Untuk keluar dari fase pandemi, maka perlu disiplin dalam 2 hal: vaksinasi dan protokol kesehatan.
Jangan sampai kendor karena jika terlewat tak pakai masker dan akhirnya merana karena kena corona. Protokol kesehatan harus dijalankan walau hanya keluar ke warung. Vaksinasi juga wajib dilakukan, agar kita semua bebas dari virus covid-19.
Masyarakat sudah lelah dan jenuh karena mengalami pandemi selama lebih dari 12 bulan. Karena pandemi, banyak yang kehilangan pekerjaan, dan dagangannya juga sepi.
Semua orang ingin bebas corona agar keadaan kembali seperti dulu. Namun anehnya mereka lalai dalam protokol kesehatan, juga takut untuk disuntik vaksin corona.
Fenomena ini tentu sangat menyebalkan, karena tingkat kedisiplinan harus ditingkatkan, jika kita ingin bebas dari cengkraman pandemi. Vaksinasi itu hukumnya wajib bagi seluruh WNI, bahkan bagi mereka yang sudah pernah kena corona. Lagipula, vaksin sudah digratiskanoleh pemerintah, jadi apa alasan lain untuk menolak injeksinya?
Vaksin Sinovac yang digunakan pada tahap awal program vaksinasi nasional juga sudah mendapatkan status halal MUI. Sehingga umat muslim bisa merasa aman sebelum disuntik. Lagipula, vaksin ini tidak mengandung gelatin yang terbuat dari babi. Melainkan terbuat dari virus covid-19 yang dilemahkan.
Untuk mempersingkat program vaksinasi nasional menjadi hanya 12 bulan (dari prediksi 18 bulan), maka juga dibuka vaksinasi jalur mandiri. Masyarakat juga diuntungkan karena lagi-lagi injeksinya gratis, karena biaya ditanggung oleh kantor. Vaksin ini juga aman karena berada di bawah kendali Kementrian Kesehatan.
Walau sudah mendapatkan vaksin corona, masyarakat diminta jangan melanggar protokol kesehatan.
Memang pasca injeksi, tubuh akan mendapat kekebalan dari virus covid-19. Namun ketika imunitas sedang drop, corona akan mengintai dan menginfeksi seluruh jaringan tubuh.
Karena pandemi baru berakhir ketika ada kekebalan kelompok, bukan kekebalan personal.
Jangan pernah lepaskan masker pasca vaksinasi, agar terhindari dari droplet pembawa virus covid-19.
Apalagi jumlah OTG makin bertambah dan kita tidak tahu siapa di antara kawan atau tetangga yang berstatus orang tanpa gejala. Lebih baik berpanas-panasan pakai masker, daripada merana selama 2 minggu karena teinfeksi virus covid-19.
Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?
Pemakaian masker sangat wajib, karena efektivitas pemakaian baru terjadi ketika minimal 75% orang dalam 1 lingkungan yang mengenakannya.
Jadi, saat bepergian, usahakan membawa selusin masker lalu bagikan kepada mereka yang tak mengenakannya. Dengan begitu, Anda menolong orang lain dari corona sekaligus menolong diri sendiri dari resiko penularan.
Selain pakai masker, masyarakat harus disiplin menjaga imunitas tubuh dan lingkungan. Jika susah mencari tempat cuci tangan di fasilitas umum, maka bawa saja hand sanitizer atau tisu basah yang mengandung alkohol.
Tangan akan bersih dan Anda bisa aman dari serangan corona. Jangan lupa juga mengelap handle pintu, tombol lift, atau benda lain yang sering terpegang oleh publik.
Protokol kesehatan physical distancing adalah aturan yang selama ini agak sering dilanggar, karena beberapa minggu lalu adalah musim kawin.
Pesta pernikahan seharusnya hanya mengundang maksimal 35 orang (termasuk keluarga sendiri). Jika sebuah acara yang memicu keramaian dibubarkan oleh tim satgas covid-19, maka jangan salahkan mereka, karena hanya menegakkan peraturan.
Untuk menangani pandemi, maka kita tidak boleh melanggar protokol kesehatan. Pakailah masker walau hanya pergi ke teras rumah atau ke warung tetangga.
Tetaplah jaga kebersihan diri dan imunitas tubuh. Selain itu, vaksinasi wajib dilakukan, agar kekebalan kelompok cepat terbentuk. Kita akan segera bebas dari masa pandemi ketika semua orang sehat dan sudah divaksin.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews