Penulis hanya berharap agar seandainya FE benar-benar diselenggarakan di Jakarta, segala sesuatunya sudah siap dan terkoordinasi dengan baik.
Siang bolong di hari Minggu, penulis terkejut ketika mendapati ada notifikasi dari Facebook. Teman penulis, seorang kader PKS, menandai penulis dalam sebuah kirimannya. Teman penulis tersebut membagikan sebuah kiriman dari akun Facebook Anies Baswedan dengan memberikan caption penuh kebanggaan.
Ya, Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan bahwa pertengahan 2020, Jakarta siap menjadi tuan rumah balapan Formula E, balapan setingkat Formula 1 untuk mobil bertenaga listrik.
Sesaat penulis ternganga. Anies membanggakan bahwa dia telah menyelesaikan diskusi dengan Alejandro Agag, CEO Formula E, untuk balapan di Jakarta ini. Anies berfoto-foto dengan para pembalap FE yang pada saat itu sedang bersiap menjalani balapan di New York. Anies menyatakan dengan tegas kesiapan Jakarta menggelar FE, dan bahwa secara resmi, pada pertengahan tahun 2020 FE akan digelar di Jakarta.
Setelah ternganga sesaat, penulis tiba-tiba menanyakan beberapa hal, antara lain:
1. Bagaimana persiapan layout dan konstruksi sirkuitnya?
2. Mengapa ketika penulis berusaha menelusuri lebih jauh, penulis belum menemukan sumber lain selain pernyataan Anies di media sosial?
Untuk pertanyaan pertama, penulis benar-benar menyangsikan. Belum ada gembar-gembor persiapan bentuk sirkuit, siapa yang mendesain, dan semacamnya. Padahal Mandalika yang direncanakan akan menggelar MotoGP pada 2021, sudah ada gambaran desain sirkuitnya.
Meskipun Formula E menggunakan sirkuit jalan raya di tengah kota, tetap saja harus ada gedung paddock dan infrastruktur lain yang diperlukan untuk sirkuitnya. Mana persiapannya?
Sebagai catatan, pada tahun 2009 dulu kita pernah akan menggelar A1GP di Sirkuit Lippo Karawaci. Sirkuit yang merupakan gabungan dari sirkuit permanen dan jalan raya ini, bahkan didesain khusus oleh Hermann Tilke, yang terkenal mendesain sirkuit-sirkuit balap di era modern ini. Sirkuit ini diharapkan setelah menggelar A1GP, juga bisa menggelar F1.
Persiapan sudah dijalankan. Sirkuit sudah dibangun. Ujung-ujungnya, A1GP tidak jadi digelar, apalagi F1. Sirkuit pun ‘terbengkalai’, hanya sesekali digunakan untuk balap lokal. Kalau yang sudah persiapan saja bisa bernasib seperti ini, apalagi kalau yang seakan tanpa persiapan ini?
Untuk poin kedua, sampai malam hari penulis tidak menemukan pernyataan apapun terkait balap FE di Jakarta, selain pemberitaan dari media nasional yang mengutip kiriman Anies. Dari media motorsport ternama seperti Motorsport.com, penulis tidak menemukan pemberitaan terkait.
Seharusnya jika memang disepakati demikian, sudah ada pengumuman resmi selain dari Anies, yaitu dari penyelenggara FE yang diberitakan di seluruh dunia.
Baru pagi tadi penulis mengecek Motorsport.com dan menemukan artikel terkait FE Jakarta. Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa pembicaraan terkait FE masih terus berjalan, meskipun sudah benar-benar berkembang.Seorang juru bicara Formula E memberikan keterangan bahwa “Kami dalam diskusi lebih lanjut, namun kami belum bisa memberikan pengumuman apapun.” Bisa disimpulkan bahwa sebenarnya penyelenggaraan FE di Jakarta belum final, meskipun memang diskusi yang sudah dilakukan sangat advanced dan benar-benar sangat berkembang.
Apa artinya? Anies sebenarnya sudah ‘lancang’ khususnya pada pihak penyelenggara FE. Orang dari pihak FE sendiri bahkan belum memutuskan apakah FE akan diselenggarakan di Jakarta, Anies malah mengklaim seolah dia telah menyelesaikan diskusi dengan penyelenggara FE bahwa tahun depan FE akan diselenggarakan di Jakarta. Bahkan sirkuitnya saja belum siap desain dan infrastrukturnya, sudah seolah-olah segalanya siap.
Penulis hanya berharap agar seandainya FE benar-benar diselenggarakan di Jakarta, segala sesuatunya sudah siap dan terkoordinasi dengan baik. Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang ‘hangat-hangat tahi ayam.’
***
Penulis adalah mahasiswa biasa yang menggemari dunia motorsport.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews