Peniup Peluit Garuda

Ari sangat ceroboh memperhitungkan langkahnya. Dia buta membaca peta. Bahwa kelakuannya selama ini dipantau musuh-musuhnya. Mungkin juga oleh teman-temannya di Garuda.

Sabtu, 7 Desember 2019 | 10:31 WIB
0
393
Peniup Peluit Garuda
Ari Ashkara (Foto: bisnis.com)

Terjungkalnya I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, CEO of Garuda Indonesia, bisa jadi bukan karena kebetulan. Ada yang memberi tahu Bea Cukai atas perilaku culasnya. Dan bisa jadi, ini bukan pertama kalinya Askhara berbuat demikian.

Berulang

Logikanya, sukar dipahami jika dia berbuat nekad untuk pertama kalinya. Sebab kejahatan besar selalu diawali dengan yang kecil-kecil dulu.

Karena selalu sukses meloloskan kejahatannya, Ari makin berlaku culas dan semena-mena. Dan ternyata tidak ada yang bisa melawannya karena kekuasaan CEO begitu besar. Yang bisa menghempaskan nasib orang ke dasar kesengsaraan dalam waktu seketika.

Kelakuan demikian menimbulkan kebencian banyak orang. Termasuk di dalam Garuda. Tapi tidak ada yang bisa melawan terang-terangan. Akhirnya ditempuh jalan lain yakni bisikan lewat orang atau pihak yang bisa menjatuhkan.

Nampaknya, peniup peluit menemukan orang yang tepat. Di waktu yang tepat pulak. Saat semua kementerian dan BUMN dibenahi dan membenahi. Kasak kusuk cari dan menyelamatkan jabatan menjadi periode lazim saat pergantian kepemimpinan. Apalagi yang sekarang terjadi adalah pergantian pemerintah dan juga gayanya.

Ceroboh

Dan Ari sangat ceroboh memperhitungkan langkahnya. Dia buta membaca peta. Bahwa kelakuannya selama ini dipantau musuh-musuhnya. Atau bahkan teman- teman sesama pelaku kejahatan korporasi. Yang mungkin orang dalam Garuda sendiri yang membocorkan penyelundupan tersebut.

Dari itu, kasus selundupan mainan mahal tersebut harusnya tidak hanya terhenti pada pemecatan Ari. Tapi juga perombakan seluruh jajaran direksi. Dan juga menyeret mereka ke meja hijau.

Tapi itu belum cukup untuk membersihkan kutu busuk di Garuda. Dan juga di lembaga dan perusahaan milik pemerintah.

Tidak Punya Sistem

Sistem yang anti korupsi dan transparan adalah obat mujarabnya. Hingga tidak satupun pejabat menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan kejahatan korporasi..

Sayangnya, kita tidak pernah serius membuat sistem yang tegas dan kokoh membentengi pundi-pundi uang negara.

Kenapa?

Karena menteri terlalu sibuk mengurusi masalah etika dan kejahatan korupsi yang begitu endemik. Sementara pihak yang benar-benar bersih hanya sedikit. Dan yang berani ambil terobosan makin sedikit lagi jumlahnya. Jadi pasukan bersih bersih korupsi kurang banyak jumlahnya. Apalagi KPK sekarang dilemahkan wewenangnya.

Karenanya, korupsi dan kejahatan korporasi yang luar biasa joroknya seperti yang ditunjukkan Ari akan terus terjadi. Bahkan saat ini sedang terjadi. Karena negeri ini tidak mempunyai sistem yang kuat mencegah orang berbuat kejahatan melalui kekuatan dan kekuasaan yang mereka miliki.

Bangsa Sinetron

Dan agaknya sistem itu memang tidak perlu.

Toh masyarakat sudah puas dengan pertunjukan sinetron Ari lengkap dengan selingkuhannya Jam mahalnya. Kekayaannya. Kelakuannya. Hingga kita begitu puas mencaci, mencela dan memaki. Apalagi jika ada isu selangkangan itu. Kita heboh sekali dan lahap mengunyahnya.

Sama seperti reaksi kita terhadap sinetron yang pelakunya adalah ketua Serikat Kerja Pertamina.

Dan sinetron Ari sebentar lagi tenggelam oleh isu-isu lain.

Akibatnya kehebohan hanya berhenti sampai di gegap gempita medsos. Yang hanya bertahan paling lama seminggu.

Yang tidak menyelesaikan persoalan karena terbongkarnya kasus-kasus tersebut tidak ditindak lanjuti dengan perbaikan sistem.

Jadi akan ada kasus-kasus seheboh Ari bahkan lebih. Sementara kita sudah sangat puas menelanjangi aneka kejahatan orang yang tertangkap karena tiupan sang peluit.

Sementara ketika kasus itu heboh, kita sedemikian tinggi memuji orang. Yang kita anggap sebagai pahlawan. Hingga saking puasnya, banyak dari kita yang teriak out of context. Yang gak ada hubungannya.

Eric Thohir for President 2024!!

Gilak..

Terus dikemanain Jenderal Andika, Bu Susi, Bu Sri Mulyani..

Yang dulunya juga diteriakkan sebagai Presiden 2024?

Jawabannya sangat mudah..

Kita ini terlahir sebagai bangsa sinetron.

Yang baperan. Suka imajinasi liar. Gampang puji dan caci maki orang. Tapi malasnya minta ampun untuk menelaah lebih lanjut bahwa masalah terbesar kita adalah soal budaya jorok kalau nyangkut soal uang.

Karena kita bukan bangsa yang tekun membenahi sistem.

Karena budaya kita itu budaya korupsi.

Hingga kita tidak bisa mendeteksi ada ribuan yang kelakuannya selevel Ari yang kini diam-diam bebenah menyembunyikan kejahatannya.

Sambil bilang :

Untung ada yang laporin Ari...
Kalo gak, gua yang bakalan kena..

***