Orang-orang bilang, saya baru mampu hidup dalam budaya lisan dan belum sampai pada budaya tulisan. Tapi saya tetap ingin mencoba menulis.
Saya benar-benar tidak punya ide untuk menulis. Apalagi untuk bercerita tentang trik menulis yang baik bagi orang lain. Pekerjaan sehari-hari yang menyita waktu dan perjalanan keluar kota yang melelahkan, telah mengacaukan kosentrasi dalam memformulasikan gagasan. Saraf motorik saya tidak juga mau bekerja, menunggu dan terus menunggu datangnya ide.
Orang bilang mencari ide untuk menulis bisa datang dengan berbagai cara. Misalnya dengan duduk berlama-lama di kloset sambil merokok, pergi ke tempat yang hening dan sejuk untuk merenung, atau nongkrong di tepi jalan berjam-jam. Saya sudah mencobanya tapi tetap gagasan untuk menulis tidak juga datang. Pikiran saya tetap saja melompong.
Kata orang, menulis itu gampang, segampang bercakap-cakap dengan sembarang orang di sembarang tempat. Asal ada kemauan untuk melakukannya. Tinggal sediakan buku dan alat tulis atau duduk di depan layar komputer, maka rangkaian kalimat mengalir seperti air pegunungan menyusuri sungai hingga ke hilir. Saya sudah mencobanya, tetapi kertas itu tetap bersih, layar komputer juga masih kosong.
Saya benar-benar merasa tidak punya ide untuk menulis. Padahal saya sudah membaca berbagai buku tentang cara menulis. Mulai dari buku yang populer hingga buku bersifat ilmiah. Teori-teori menulis rasa-saranya sudah dikuasai dengan baik. Berbagai outline tulisan juga sudah dibuat. Tema-tema berteberan di buku catatan.
Dari sekian banyak referensi tersebut, saya melihat orang lain kok begitu lancar menuangkan berbagai gagasannya dalam tulisan. Kalimat-kalimatnya enak dibaca. Ibarat makanan, renyah dan gurih untuk disantap. Ibarat minuman, menjadi penyegar ketika dibutuhkan. Pengalaman sehari-hari yang sederhana dan tidak istimewa, bisa menjadi tulisan menarik dan menjadi sesuatu yang lain dari biasanya.
Masalah remeh temeh seperti naik angkutan kota yang tidak nyaman ketika berangkat dan pulang sekolah, ketika ditulis orang lain, bisa membawa saya menjadi bagian dari persoalan itu. Padahal apa anehnya angkutan kota di Bandung? Dari dulu hingga sekarang begitu-begitu saja, tidak ada perkembangan berarti. Soal kemacetan dan ketidaknyaman dalam perjalanannya, merupakan santapan sehari-hari. Enak tidak enak, yang harus ditelan juga.
Ada juga tulisan soal pengalaman pribadi seperti pacaran atau putus cinta. Ketika saya membacanya, begitu menarik. Bagai ringkasan sebuah novel atau sinetron remaja di televisi. Ada unsur romantisnya yang mengasyikan.
Tapi juga ada bagian dramatisnya yang menyesakkan dada. Dalam benak saya terbayang adegan-adegan yang diperankan para para artis. Kira-kira, bisa enggak ya pengalamann pribadi saya dijadikan cerita seperti itu?
Ah saya benar-beran tidak punya ide untuk menulis. Padahal saya sangat ingin untuk bisa menulis feature di koran, majalah, media online. Saya ingin membagi pengalaman kepada pembaca, tentang asyiknya perjalanan menyusuri jalur selatan Jawa Barat. Sekaligus mengabarkan betapa mengenaskannya kemiskinan yang menelikung sebagian besar warga di wilayah itu. Tapi bagaimana caranya?
Atau saya bikin artikel opini saja, supaya kelihatannya lebih ilmiah dan berbobot? Tapi bagaimana pula memulainya? Lebih menarik memaparkan keindahan alamnya atau memotret soal kemiskinannya dulu? Atau keduanya bisa dipisahkan menjadi dua tema dengan dua cara penulisan yang berbeda, satu feature soal kemiskinan dan satu lagi tentang artikel opini?
Saya jadi bingung sendiri. Banyak keinginan, tapi rasa-rasanya tidak punya kemampuan. Mungkin saya baru sampai pada kemampuan berkeluh-kesah saja. Orang-orang bilang, saya baru mampu hidup dalam budaya lisan dan belum sampai pada budaya tulisan. Tapi saya tetap ingin mencoba menulis.
Saya benar-benar tidak punya ide menulis. Maka sebelum menjadi sesuatu yang membosankan, saya sudahi saja tulisan ini....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews