Sebagai imperium media, Facebook dan Google memanfaatkan kecanggihan mesin algoritma yang mereka miliki untuk kepentingan apa saja, khususnya kepentingan bisnis mereka.
Saya menemukan sebuah iklan di Facebook yang cukup menarik perhatian. Sebagai platform media sosial paling terkemuka, iklan Facebook ini mengingatkan saya akan segera datangnya kematian iklan di media massa cetak, elektronik bahkan online. Bukan menakut-nakuti, berpikirlah "out of the box" tentang substitusinya!
Tetapi bukan itu yang ingin saya ceritakan di sini, saya ingin bercerita tentang peluang bisnis yang dilakukan siapapun penggiat bisnis. Nah, di Facebook ini saya menemukan iklan dari produsen atau penjual kaos yang cukup kreatif, yaitu "menjual" Islam. Jargon dan narasi yang lekat dengan Spiritualitas, dalam hal ini agama Islam. Jangan alergi dengan kata "menjual", di sini konotasinya positif belaka.
Orang bisa menjual kaos apa saja, tetapi kita ketahui bahwa kaos juga bisa berfungsi sebagai media penyampai pesan. Dagadu adalah pelopor penjual kata-kata. Maka tidak jarang pesan-pesan spesifik disampaikan lewat tulisan atau narasi di kaos yang kita kenakan. Ini semacam iklan berjalan yang sangat efektif.
Bayangkan kalau kaos itu laku terjual jutaan pieces, maka ada sekian juta pesan yang disampaikan lewat kaos tersebut. Itu sebabnya kampanye capres, cagub atau cabup banyak memanfaatkan jasa kaos ini. Ada banyak hal yang disampaikan, biasanya terkait dengan momen bulan, sebut saja misalnya bulan Desember, bulan kelahiran saya.
Maka, jauh-jauh hari linimasa Facebook saya sudah dibanjiri iklan pembuatan kaos yang terkait dengan tema Desember tersebut, misalnya "Ayah paling keren adalah ayah yang lahir di bulan Desember" atau "Ayah yang baik, ayah yang lahir bulan Desember" dan seterusnya.
Jadi, ini semacam kreativitas menjual pesan yang digabung dengan memanfaatkan algoritma Facebook, algoritma yang ditawarkan Facebook dalam beriklan, setidak-tidaknya orang seperti saya yang lahir di bulan Desember tergelitik untuk memiliki kaos tersebut.
Pertanyaannya, kenapa iklan itu sampai kepada saya? Inilah yang disebut algoritma, "machine learning", yang canggih dari Facebook dengan memanfaatkan data-data yang ia miliki, sehingga Facebook bisa menawarkan iklan apapun yang terkait dengan saya termasuk hari dan bulan kelahiran saya tanpa harus bertanya kepada saya sebelumnya. Mereka sudah punya semua data tentang saya.
Nah, Facebook tidak sekadar punya data dasar informatif dari satu orang seperti saya, ia juga punya data-data sepert hobi, tempat-tempat yang dikunjungi buku bacaan, buku yang saya baca, alat musik yang saya mainkan, film yang saya senangi, destinasi wisata yang saya kunjungi, bahkan nomor KTP yang saya punya. Itulah kekayaan yang dimiliki Facebook, bayangkan kalau Facebook punya 3 miliar data manusia di planet ini, artinya sudah masuk "big data" yang luar biasa besarnya. Kebiasaan kita di Facebook akan tercatat.Sekarang kalau ditanya siapa penguasa media di jagat raya ini, tanpa ragu lagi jawabannya: Facebook. Dengan kawan sekaligus lawannya, Google, mereka berdua adalah Kaisar Media yang mendikte hidup-matinya media konvensional di seluruh dunia.
Sebagai imperium media, Facebook dan Google memanfaatkan kecanggihan mesin algoritma yang mereka miliki untuk kepentingan apa saja, khususnya kepentingan bisnis mereka.
Mungkin di awal pembuatannya, mereka tidak bermaksud untuk membunuh iklan media massa dan medianya itu sendiri. Pada kenyataannya, yang membunuh media konvensional itu sejatinya memang kita-kita ini, para netizen pengguna media sosial, penonton, pemain atau apapun namanya, atas nama kenyamanan dan segala pilihan yang ditawarkan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews