Tsunami Ekonomi

Indonesia dan banyak negara lainnya, masih terus berusaha mencapai titik-titik ideal di atas. Ada kekuatan dan kelemahan kita. Dalam menghadapi ancaman Tsunami ekonomi ini, kita harus mempersiapkan diri.

Sabtu, 26 Maret 2022 | 08:37 WIB
0
190
Tsunami Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (Foto: Portal Nawacita)

Dengan masuknya kita ke era endemi covid patut kita syukuri. Selamat tinggal masa-masa di mana setiap bepergian, kita diwajibkan test antigen atau PCR. Masa-masa di mana ekonomi melambat. Masa-masa orang-orang menjalani hidup dengan cara yang berbeda. Cara berjualan berbeda, cara sekolah berubah, berkantor menjadi work from home, kredit macat, banyak sekali sisi hidup kita berubah.

Dan bukan hanya itu, kematian demi kematian seperti suatu hal yang biasa-biasa saja. Hampir semua orang mengalami kematian orang dekat atau kenalan. Memang kematian yang hanya karena covid mungkin tidak akan setinggi ini, tetapi kombinasi kematian karena penyakit bawaan membuat situasi semakin sulit. Rumah Sakit tempat isolasi penuh. Sampai-sampai dibuat ruang darurat. Ada Rumah Sakit yang menjadi kaya raya. Setiap bulan mendapatkan keuntungan puluhan milyar. Seperti biasa, tentu ada yang nakal juga. Tapi saya yakin tidak banyak.
Hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya. Semua terjadi, bersamaan atau berturut-turut. Capek. Lelah.
Lama kelamaan, semua orang terbiasa. Sekarang sudah jadi hal yang biasa.

Memasuki akhir pandemi ini, semua orang berharap bisa segera bangkit. Mengejar ketertinggalan akibat pandemi. Bukan hanya orang per orang, semua negara juga bersiap-siap bangkit.

Di balik semangat besar, ada Anomali-anomali sedang terjadi. Harga batubara mencapai usd 270/ton padahal harga minyak bumi USD 100/barrel. Harga SBM (bungkil kedelai) menjadi Rp.8500,- sd Rp. 10.000,-/kg, dedak dari 2200/kg menjadi Rp. 3800/kg, CPO naik sampai seputaran Rp.20.000/kg, jagung di 5200-6000/kg, tepung ikan dan tepung daging/tulang juga naik drastis, harga pupuk naik, harga cumi segar dari 24.000 menjadi Rp.85.000/kg.

Tapi harga gabah masih Rp. 4800/kg, harga telur masih Rp. 1000-1200/butir, harga, buah-buah lokal masih stabil. Ocean Freight dengan tujuan Amerika dan Eropa mahal luar biasa! Di seputaran Usd 20.000-an. Pelabuhan di Amerika, terutama di West Coast sedang congestion, antri panjang. Space kapal dan container, meski begitu, jadi barang langka.

Dalam hitungan bisnis, kalau bahan pakan naik, produk pertanian pasti naik, kan? Dalam keadaan normal, ya. Tapi kenapa gabah dan telur tidak naik?

Saya melihat, bangkitnya ekonomi global akan menimbulkan goncangan-goncangan ekonomi. Bisa gelombang raksasa, bisa juga gelombang besar tapi terus menerus. Sulit diprediksi, karena belum ada contoh-contoh peristiwa untuk dijadikan dasar formula model. Kita juga tidak tahu parameter-parameter mana yang tepat dijadikan tolak ukur. Gelombang besar itu bisa seperti fenomena tsunami, surut dulu, kelihatan menguntungkan karena ada banyak ikan yang tinggal dipungut, lalu tiba-tiba kembali dengan gelombang raksasa yang menyapu bersih semua yang dihantamnya.

Secara umum dan dalam keadaan normal, sebuah negara ideal itu harus mandiri pangan dan energi, stabil politik, pelayanan publik rapi dan tertib (mencakup pendidikan, kesehatan, perizinan administrasi kependudukan, dll), kepastian hukum, memiliki infrastruktur yang baik, kekuatan militer yang kuat, riset dan pengembangan serta pemanfaatan teknologi untuk segala bidang, dan sebagainya.

Indonesia dan banyak negara lainnya, masih terus berusaha mencapai titik-titik ideal di atas. Ada kekuatan dan kelemahan kita. Dalam menghadapi ancaman Tsunami ekonomi ini, kita harus mempersiapkan diri. Ada resiko, kemungkinan terburuk, semua sistem perdagangan dan industri akan mengalami kerugian besar, ada juga kemungkinan goncangan-goncangan itu hanya spot-spot saja yang menimbulkan masalah-masalah yang teratasi, atau kalau kita beruntung dan cukup cerdas, kita bisa berselancar di atas gelombang Tsunami ini, meraup keselamatan dan keuntungan besar?

Peranan pemerintah sangat besar. Mempersiapkan sebisa mungkin supaya sektor swasta dan BUMN tidak hancur lebur dihantam tsunami ekonomi ini. Mengurangi tingkat kerusakan-kerusakan yang bisa terjadi. Dan mempersiapkan program-program pemulihan dan penguatan atas segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

Ini bisa dilakukan dengan persiapan regulasi-regulasi yang bisa menghempang gelombang buruk dan menguatkan pondasi ekonomi kita. Mulai sekarang, kita sudah harus siap, sudah tahu yang mana yang bisa dikorbankan, yang mana yang harus dipertahankan bila terjadi situasi yang buruk. Apakah dalam waktu singkat seperti ini, kita masih bisa dan perlu mengambil tindakan-tindakan nyata untuk penguatan?

Kalaulah, semua pemikiran di atas ternyata hanyalah sebuah halusinasi, tentu kita semua bersyukur. Tetapi kalau Tsunami Ekonomi benar terjadi, saya merasa mempunyai kewajiban untuk mengingatkan baik pemerintah mau pun masyarakat. Sebaiknya kita tidak mengambil langkah-langkah besar yang agresif yang beresiko besar, semuanya jadi taruhan.

Dalam sejarah, Nabi Yusuf ketika dibuang ke Mesir, dengan Hikmat dari Pencipta, mengartikan mimpi Firaun. Nabi Yusuf mengatakan akan ada 7 tahun panen raya dan kemakmuran di Mesir, diikuti oleh 7 tahun kekeringan dan masa sulit. Firaun percaya dan membangun lumbung-lumbung untuk menyimpan bahan pangan selama 7 tahun kemakmuran. Mesir selamat dari kehancuran.

Di jaman modern ini, kita diberikan kemudahan mendapatkan data dan informasi, yang bisa kita pakai untuk membaca kecenderungan yang bakal terjadi. Kita bisa memprediksi efek La Nina dan El Nino, kita bisa memprediksi pertumbuhan ekonomi bangsa lain, kekuatan dan kelemahan bangsa-bangsa lain dan diri kita sendiri. Semoga kita diberikan hikmat oleh Yang Kuasa.

Yang sedang menjalankan bisnis, as usual, so far so good, jalani saja dan tetap waspada. Bila ada aset-aset murah, silakan dibeli dengan uang lebih. Bila keadaan keuangan tidak sangat baik, jalani yang ada dan jangan agresif. Jalani hidup seperti biasa tapi jangan belanja berlebihan, berhemat. Investasi yg aman dan nyaman dan jangan jor-joran.

Saya berharap, Indonesia semakin kuat, jaya, sejahtera dan makmur. Semoga kita selamat dari anomali-anomali ekonomi yang sedang dan akan terjadi. Semoga Tuhan menganugerahkan hikmat kebijaksanaan kepada para pengambil keputusan.

Salam Indonesia Makmur!

Sugianto Makmur

***