Dalam melakukan suatu usaha, iklan adalah salah satu hal yang penting untuk dipertimbangkan. Termasuk juga mempertimbangkan antara Iklan digital dan iklan tradisional . Tidak usah berpikir terlalu jauh. Warung di perumahan misalnya, bisa mencetak brosur dan membagikannya ke warga sehingga semua tahu ada warung baru di perumahan mereka. Apakah lebih tepat jika pemilik warung memasang iklan di Facebook?
Tanpa iklan terkadang sulit untuk sebuah usaha untuk dapat dikenal. Iklan bukan hanya promosi yang dipasang di koran atau di TV dan radio. Promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut juga saya pikir juga merupakan iklan, namun memang jauh lebih sulit untuk bisa melakukannya.
Iklan Tradisional
Iklan tradisional adalah metode pemasangan promosi yang ada sebelum era internet. Iklan di koran, brosur, majalah untuk media cetak. TV dan Radio dengan media yang berbeda. Juga spanduk dan billboard di pinggir jalan. Serta beberapa metode lain.
Dalam suatu studi yang dilakukan oleh Trueimpact yang membandingkan efek antara iklan cetak (brosur yang dikirim ke alamat) dengan digital yang berupa email dan iklan di situs. Teknologi yang digunakan dalam studi ini adalah memonitor pergerakan mata dan mengukur gelombang otak.
Tiga hal yang diukur dalam studi ini adalah kemudahan dalam memahami, bagaimana iklan mempersuasi orang dan berapa lama subjek melihat ke konten iklan.
Hasilnya adalah brosur lebih mudah untuk dipahami dan diingat. Ketika ditanya tentang merek yang diiklankan 70% dari penerima brosur bisa menjawab dibandingkan dengan 44% dari subjek yang memperoleh iklan digital.
Hal ini membuktikan bahwa iklan tradisional belum tentu lebih buruk hasilnya dibandingkan dengan iklan digital.
Iklan Digital
Dimulainya era internet metode untuk pemasangan iklan juga berkembang. Awalnya melalui email, kemudian berkembang iklan di situs, iklan di Facebook, iklan menggunakan pencarian kata Google dan terakhir iklan menggunakan media sosial seperti Instagram dan Twitter.
Keunggulan utama dari iklan digital menurut saya adalah adanya interaksi sehingga bisa lebih terukur. Misalnya memasang iklan banner di sebuah situs, bisa terlacak berapa yang melihat (impresi), berapa klik atau berapa banyak orang yang membuka tautan tersebut. Bahkan lebih detil lagi bisa dilihat berapa pengunjung unik dengan melihat alamat ip.
Jika kita fokus ke penjualan sebuah iklan digital bisa kita arahkan langsung ke situs penjualan sehingga dari iklan langsung barang bisa terjual. Perbandingan antara orang yang klik kemudian beli ini yang disebut conversion rate.
Conversion rate ini bisa dijadikan alat untuk menghitung biaya untuk menjual. Misalnya dari 1000 klik hanya 100 orang yang membeli berarti conversion ratenya 10%. Sehingga jika biaya iklan adalah 1000 rupiah per klik maka biaya iklan adalah 10.000 rupiah per penjualan. Namun iklan digital jarang bisa mencapai 10% conversion rate.
Sangat terukur!
Selain itu iklan digital juga sering kali hanya dibayar berdasarkan target yang diinginkan. Misalnya hanya dibayar ketika mencapai 1000 impresi atau hanya dibayar ketika ada orang yang klik iklan tersebut. Walau ada juga situs yang memasang tarif untuk banner di tempat mereka tanpa target hanya berdasarkan waktu tayang (mirip dengan iklan tradisional).
Influencer
Berkembangnya teknologi menyebabkan banyak orang yang tadinya tidak dikenal bisa menjadi terkenal tanpa melalui jalur tradisional. Tadinya orang hanya bisa terkenal jika berprofesi sebagai artis, tokoh agama atau tokoh masyarakat, penyiar, pejabat negara dan lainnya.
Sekarang ini tidak lagi, mereka bisa menjadi terkenal dengan menggunakan media sosial seperti Youtube, Podcast, Instagram atau Twitter. Hal ini yang saya sebut sebagai influencer atau seleb digital. Mereka bisa memiliki pengikut sampai jutaan di channel mereka masing-masing.
Para pemasang iklan dulu akan mencari artis atau tokoh yang sesuai dengan produknya. Kemudian membuat iklan dengan orang tersebut. Iklan yang bisa berbentuk iklan tv, radio ataupun iklan cetak dengan tokoh tersebut sebagai ikon.
Zaman now banyak pengiklan langsung menghubungi para seleb digital untuk mengiklankan produk mereka. Mereka biasanya akan diajak untuk menganjurkan orang menggunakan produk yang pengiklan. Sama tujuannya dengan iklan jaman dulu tetapi dengan cara yang lebih modern.
Seorang influencer jago masak misalnya akan dibayar untuk menganjurkan penggunaan minyak goreng merek tertentu misalnya. Karena pengikut terbanyak seleb digital masak ini adalah orang yang memang suka masak, sehingga iklan akan lebih terarah. Selain itu sama dengan iklan digital, bisa diukur keberhasilannya dengan melacak data impresi, klik atau bahkan penjualan jika perlu.
Tepat Guna Menggunakan Iklan Tradisional atau Iklan Digital
Iklan tradisional tidak bisa diukur dengan cara yang sangat sederhana seperti di atas. Salah satu cara untuk mengukurnya adalah dengan survei kepada pembeli, darimana mereka tahu tentang produk ini.
Namun untuk memperkenalkan merek atau produk yang baru saya pikir iklan tradisional akan lebih terasa manfaatnya.
Sebagai contoh, jika sekarang saya tanya sebuah proyek properti yang sedang dibangun di Cikarang? Pasti semuanya akan menjawab M........
Iklan yang begitu masif sehingga semua orang ingat.
Sebuah merek yang sudah matang bisa memanfaatkan iklan digital untuk lebih mendalami pasar karena iklan digital bisa diarahkan sampai dengan umur, daerah tempat tinggal, minat dan lain sebagainya. Juga bisa untuk meningkatkan penjualan.
Merek yang baru untuk dapat dikenal sebaiknya menggunakan iklan tradisional agar mudah dikenal. Terutama TV dan Radio karena media cetak yang sudah mulai ditinggalkan.
Kombinasi iklan tradisional dan digital tetap diperlukan. Di tengah kemajuan teknologi, ternyata iklan tradisional masih belum bisa ditinggalkan.
Referensi :Digitaldoughnut.com
Ronald Wan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews