Agresif itu boleh, namun jangan ceroboh! Komisi Keselamatan MotoGP harus segera rapat untuk membahas isu penting ini, agar tidak ada lagi korban akibat 'dangerous riding' seperti Zarco.
Lap kesembilan MotoGP Austria 2020 baru saja dimulai. Memasuki trek lurus menanjak, setelah tikungan pertama sirkuit Red Bull Ring, Johann Zarco, pembalap Avintia Ducati, berhasil mendahului Franco Morbidelli dari Petronas SRT Yamaha untuk mengambil posisi kedelapan. Agak jauh di depan mereka, duo Yamaha pabrikan yaitu Valentino Rossi dan Maverick Vinales sedang berebut posisi 6.
Ketika sudah mendekati tikungan tajam ke kanan, setelah tanjakan itu, Zarco tiba-tiba mengerem dan menutup jalur. Maksudnya agar Morbidelli tidak menyalip. Padahal posisi Morbidelli sangat dekat dengan Zarco.
Tabrakan tak terhindarkan. Tabrakan sangat keras, kedua pembalap terguling. Sementara motor Ducati milik Zarco, dan motor Yamaha milik Morbidelli terpental menuju tikungan tajam tadi. Dan di sana, baik Vinales dan Rossi sedang menikung.
Motornya Zarco tepat terbang di atas Vinales. Nyaris mengenainya, hingga Vinales memegangi kepalanya untuk berlindung. Motornya Morbidelli nyaris mengenai guru balapnya, Eyang Doktor Rossi, kalau saja Eyang Doktor tiba di tikungan itu lebih cepat.
Bendera merah dikibarkan untuk membersihkan trek. Zarco tampak baik-baik saja, karena dia bisa langsung berdiri dan mendekati Morbidelli. Morbidelli sendiri meski di awal terlihat sangat kesakitan dan harus ditandu, pemeriksaan medis menunjukkan bahwa tidak ada cedera serius.
Rossi tampak sangat terguncang ketika tiba di garasi, terlihat dari sorot mata dan gesturnya. Meski demikian, Rossi tetap menunjukkan performa yang konsisten saat balapan diulang, berhasil finis di posisi lima. Begitu pula Vinales, yang kemudian setelah balapan diulang mengalami masalah kopling dan harus finis di posisi kesepuluh. Mau gimana lagi, lha baru saja lolos dari maut yang sudah di depan mata!
Morbidelli langsung mengecam Zarco. "Zarco itu setengah pembunuh. Dia ngerem kayak gitu di kecepatan 300 km/h, artinya dia nggak punya respek sama dia sendiri maupun orang lain yang balapan," ucap Morbidelli dikutip Sky Sport Italia.
"Ya maaf aja, aku nggak bisa ngapa-ngapain pas itu, lha pas aku ngerem tiba-tiba dia ngubah arah motornya keluar dari jalur. Moga-mogalah kecelakaan ini bikin dia mikir, ini bahaya lho baik buat aku, dia, maupun buat Valentino dan Maverick," lanjutnya.
Sementara Eyang Doktor Rossi sedikit lebih kalem. Eyang Doktor menekankan pentingnya rasa hormat antarsesama pembalap, karena olahraga balap motor itu sangat berbahaya. "Mohon maaf, tapi Anda semua mestinya punya rasa hormat sama sejawat pembalap. Ini olahraga berbahaya, apalagi ini sirkuit yang trek lurusnya panjang dan kecepatan kita hampir selalu nyampai 300 km/h. Mungkin Zarco mau nutup jalur memang, tapi itu terlalu deket dan Franco nggak bisa ngehindar. Ini bisa bikin bahaya, nggak cuma buat dia sendiri, tapi buat saya sama Vinales," ucap The Doctor.
"Saya sudah bilang hal tadi ke Zarco, dan saya tahu dia nggak bermaksud bikin celaka orang lain. Tapi yang jelas, agresif pas balapan itu bagus, tapi ngerem mendadak kayak gitu namanya cari mati," kata Rossi lagi.
Bagi Pak Guru, ada dua hal yang berpengaruh dalam keparahan kecelakaan Zarco ini. Pertama, karakteristik sirkuit Red Bull Ring yang memang tidak cocok untuk balap motor. Red Bull Ring ini karakter sirkuitnya mayoritas diisi trek lurus diikuti dengan pengereman yang sangat dalam untuk memasuki tikungan tajam, istilahnya 'stop-go'.
Ketinggian dataran juga bervariasi, sehingga ada tikungan yang terletak di ujung tanjakan, ada juga yang terletak setelah turunan curam. Pun karena sirkuit ini didesain utamanya untuk digunakan balap mobil, standar perangkat keselamatan yang terpasang di sirkuit juga lebih banyak disesuaikan untuk balap mobil, seperti run-off area yang lebih sempit dan banyak berupa aspal.
Hal kedua, sebagaimana dikatakan oleh Rossi dan Morbidelli, kurangnya rasa hormat antarsejawat pembalap.
Gaya balap para pembalap zaman now, khususnya pembalap-pembalap muda, saat ini sangat-sangat agresif. Di satu sisi ini baik bagi balapan, karena menghasilkan kompetisi yang sangat ketat dan tontonan yang seru. Namun, hal lain yang timbul adalah kurangnya respek kepada lawan, terutama dalam hal keselamatan.
Apa yang Zarco lakukan adalah hal yang ceroboh. Memang sudah jadi insting setiap pembalap untuk merebut posisi lawan dan mempertahankan posisi itu saat diserang. Namun, bukan berarti menggunakan cara yang terlalu berisiko seperti yang dilakukan Zarco.
Jika kita melihat tayangan kecelakaan itu dari berbagai sisi (bisa dilihat di akun YouTube resmi MotoGP), jelas dapat kita lihat Zarco mengerem keras sambil melebar ke sisi dalam tikungan, keluar dari racing line normal. Padahal Morbidelli, yang mendapatkan slipstream dari Zarco, posisinya sudah sangat dekat. Tentu Morbidelli tidak akan sempat mengerem dan tentu saja tidak bisa menghindar dari menabrak Zarco dengan kecepatan tinggi.
Dampaknya, ya kita lihat saja. Zarco dan Morbidelli mungkin relatif aman, meski ada risiko cedera dari benturan yang terjadi. Namun, motor mereka pasti terpental dengan kecepatan tinggi, dengan arah sesuai arah awal motor: menuju tikungan tajam. Tentu akan membahayakan pembalap di depan mereka, yang sedang menikung di tikungan tersebut.
Vinales sangat beruntung. Motor Zarco tepat terbang di atas kepalanya, sehingga dia tidak kena apa-apa. Rossi juga sangat beruntung, karena jika Rossi tiba di tikungan itu lebih cepat sepersekian detik, dia bisa terhantam motornya Morbidelli dan menyebabkan cedera serius, bahkan kematian.
Perlu adanya 'gentleman agreement' antarsejawat pembalap untuk saling menghormati di trek. Agresif itu boleh, namun jangan ceroboh! Komisi Keselamatan MotoGP harus segera rapat untuk membahas isu penting ini, agar tidak ada lagi korban akibat 'dangerous riding' seperti Zarco.
Sementara pengelola sirkuit Red Bull Ring sepertinya perlu mengubah sedikit sirkuit ini. Paling tidak agar karakteristik sirkuit lebih aman dan ramah untuk balap motor. Setidaknya jangan terlalu banyak run-off area berupa aspal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews