Perkara Minyak Goreng

Intinya sawit ini adalah komoditas yang sangat penting dan besar perannya di dunia, sehingga seluruh negara-negara di dunia akan bersiasat bagaimana bisa menguasainya.

Jumat, 25 Maret 2022 | 10:41 WIB
0
146
Perkara Minyak Goreng
Minyak Goreng (Foto: kompas.com)

Sebuah kajian dengan judul "Mempertinggi Produksi dan Melancarkan Distribusi Pangan" oleh Dewan Nasional Sobsi tahun 1962 antara lain juga membahas minyak goreng.

Di tahun 1960an itu, bahan baku minyak goreng adalah kopra (buah kelapa yang dikeringkan). Disebutkan di situ kebutuhan produksi untuk minyak goreng dalam negeri adalah 1 juta ton dan untuk ekspor 0,5 juta ton, sehingga dibutuhkan 1,5 juta ton produksi kopra. Disebutkan di situ bahwa terjadi kelangkaan minyak goreng di thn 1961 sehingga harganya melambung tinggi.

Kenapa minyak goreng kini didominasi oleh palm oil (berbahan baku sawit) ketimbang coconut oil (berbahan baku kelapa)? Karena dari segala hal sawit lebih unggul.

Yang utama dia sangat murah, karena mudah ditanam di tanah yang gersang sekalipun, cepat berbuah dan panennya berlimpah.

Yang kedua, dia mempunyai sifat-sifat kimiawi yang lebih unggul dibandingkan dengan bahan baku minyak goreng lainnya.

Seperti kita ketahui, buah sawit selain untuk dijadikan minyak goreng (cooking oil, vegetable oil), dia juga merupakan elemen penting untuk produk-produk kosmetik (shampoo, sabun, pasta gigi, vitamin, dsb). Juga dia merupakan elemen untuk pembuatan biodiesel.

Satu-satunya keburukan dari tanaman sawit ini adalah dia menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah karena untuk membuka lahan sawit ini dilakukan deforestasi (penggundulan hutan) dan pembakaran limbah hutan).

Banyak negara yang melakukan pemboikotan CPO (crude palm oil) ini, bukan karena alasan kesehatan atau persaingan dagang, tetapi karena alasan pengrusakan lingkungan yang masif.

Tetapi sejauh ini pemboikotan ini tidak berhasil. Alasannya karena mereka belum menemukan alternatif yang semurah dan sebaik (sifat-sifat kimianya) seperti buah sawit. Negara Eropa mengimpor CPO bukan untuk dijadikan minyak goreng, tetapi untuk membuat biodiesel.

Dua negara besar pengimpor CPO adalah China dan India. Setelah ada pelonggaran covid, impor dua negara ini melonjak tajam karena ada kekhawatiran kelangkaan CPO. Akibatnya harga CPO dunia melonjak tajam. Apalagi sekarang ada perang Rusia-Ukraina, kekhawatiran itu bertambah besar.

Seperti kita mafhum, Rusia dan Ukraina adalah produsen terbesar dari minyak goreng berbahan baku biji bunga matahari (sunflower oil). Dan mayoritas negara-negara Eropa menggunakan sunflower oil ini. Dengan adanya perang, pasti jalur distribusi (pemasokan) akan terganggu. Kalo berlarut-larut, bukan tidak mungkin Eropa akan beralih ke palm oil (minyak goreng sawit). 

Ini yang hrs diwaspadai Indonesia. Kelangkaan minyak goreng di dalam negeri yang sudah berlangsung berbulan-bulsn ini merupakan agregasi bermacam faktor. Bukan karena adanya mafia atau adanya penimbun minyak goreng. Ini alasan khayalan pemerintah untuk melempar kesalahan.

Jadi, intinya sawit ini adalah komoditas yang sangat penting dan besar perannya di dunia, sehingga seluruh negara-negara di dunia akan bersiasat bagaimana bisa menguasainya.

***