Promosi senjata jadi penting, rudal-rudal Iran tak menutup kemungkinan akan banyak diminati oleh negara lain karena mempunyai tingkat presisi yang akurat dan bisa menghindari dari deteksi radar.
Mengapa rudal-rudal Iran dengan bebas membombardir pangkalan AS yaitu Ain al-Assad dan Erbil di Irak tidak bisa dirontokkan atau ditembak oleh rudal AS sebelum mencapai sasaran?
Bukankan pangkalan AS yaitu Ain al-Assad adalah pangkalan terbesar dan terlengkap baik secara alutsista, mengapa bisa kebobolan?
Bukankah radar AS termasuk radar terbaik yang bisa mengendus keberadaan benda-benda asing baik itu pesawat atau rudal dan daya endusnya bisa mencapai 500 km dari segalan penjuru mata angin?
Bahkan tidak ada satu pun rudal Iran yang menyasar pangkalan AS bisa ditembak jatuh oleh sistem persenjataan AS.
Inilah yang menyisakan pertanyaan dari serangan Iran ke pangkalan AS.Ini mengingatkan seperti kasus yang belum lama terjadi yaitu dua kilang minyak Aramco, Arab Saudi juga dirudal dengan puluhan drone dari Yaman tanpa bisa diketahui atau terdeteksi oleh radar Arab Saudi.
Bahkan konon rudal Patriot yang mahal itu tidak bisa mendeteksi drone-drone tersebut sebelum menghantam dua kilang minyak Aramco. Iran pun dituduh di balik serangan tersebut.
Kalau Israel mempunyai Iron Dome atau kubah besi sebagai bentuk pertahanan apabila ada roket, rudal atau drone yang memasuki wilayah udaranya langsung bisa dihancurkan sebelum mencapai sasaran dan menimbulkan korban jiwa atau kerugian. Dan itu sudah terbukti-setiap kelompok Hamas menyerang wilayah Israel, Iron Dome bisa berfungsi dengan baik. Sekalipun tidak bisa menembak jatuh semua roket dari Hamas.
Bisa jadi, inilah yang membuat kaget dan tidak percaya Pentagon atau AS, mengapa rudal-rudal Iran dengan bebas membombardir pangkalan tanpa ada perlawanan atau ditembak di udara sebelum mencapai sasaran.
Dan karena kaget dan tidak percaya,maka AS tidak berani melakukan searangan balasan. Karena, kalau pangkalan Ain al-Assad saja bisa ditembus dan menjadi sasaran rudal Iran, maka tidak menutup kemungkinan pangkalan-pangkalan lainnya yang berada di negara sekutunya seperti Yordania, Dubai, Kuwait, Israel dan Qatar juga bisa disasar atau dilabrak oleh rudal-rudal Iran.
Hal inilah yang membuat negara-negara sekutu Amerika menjadi ketakutan kalau rudal-rudal Iran menyasar negaranya. Sekutu-sekutu AS menjadi panik dan kaget, ternyata sistem pertahanan atau persenjataan Amerika tidak bisa dihandalkan untuk melindungi sekutunya dari terjangan rudal Iran.
Oleh karena itu, sekutu-sekutu AS tersebut meminta AS untuk tidak melakukan serangan balasan kepada Iran. Karena kalau AS melakukan serangan balasan dari pangkalan sekutunya, maka Iran akan melakukan serangan balasan kepada negara sekutu AS tanpa ampun.
Bahkan sebelum Iran memutuskan menyerang pangkalan AS yang berada di Irak, Iran juga sudah mau menyerang pangkalan AS yang berada di Kuwait dan Yordania karena dua pangkalan tersebut terlibat pembunuhan Jenderal Qossem Solaimani.
Selama ini Iran memang pernah sesumbar bisa menarget pangkalan-pangkalan AS yang berada di negara sekutu AS tersebut. Sekutu-sekutu AS tidak ingin terlibat atau terseret konflik dengan Iran. Musuh bebuyutan Iran yaitu Israel saja diam dan tidak ingin berkomentar terkait pembunuhan Jenderal Qossem.
Karena Israel tidak ingin negaranya menjadi sasaran rudal Iran lewat sekutunya yaitu Hizbullah Lebanon. Bahkan menurut sumber pasukan Hizbullah dan persenjataannya sudah siaga penuh dan tinggal menunggu instruksi dari petinggi Hizbullah yaitu Hassan Nasrallah pemimpin kharismatik.
Sekarang AS akan berfikir ulang kalau ingin menyerang Iran. Segala sesuatunya masih bisa terjadi.
Di sinilah promosi senjata menjadi penting, rudal-rudal Iran tidak menutup kemungkinan akan banyak diminati oleh negara lain karena mempunyai tingkat presisi yang akurat dan bisa menghindari dari deteksi radar.
Kita tunggu episode berikutnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews