Aku Cantik, Karena Iklan

Mengenali diri berarti mengenali kecantikan "Inner Beauty" jauh lebih penting, daripada kecantikan fisik.

Senin, 11 Januari 2021 | 03:06 WIB
2
391
Aku Cantik, Karena Iklan
Tampil lebih percaya diri, bila sudah memakai hasil propaganda iklan kecantikan

Melawan psikologi persuasif dunia iklan adalah jalan menuju penderitaan bagi kaum Hawa

Aksesoris apapun yang dipakai oleh kaum Hawa, sangat menarik dan cantik di mata lelaki. Lain cerita, bila penilain itu bersumber dari kacamata sesama kaum Hawa. iiiiiiih, norak banget, tau! Ungkapan yang kerap melemahkan kepercayaan diri kaum Hawa.

Hmmmm, barangkali sumber ungkapan di atas berasal dari propaganda dunia iklan kecantikan. Di mana, barometer kecantikan seorang wanita diukur dan dinilai dari kulit putih, tinggi, bahenol, kulit glowing, seperti yang ada dalam diri seorang pembawa iklan.

Lantas, apakah mereka yang berkulit Sao matang, gelap, cokelat masuk dalam kategori yang mana?

Entahlah! Mari kita bertanya pada imajinasi.

Tak dipungkiri, bahwasan propaganda dunia iklan kecantikan telah mengalienasi atau mengasingkan perempuan dari dirinya, sesamanya, dan lingkungannya.

Iklan kecantikan adalah candu bagi perempuan. Perempuan rela merogoh kocek puluhan hingga ratusan juta untuk tampil beda dan cantik seperti yang ada dalam dunia iklan. Jeritan mesin ATM pun saling berkejaran, melintasi saldo rekening yang terus dikuras, dan dijajah oleh budaya persuasif iklan.

Aku cantik, karena iklan. Tapi, realita tak seindah dan seromantis ekspektasi

Iming-iming mengejar kecantikan di klinik terbaik, terkeren, qualifield (berkualitas), bergengsi di negara lain, dengan cara operasi kulit, memanjangkan hidung, tinggi badan, dll. Ekspektasi ini hanya untuk tampil cantik atau minimal serupa dengan figur publik yang memerankan iklan.

Oh ternyata, realita tak seromantis ekspektasi. Karena, setelah beroperasi, masih ada kebutuhan yang jauh lebih penting, daripada kecantikan. Apakah ini berkaitan dengan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow? Tentu ada korelasi. Tapi, di sini, saya tidak mengulik teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow.

Aku cantik, karena iklan. Psikologi iklan menjadi candu bagi perempuan. Kehadiran iklan kecantikan membawa derita bagi perempuan. Derita berupa diskriminasi dan pelecahan bagi perempuan di ruang publik. 

Pepatah klasih Yunani kuno berbunyi

Kenalilah dirimu, dan jangan berlebih-lebihan

Mengenali diri berarti mengenali kecantikan "Inner Beauty" jauh lebih penting, daripada kecantikan fisik.

Salam.

***