Ketika Sepak Bola Menjadi Seperti Agama

Berdsarkan riset, Real Madrid dan Barcelona FC melampaui semua klub elit dunia lainnya seperti Manchester United, Bayern Munchen, Juventus, dan sebagainya.

Sabtu, 24 Agustus 2019 | 07:47 WIB
0
1126
Ketika Sepak Bola Menjadi Seperti Agama
Diego Maradona (Foto: These Football Times)

“Sepak bola itu bukan hanya sebuah game. Ia juga bukan hanya sekedar sport. Di era kini, sepak bola sudah menjadi agama.”

Demikianlah kutipan Diego Maradona, satu dari pemain sepakbola terbesar sepanjang sejarah mengenai olahraga kecintaannya.

Pemain terbesar lainnya, Pele, berucap yang kurang lebih sama. Ujar Pele, bagi saya, sepak bola itu sudah seperti agama. Saya memuja bola sedikit di bawah memuja Tuhan.

Awalnya kutipan Diego Maradona dan Pele bagi saya hanyalah kumpulan kata kata indah. Namun ketika saya berjumpa fans Real Madrid di Madrid dan fans Barcelona di Barcelona, tahulah saya.

Fanatisme penggemar bola kepada klubnya tak beda dengan fanatisme penganut militan sebuah agama. Dan pertandingan sepak bola bagi mereka bukan hanya pertarungan olah raga belaka. Pertandingan bola menjadi saluran emosi, kemarahan, mimpi dan hal lainnya yang penting dalam hidup mereka, bahkan di luar urusan sepak bola.

Saya berkunjung ke Madrid, Spanyol, tahun 2017. Dua anak saya, dua duanya penggemar fanatik Real Madrid CF, dan waktu itu Cristiano Ronaldo (ketika masih di Club Real Madrid). Mereka murni seorang Madridistas.

Ketika tiba di Madrid, pertama yang mereka minta mengunjungi Santiago Barnabeu Stadium. Itu stadion sepak bola Real Madrid. Tiba di depan stadium, mereka histeris melonjak kegirangan. Kadang saya cemburu karena tak pernah mengalami kegirangan histerik macam itu terhadap apapun.

Khusus persaingan antara Real Madrid dan Barcelona, itu pula seperti persaingan dua sekte agama bagi penggemarnya. Di hadapan dua anak saya, saya harus menyembunyikan kekaguman saya kepada Lionel Messi, bintang sepak bola Barcelona. Jika tidak, mereka akan merajuk dan protes yang cukup panjang.

Ternyata memang persaingan Real Madrid verus Barcelona yang panas dirasakan oleh umumnya penggemar.

Kepada pemandu turis dan beberapa orang yang saya jumpai di Real Madrid, dan di Barcelona, saya bertanya bagaimana perasaan mereka setiap kali menghadapi El Clasico, pertarungan sepak bola antara Real Madrid versus Barcelona.

Ini salah satu komentar fans Real Madrid. Bagi kami itu bukan hanya pertandingan sepak bola. Itu adalah perang sipil! Kami tak suka Barcelona bukan hanya karena sepak bolanya. Penduduk di sana terlalu angkuh dan sombong ingin merdeka dari Spanyol. Mereka ingin lepas punya negara sendiri yang berbeda dari Spanyol. El Clasico bagi kami tempat yang paling tepat untuk melumatkan kesombongan mereka.

Fans Barcelonapun memiliki persepsi serupa. Barcelona bagi kami bukan hanya klub sepak bola. Barcelona sudah menjadi identitas kultural. Kami ingin penduduk Spanyol menyadari, budaya kami Catalonia lebih tinggi dibandingkan budaya Spanyol. El Clasico tempat kami yang sah melampiaskan perlawanan kami.

Klub sepakbola manakah yang paling besar sepanjang sejarah? Saya pernah meneliti dan membuatkan kriteria, lalu menghitung data statistiknya.

Saya susun dulu beberapa kriteria yang bisa diukur dan diperbandingkan, antara lain gelar kejuaraan yang pernah dimenangkan, kekuatan bisnis (pendapatan ekonomi) klub, jumlah fans yang terdata di social media. Hasilnya? Real Madrid rangking pertama, dan Barcelona rangking kedua.

Dua klub ini melampaui semua klub elit dunia lainnya seperti Manchester United, Bayern Munchen, Juventus, dan sebagainya. Lengkapnya dasar kriteria dan perhitungan itu.

Balon D'or adalah penghargaan sepakbola paling prestisius dunia saat ini. Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, sebelum tahun 2018, kesepuluh penghargaan pemain terbaik hanya digilir oleh bintang Real Madrid: Cristiano Ronaldo (5 kali) dan bintang Barcelona: Lionel Messi (5 kali).

Dalam list rangking penerima Balon D’or terbanyak, hingga tahun 2019, Cristiano Ronaldo masih di atas Lionel Messi. Walau dua duanya sama sama menerima rangking satu sebanyak 5 kali, namun untuk rangking dua, Ronaldo menerima lebih banyak: 6 kali, dibanding Lionel Messi 5 kali.

El Clasico nama dari pertarungan Real Madrid versus Barcelona. Sejak lahir sekitar 100 tahun lalu, sampai tahun 2018, data mencatat dua klub ini sudah berjumpa sebanyak 233 kali. Klub mana yang lebih banyak menang? Real Madrid sedikit di atas: pernah menang 93 kali. Barcelona pernah menang 91 kali. Seri sebanyak 49 kali.

Bagaimana dengan jumlah bola yang disarangkan ke gawang lawan selama El Clasico? Real Madrid sudah membobolkan bola ke gawang Barcelona sebanyak 393 goal. Sementara Barcelona memasukkan bola ke gawang Real Madrid sebanyak 380 kali.

Persaingan sengit Real Madrid dan Barcelona bahkan membelah masyarakat Spanyol.

Pemandu tur yang mengantar saya bercerita. Ia pernah menemani penggemar Real Madrid yang menonton El Clasico di Stadion Bola Barcelona. Pulang dari stadion kompetitor mereka itu, sang penggemar Real Madrid langsung mandi mencuci seluruh badannya. Katanya ia harus membersihkan diri karena menyentuh terlalu banyak barang milik Barcelona di stadion itu.

Tak pernah terjadi sepanjang sejarah sebuah event ditonton sedemikian banyaknya manusia di seluruh dunia dalam waktu yang sama. FIFA.Commencatat, final World Cup FIFA 2018 ditonton langsung oleh 3.2 milyar manusia, baik melalui TV convensional ataupun digital. Karena total jumlah manusia kini sebanyak 7 milyar, final sepak bola 2018 sudah ditonton oleh hampir 50 persen seluruh penduduk dunia.

Agaknya species homo sapiens memang membutuhkan sebuah event bersama, event persaingan, sebuah event yang membangkitkan adrenalin mereka. Kini Sepak Bola yang memberikannya secara massif dan modern. Tiada event lain yang mampu menandingi sepak bola.

Beruntunglah Spanyol yang kini memiliki dua klub sepak bola terbesar sepanjang sejarah. Dua klub sepakbola itu di mata penggemar fanatiknya tumbuh seperti dua sekte agama.

Agustus 2019

***

Catatan Perjalanan Denny JA