Indonesia banyak kehilangan posisi, lokasi-lokasi penting strategis di era Indonesia Jahiliyah. Karena pembangunan saat itu, tidak dicatat oleh pemerintah.
Garis Demarkasi Indonesia "zaman jahiliyah" adalah ketika pemerintah Republik Indonesia mulai membikin Neraca Keuangan. Yakni Neraca Keuangan Indonesia selepas krisis (1998) setelah lengsernya Soeharto....
"Ini adalah revolusinya Indonesia yang tidak dengan berdarah-darah..," kata Sri Mulyani dalam sebuah Kuliah Umum di depan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, suatu ketika.
Artinya, dari Neraca Keuangan Republik Indonesia ini terlihat jelas tak hanya berapa jumlah utang Indonesia (yang belakangan selalu disorot lawan politik untuk menyerang Jokowi), akan tetapi juga valuasi asset, kekayaan Indonesia, pemasukan Indonesia yang mengimbagi utang-utang itu....
"Banyak asset milik negara "diam diam" berpindah tangan di era 'Indonesia Zaman Jahiliyah'....," kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Wajar Jika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Gusar terhadap Guru
Ia memberi contoh salah satunya, di masa ia dan teman-temannya disebut 'Baby Boomers', ia banyak melihat kampus-kampus yang membangun perumahan-perumahan dosen, di atas tanah milik pemerintah tentunya.
Nah, ketika dosen ini sudah pensiun dan bahkan meninggal, perumahan di atas tanah pemerintah ini "dikuasai" oleh dosen itu dan juga keturunannnya. Tanpa ada keterangan hibah, atau apa, selain tetap tercatat di kampus bahwa tanah perumahan itu masih milik universitas....
Indonesia, menurut Sri Mulyani, banyak kehilangan kekayaan, atau assetnya seperti ini.
Semisal, ia kasih contoh Komplek Olahraga Gelora Senayan, yang meliputi lokasi Stadion olahraga serta lingkungan sekitarnya sampai ke komplek Kehutanan di Manggala Wanabhakti, Hotel Hilton (kini Hotel Sultan), Hotel Mulia, Plaza Senayan (dan hotel-hotel serta apartemen sekitarnya), sampai juga komplek studio TVRI segala.
"Itu dulu (Kawasan Olahraga Gelora Bung Karno) dibangun oleh Bung Karno, tentunya milik negara, tetapi pada perkembangannya, dengan dalih kerjasama di masa lalu, saat ini sudah banyak peruntukan olahraga di sekitar Gelora Senayan itu sudah punya titel sendiri...," dan bukan menjadi milik pemerintah. Dikuasai siapa? Entahlah....
Indonesia banyak kehilangan posisi, lokasi-lokasi penting strategis di era Indonesia Jahiliyah. Karena pembangunan saat itu, tidak dicatat oleh pemerintah.
Ada kalanya (pada masa jahiliyah Indonesia itu), menteri ingin menjual tanah? Ya dijual saja. Tidak ada catatan.....
***
Jimmy S. Harianto
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews