Upaya Penggalangan Opini yang Dilakukan Sambo

Sambo dan Putri Candrawathi takut opini publik yang begitu liar dengan asumsi-asumsi yang menghakimi mereka.

Minggu, 14 Agustus 2022 | 21:44 WIB
0
267
Upaya Penggalangan Opini yang Dilakukan Sambo
Ferdy Sambo (Foto: Fajar Sultra)

"Membentuk atau mempengaruhi opini publik".

Rupanya, setelah terjadi pembunuhan Brigadir J di rumah dinas Eks Kadiv Propam Ferdy Sambo, yang bersangkutan menggalang opini atau narasi dari lembaga-lembaga negara.

Narasi yaitu pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J kepada istrinya yaitu Putri Candrawathi.

Sambo menelpon dan bertemu tatap muka dengan salah satu anggota Kompolnas yaitu Poengky Indarti. Dalam pertemuan tersebut seperti orang terdholimi sambil nangis-nangis menceritakan kasus pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J kepada istrinya.

Komnas HAM pun juga begitu ditelepon dan menceritakan kasus yang sama yaitu pelecehan seksual.

Beberapa anggota DPR juga ditelepon oleh Sambo dan menceritakan hal sama, pelecehan seksual.

Seperti yang diceritakan Mahfudz MD dengan Deddy Corbuzier dalam podcast nya.

Bahkan anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau LPSK disodori dua amplop tebal yang diduga berisi uang.Tapi ditolak atau dikembalikan.

Dari awal kasus ini sudah terlihat upaya-upaya menggalang opini dari lembaga-lembaga negara supaya mendapat dukungan dan mempercayai narasi pelecehan seksual.

Yang begitu mencolok yaitu opini atau pendapat psikolog dan Komnas Perempuan. Mereka berpihak pada Putri Candrawathi sebagai korban pelecehan seksual.

Bahkan pendapat psikolog yang terlalu mendramatisir trauma yang dialami oleh Putri Candrawathi. Setali tiga uang, Komnas Perempuan juga berpihak kepada Putri Candrawathi dengan mengatakan untuk tidak berasumsi atau opini liar terkait pembunuhan Brigadir J.

Psikolog dan Komnas Perempuan sepertinya termakan narasi pelecehan seksual yang disampaikan Ferdy Sambo. Mereka menerima begitu saja informasi dari Sambo tanpa prasangka atau sikap kritis.

Sambo saat diperiksa Bareskrim sebelum ditetapkan sebagai tersangka, juga meminta masyarakat untuk tidak "berasumsi" terkait kematian Brigadir J.

Sambo dan Putri Candrawathi takut opini publik yang begitu liar dengan asumsi-asumsi yang menghakimi mereka.

Apalagi asumsi-asumsi publik itu menyangkut yang umum terjadi dalam rumah tangga.

Namun,upaya pembentukan atau penggiringan opini yang dilakukan gagal dan publik lebih pintar atau tidak mudah percaya.

Malah laporan terkait pelecehan seksual yang dilaporkan oleh pengacara Putri Candrawathi dihentikan karena tidak ada bukti dugaan pelecehan seksual tersebut.

Karena sebelum tewas, Brigadir J ada di halaman depan rumah dinas dan dipanggil masuk ke dalam oleh Sambo.

Artinya motif pelecehan seksual hanya sebagai alibi atau pembelaan dari fakta yang sebenarnya.

Kalau pelecehan seksual itu benar adanya, maka korban atau Putri Candrawathi akan antusias berbicara kepada publik apa yang dilakukan Brigadir J kepada nya.

Dan akan mengungkit-ungkit kebaikan keluarganya yang diberikan kepada korban Brigadir J.

Faktanya, Putri Candrawathi selalu berdalih trauma dan susah untuk ditemui oleh Komnas HAM atau aparat penyidik. Seperti menghindari pemeriksaan.

Bisa jadi, trauma yang dialami Putri Candrawathi karena melihat kejadian atau peristiwa yang mengerikan tewasnya Brigadir J karena ditembak.

Sebenarnya, bisa saja Putri Candrawathi ini menjadi tersangka dengan berita bohong terkait pelecehan seksual.

Drama ini seperti kisah dalam novel, yang biasanya dibumbui percintaan, pengkhianatan dan intrik politik.

**"