Pernyataan Agnes harus dilihat secara komprehensif. Harus diletakkan pada konteknya. Bukan diletakkan pada imajinasi liar semata.
Yang bully Agnes Monica soal pernyataan “cause I actually don’t have Indonesian blood whatsoever”, sudahkah saksikan video utuhnya yang berdurasi 27 menit itu? Jika belum, kenapa ikut-ikut dan sebarin video editan yang misleading. Tidak utuh. Yang sama dodolnya dengan postingan penggalan ayat yang menyesatkan.
Jika belum menyimak video utuhnya, baiklah saya jelaskan. Agar semuanya jangan mudah sharing tanpa saring terlebih dahulu.
Memang benar Agnes bilang dia gak punya darah Indonesia.
“Yeaaa.... Cause I actually dont have Indonesian blood whatsoever. Cause I’m actually German, Japanese, Chinese, I was just born in Indonesia. I’m also Christian, which is in Indonesia the majority there moslem. I’ve always been kind of… you know.. I’m not going to say that I felt like I don’t belong there, because I always feel like the people accepted me for who I was but there’s always that sense that ughhh I’m not like everybody else.....”
Namun jika disimak secara utuh dan meletakkan pernyataan pada konteksnya, maka semuanya paham, bahwa Agnes berbicara demikian pada konteks keindonesiaan dia dalam bermusik. Bukan yang lain. Bukan karena dia tidak suka jadi orang Indonesia.
Pernyataan yang dipenggal kemudian dijadikan bahan untuk bully dan gossip itu adalah satu paket dengan penjelasan Agnes Monica sebelumnya soal keragaman musik Indonesia yang begitu kaya. Itu sebabnya—dalam wawancara itu– Agnes menegaskan bahwa corak musik yang dia tampilkan bukan semata perwakilan budaya Indonesia, tetapi lebih dari itu. Keterbukaan budaya sebagai orang Indonesia.
Ketinggian, ya?
Keterbukaan budaya yang dimaksud Agnes adalah karena kesejarahan dia menjadi biduan. Dia hidup dalam alam bhineka tapi menjajaki karirnya sebagai penyanyi gereja. Sementara dia bukan keturunan suku asli Indonesia seperti Jawa, Batak, Minang dan sebagianya. Dia orang Indonesia yang blasteran.
Jadi ada semacam kontradiksi dalam diri dia dalam mencari jati diri warna musik yang dia pilih. Dia merasa unik. Salah gitu? Ya enggak dong.. Boleh kan semua orang bilang dirinya dia unik...
Dalam konteks itulah dia bilang:
"I’m not going to say that I felt like I don’t belong there, because I always feel like the people accepted me for who I was but there’s always that sense that ughhh I’m not like everybody else.....”
Anda pasti tanya ugghhh itu artinya apa..
Artinya, dia merasa berbeda dengan seniman kebanyakan. Cengkoknya bule asli. Bandingkan dengan Anggun Cipta Sasmi. Mau kemana dia nyanyi pake bahasa apa kek, sengau Indonesianya selalu ada. Agnes tidak. Jadi dia dilihat berbeda. Kok Agnes yang orang Indonesia, kok kalau nyanyi bule gak ada aksen Indonesiannya ya.. Tapi kok saya diterima ya.
Dan pernyataan ini sah-sah saja jika dia mengira demikian, Gak ada yang salah.
Jadi bukan dia gak suka jadi orang Indonesia. Gak begitu.
Pernyataan Agnes harus dilihat secara komprehensif. Harus diletakkan pada konteknya. Bukan diletakkan pada imajinasi liar semata. Atau didasarkan perilaku julid memposting fitnah karena malas cari tahu apa benar dia bilang begitu.
Sebab nyatanya, dalam acara tanya jawab, dia mungkin akan memasukkan unsur musik tradisional seperti Jaipong pada komposisi lagu berikutnya.
Jadi jelas Agnes Mo tidak serendah yang komentar banyak orang soal editan video itu.
Dia cinta Indonesia. Kitanya aja yang dodol Bahasa Inggrisnya tapi sok tahu.
Mari agak sehat dikit bermedsos.
Jangan meriang terus.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews