebagai konsekuensi atas perbuatannya yang membantu atasannya dalam suatu kejahatan atau kriminal menghilangkan nyawa.
Tentu akan membawa kesedihan tersendiri bagi keluarga mereka yang suaminya terseret skenario Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Keluarga mereka tentu cemas kalau sampai diberhentikan dari anggota polri. Apalagi ini menyangkut kredibilitas Polri.
Karena ulah dan skenario Sambo, banyak personil polri yang terseret-seret dan harus menanggung risiko dan derita bagi keluarganya.
Kita tunggu hasil sidang etiknya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews