Netizen zaman now menuntut kemasan yang instagramable. Kalau gak bisa dijadiin properti flatlay, mendingan jangan jualan dulu.
Kemasan yang Baik Menurut Para Ahli, Seperti Apa Sih? Yuk, Kupas Tuntas!
Kalau kamu pernah beli snack karena kemasannya lucu, bukan karena kamu lapar—selamat, kamu korban kemasan! Tapi tenang, itu artinya kemasannya works like a charm. Nah, sebenarnya, jasa cetak kemasan yang baik menurut para ahli seperti apa sih? Yuk, kita gali sampai ke dasar dus kardusnya!
Kemasan: Bukan Hanya Bungkus Doang
Kemasan itu ibarat baju buat produk. Bayangin kamu jual sambel tapi pakai botol bekas parfum—ya salam, pembeli bisa trauma makan pedas seumur hidup. Menurut para ahli, kemasan bukan cuma pelindung, tapi juga penyampai pesan dan identitas produk. Jadi, harus ganteng dan fungsional.
Ahli Desain: Estetika Itu Penting, Sis!
Menurut para pakar desain grafis, kemasan yang baik itu harus punya tampilan yang nendang. Warna, font, hingga ilustrasi harus selaras dengan karakter produk. Jangan sampe jualan cemilan anak-anak tapi desainnya kayak undangan rapat RT.
Pakar Pemasaran: Love at First Sight
Ahli marketing bilang, kemasan harus bisa bikin orang jatuh cinta dalam 3 detik. Kalau dalam 3 detik aja gak ada yang tertarik, ya produk kamu bakal mangkrak di rak. Jadi, ingat ya, kemasan itu silent salesman—dia gak ngomong, tapi bisa bikin orang beli.
Psikolog Konsumen: Mainin Emosi Dikit Gak Apa
Menurut psikolog konsumen, kemasan yang baik harus bisa menyentuh sisi emosional pembeli. Misalnya, produk yang dikemas dengan desain nostalgia bisa bikin orang keinget masa kecil—dan langsung checkout tanpa mikir panjang.
Praktisi Logistik: Jangan Sampai Isinya 'Berantakan' di Jalan
Dari sisi logistik, para ahli bilang kemasan itu harus kuat dan aman. Gak lucu kan kalau beli keripik, sampe rumah isinya cuma remah-remah kenangan? Jadi, selain cantik, kemasan juga harus tangguh.
Pakar Lingkungan: Say No to Plastik Sekali Pakai
Para ahli lingkungan mulai cerewet—eh, maksudnya peduli—tentang bahan kemasan. Mereka nyaranin pakai bahan ramah lingkungan, kayak kertas daur ulang atau plastik biodegradable. Jadi, produknya laku, bumi juga gak makin ngambek.
Pakar Branding: Konsisten Itu Kunci
Ahli branding percaya kemasan yang baik harus konsisten dengan identitas merek. Jangan hari ini merah, besok pink, lusa motif batik. Konsumen bisa bingung ini snack atau produk baru dari salon sebelah.
Desainer Industri: Gampang Dibuka Itu Nikmat Duniawi
Ada juga ahli desain industri yang fokus sama user experience. Mereka bilang, kemasan itu harus gampang dibuka, nyaman digenggam, dan gak bikin orang harus cari tutorial di YouTube buat buka mie instan.
Pakar Hukum: Jangan Lupa Label dan Legalitas
Para ahli hukum juga nimbrung, mereka bilang kemasan yang baik harus mencantumkan informasi yang benar dan lengkap. Termasuk komposisi, tanggal kedaluwarsa, BPOM, sampai izin edar. Jangan sampe bikin produk kamu dikira snack ilegal dari dimensi lain.
Sosiolog: Kemasan Itu Cerminan Budaya
Sosiolog punya sudut pandang unik: kemasan mencerminkan budaya dan tren masyarakat. Coba deh lihat kemasan kopi kekinian—banyak yang pakai quotes galau. Ternyata itu karena masyarakat kita doyan kopi sambil curhat.
Ahli UX: Bikin Orang Nyaman dari Awal Pegang
Ahli UX alias user experience (yang biasanya ngurusin aplikasi) ternyata juga punya insight soal kemasan. Katanya, bentuk, bahan, dan desain fisik kemasan bisa memengaruhi keputusan beli. Yang terlalu licin, tajam, atau aneh bisa bikin pembeli mikir dua kali.
Chef Profesional: Harus Jaga Cita Rasa
Chef juga gak mau kalah pendapat. Mereka bilang, kemasan harus bisa menjaga kualitas dan rasa produk, apalagi makanan. Gak lucu kan beli rendang dalam box, pas buka malah aromanya kayak tiner?
Financial Advisor (Serius!): Jangan Boros di Kemasan
Konsultan keuangan juga punya suara: kemasan harus efisien secara biaya. Jangan sampai harga kemasan lebih mahal dari isinya. Kecuali kamu mau jual "kemasan limited edition yang isinya cuma harapan".
Netizen: Yang Penting Instagramable
Yup, netizen zaman now menuntut kemasan yang instagramable. Kalau gak bisa dijadiin properti flatlay, mendingan jangan jualan dulu. Sebab buat mereka, unboxing adalah bagian dari pengalaman spiritual.
Kesimpulan: Jadi, Kemasan Ideal Itu…
Jadi, kemasan yang baik menurut para ahli seperti apa sih? Jawabannya: gabungan dari semua elemen di atas—menarik, kuat, ramah lingkungan, informatif, dan relevan secara emosional. Kalau kamu bisa bikin kemasan yang bikin orang jatuh cinta, percaya deh, produk kamu akan nangkring di hati (dan keranjang belanja) konsumen.
Kalau kamu mau bikin kemasan, jangan cuma mikir soal penampilan. Tanyain juga: "Apakah kemasan ini bisa bikin orang ketawa, jatuh cinta, dan gak frustasi waktu buka?" Kalau iya, berarti kamu udah satu langkah lebih dekat jadi raja (atau ratu) dunia packaging!
Mau aku bantu bikin ide kemasan yang kece juga? 😄
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews