Dulu, terlihat jelas kualitas sepakbola Indonesia hanya kalah tipis di level Asia. Kini, di level Asia Tenggara aja Indonesia kian terpuruk.
Saya terbang ke Bangkok 16 September 1995 demi mendukung klub Persib Bandung. Kebetulan, ada 2 pemain seklub saya main di Persib: Nandang Kurnaedi dan Asep Somantri.
Sebagai juara Liga Indonesia 1995, Persib mewakili Indonesia melakoni fase awal Liga Champions Asia.
Leg-1 Persib vs Bangkok Bank bertanding di Chulalongkorn Stadium. Puji Tuhan, Persib menang 2-0 atas juara Thailand itu. Malamnya kami mensyukuri kemenangan. Saya bareng semua pemain Persib, shopping & halan-halan di kota Bangkok.
Lalu, leg-2 di Stadion Siliwangi, Bandung, Persib kalah 0-1. Tapi, agregat 2-1 untuk keunggulan Persib. Karenanya, Persib lolos ke fase berikut melawan Pasay City, juara Philippines.
Sayapun terbang lagi ke Manila 14 Oktober 1995. Fase berikut ini, laga dihelat di Rizal Memorial Stadium. Persib mencukur Pasay City 3-1.
Lalu, saat laga tandang di Stadion Siliwangi Pasay City kalah lagi 2-1. Dengan agregat 5-2, Persib akhirnya lolos ke kwarter final.
Babak perempat final Liga Champions Asia ini dihelat di Stadion Siliwangi, Bandung. Di Grup Asia Timur ini, Persib segrup dengan Ilhwa Chunma (South Korea), Verdy Kawasaki (Japan) & Thai Farmers Bank (Thailand).
Dalam klub Ilhwa Chunma inilah Shin Tae Yong bermain. Saat laga melawan Persib 28 November 1995 itu, STY ikut jadi penjebol gawang Persib (lihat foto). Sayang banget, Persib kalah telak 5-2. Akhirnya, enduransi dan teknik tinggi Ilhwa Chunma ini sukses membikinnya menjadi juara grup.
Dengan 2 klub lainnya, Persib hanya kalah tipis. Persib ditekuk Verdy Kawasaki 3-2. Lalu Persib dipatil Thai Farmers Bank 2-1.
Dulu, terlihat jelas kualitas sepakbola Indonesia hanya kalah tipis di level Asia. Kini, di level Asia Tenggara aja Indonesia kian terpuruk.
Melawan Thailand atau Vietnam di AFF Cup, koq kita jadi ayam sayur?
**"
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews