Mesin Perang Langit Utara [1] SR-72, "Son of Blackbird"

Peralatan perang yang terus dikembangkan oleh Amerika Serikat, tentu saja dimaksudkan untuk pertahanan, bisa menangkal serangan dari negara lain, atau jika diperlukan menyerang negara lain.

Sabtu, 23 Mei 2020 | 14:26 WIB
0
290
Mesin Perang Langit Utara [1] SR-72, "Son of Blackbird"
Sr-72 (Foto: portonews.com)

Sebagai negara adidaya di muka bumi, Amerika Serikat, harus selalu memiliki keunggulan sistem pertahanan, baik di darat, laut dan udara. Betapapun mahalnya alat-alat utama sistem pertahanan itu, dalam situasi ekonomi dalam negeri sesulit apapun, keunggulan itu mutlak harus selalu bisa dipegang. Bahkan untuk waktu yang jauh ke depan. Maka bergulirlah proyek besar jangka panjang, ‘Anak Burung Hitam’.

Pasca Perang Dunia II kekuatan militer dunia terbagi dua. Amerika Serikat bersama negara-negara Eropa Barat membentuk North Atlantic Treaty Organization atau NATO, di lain pihak Uni Sovyet dan negara-negara Eropa Timur mendirikan Warsaw Pact atau Pakta Warsawa. Memasuki dekade 1950an, perang dingin dimulai dan perlombaan senjata pemusnah massal tak terhindarkan.

Dalam situasi perang dingin yang sewaktu-waktu bisa meletus menjadi perang terbuka, Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower menyatakan perlunya pesawat pengintai jarak jauh berkecepatan sangat tinggi. Saat itu belum masuk era satelit. Pesawat itu diperlukan untuk mendeteksi pergerakan lawan, melakukan intersep serangan peluru kendali lawan, dan melakukan penyerangan mendadak. Maka dimulailah riset.

Hasilnya, pada 7 Desember 1964 Lockheed memperkenalkan pesawat SR-71 Blackbird. Pesawat ini bisa terbang dengan kecepatan Mach 3,5 atau 3.540 km/jam di ketinggian 24.000 meter di atas permukaan laut. Pesawat ini dinobatkan sebagai pesawat tercepat di dunia.

Jumlah pesawat SR-71 yang diproduksi mencapai 32 unit, dengan biaya produksi US$33 juta per unit saat itu. Pesawat- pesawat ini disiagakan di tiga tempat, yaitu Beale Air Force Base, California, Mildenhall, Inggris, dan pangkalan Okinawa, Jepang. Dari 32 unit yang diproduksi, 12 di antaranya mengalami kecelakaan saat bertugas.

Setelah era penerbangan luar angkasa dan satelit sudah demikian pesat berkembang, para analis militer di Pentagon membuktikan lewat beberapa simulasi, SR-71 tidak lagi sakti. Dengan panduan satelit, pihak musuh sangat mungkin merontokkan SR-71 dengan peluru-peluru kendali anti pesawat. Maka pada Oktober 1999 pesawat SR-71 Blackbird dinyatakan pensiun dari Angkatan Udara Amerika Serikat.

Sempat beberapa proyek pembuatan pesawat pengganti SR-71 dijalankan, namun kemudian dibatalkan. Sampai akhirnya pada tahun 2007 pemerintah Amerika Serikat menyetujui proyek pembuatan pesawat SR-72 dengan nicknamed Son of Blackbird. Proyek ini sangat rahasia. Baru pada 1 November 2013 muncul bocoran informasi yang dipublikasikan oleh Aviation Week & Space Technology tentang proyek SR-72.

Seperti sudah diduga sebelumnya, proyek pesawat hiper canggih ini akan digarap oleh Lockheed yang sejak 1994 merger dengan Martin Marietta menjadi Lockheed Martin. Dalam publikasi itu disebutkan bahwa SR-72 mampu terbang dengan kecepatan enam kali kecepatan suara, Mach 6, atau setara 6.400 km per jam. Dengan kecepatan itu, pesawat ini perlu ruang ratusan kilometer untuk berbalik arah.

Kecepatan terbang SR-72 ini dua kali dari pendahulunya, SR-71. Untuk membangun dua mesin HTV-3X, sejak tahun 2006 Lockheed Martin bekerja sama dengan Aerojet Rocketdyne. Sedangkan menyangkut desain pesawat seperti aerodinamis, efek aerothermal, sistem pemanduan, navigasi and kendali pesawat, Lockheed Martin berkolaborasi dengan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).

DARPA ini adalah lembaga riset di bawah Kementerian Pertahanan Amerika Serikat. Selain pada kecepatan terbang, perbedaan paling menonjol dari pendahulunya, SR-71 Blackbird, adalah, SR-72 Son of Blackbird dirancang sebagai pesawat tanpa awak. Dikendalikan oleh satu tim dengan peralatan remote canggih di pangkalan.

Saat terbang dengan kecepatan penuh, 6.400 km per jam di ketinggian 80.000 kaki atau 24.000 meter di atas permukaan laut, temperatur permukaan pesawat akan mencapai 3.500o Fahrenheit atau 1.926o Celcius. Temperatur yang bisa mencairkan besi. Panas itu ditimbulkan oleh gesekan permukaan pesawat dengan udara, pada kecepatan mulai Mach 5. Sehingga jika digunakan material konvensional yang biasa dipakai untuk pesawat terbang, akan meleleh.

Karenanya dipakai bahan-bahan komposit yang terdiri atas serat carbon berdaya tahan tinggi, keramik, dan campuran beberapa logam tertentu yang tidak bisa dilacak oleh radar atau satelit musuh. Material itu biasa dipakai pada permukaan pasawat luar angkasa atau peluru kendali antar benua (Inter Continental Balistic Missile) yang berkecepatan rata-rata di atas Mach 20 atau 24.000 km per jam.

Sebenarnya, SR-72 memiliki multi fungsi, yaitu sebagai pesawat mata-mata, pengintai, pengawasan, sekaligus sebagai penyerang. Tapi karena kecepatannya yang sangat tinggi, tidak ada senjata semacam bom atau rudal yang biasa dipasangkan pada pesawat tempur pada umumnya. Kini Lockheed Martin tengah melakukan riset guna menciptakan alat sensor anti rudal dan High Speed Strike Weapon, senjata khusus yang kompatibel dengan SR-72.

Pihak Angkatan Udara Amerika Serikat menginginkan SR-72 sudah masuk ke jajaran armada terbang pada tahun 2020. Akan tetapi, untuk pembuatan pesawat contoh saja baru akan dimulai tahun 2018, dan mulai uji terbang diproyeksikan pada tahun 2023. Hebatnya, Lockheed Martin telah menetapkan tanggal 24 November 2028 untuk melakukan terbang perdana.

SR-72 diprediksi akan mulai bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat pada 30 Desember 2030. Kalaupun ada ‘hambatan’ dalam proyek ini, Lockheed Martin harus merogoh koceknya sendiri. Karena tidak ada jaminan pemerintah Amerika Serikat mencairkan dana untuk pembuatan pesawat contoh tersebut.

Lockheed Martin

Lockheed Martin adalah perusahaan pembuat peralatan militer dan luar angkasa kedua terbesar di Amerika Serikat. Perusahaan ini hasil merger pada tahun 1994 antara Lockheed Aircraft Company dengan Martin Marietta.

Lockheed Aircraft Company yang bermarkas di Middle River, Maryland, didirikan pada 19 December 1912 oleh Allan Haines Loughead and Malcolm Loughead. Berbagai produk militer andalan Amerika Serikat dan termashur di dunia dihasilkan perusahaan ini, seperti pesawat C-130 Hercules, F-22 Raptor dan F-35 Lightning II. Awalnya perusahaan ini bernama Alco Hydro-Aeroplane Company, kemudian menjadi Loughead Aircraft Company, dan akhirnya menjadi Lockheed Aircraft Company.

Sementara Martin Marietta yang bermarkas di Baltimore, merupakan perusahaan hasil merger tahun 1961 antara Glenn L. Martin Company and American Marietta Corporation, adalah perusahaan pembuat produk-produk kimia, metalurgi, elektronika, roket, dan peluru kendali.

Lockheed Martin yang tercatat di New York Stock Exchange, pada tahun 2015 menempati urutan 64 dari 500 perusahaan terbesar di dunia versi Majalah Fortune. Per Desember 2015 nilai pasar Lockheed Martin mencapai US$40,5 miliar, dengan mencetak angka penjualan sebesar US$46,13 miliar, dan laba bersih US$3,60 miliar. Hingga beberapa tahun ke depan, total nilai order yang diraih oleh Lockheed Martin mencapai US$50,20 miliar.

Lalu berapa nilai kontrak pembuatan SR-72? Tidak pernah dipublikasikan. Tapi, menurut Marillyn A. Hewson yang mulai 1 Januari 2013 menjabat Chairman, President and Chief Executive Officer Lockheed Martin Corporation, harga satu unit SR-72 sekitar US$1 miliar.

Untuk pembuatan pesawat contoh, pihaknya telah mengeluarkan dana sekitar US$1 miliar. Jika Angkatan Udara Amerika Serikat mengoperasikan 32 unit SR-71, dan diasumsikan akan memsan 40 unit SR-72, maka nilai kontraknya dipastikan lebih dari US$40 miliar atau sekitar Rp 520 triliun.

Mengacu pada tabel yang dipublikasikan oleh Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, sejak tahun 2006 anggaran belanja militer negara Paman Sam itu selalu di atas US$500 miliar. Bahkan, pada periode 2008-2010 ketika Amerika Serikat dihantam badai krisis, anggaran belanja militernya terus meningkat.

Lalu, selain dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat Ameika Serikat, dari mana sumber pendapatan yang dipakai untuk membeli peralatan militer sebesar itu? Ya dari Treasury Bond, atau surat utang berjangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Sebagai catatan, peralatan perang yang terus dikembangkan oleh Amerika Serikat, tentu saja dimaksudkan untuk pertahanan, bisa menangkal serangan dari negara lain, atau jika diperlukan menyerang negara lain. Secara politik, musuh terbesar Amerika Serikat saat ini dan dalam beberapa waktu ke depan adalah Rusia dan China.

Per Mei 2016, 32,5% dari T-Bond yang diterbitkan dipegang oleh investor dari luar Amerika Serikat. Ironisnya, sekitar 7% dari T-Bond atau senilai US$1,25 triliun dipegang oleh investor China, dan sekitar 1% di tangan investor Rusia. Lebih lucu lagi, Lockheed Martin memiliki motto "We never forget who we're working for" (Kami tak akan pernah lupa untuk siapa kami bekerja).

***