Ibrahim Mohamed Solih, kandidat dari kubu oposisi di Maladewa, beberapa waktu lalu menang dalam pemilihan presiden dengan perolehan 58,3 persen suara atas petahana Abdulla Yameen.
Sama seperti Pilpres Indonesia, pemilihan presiden di negara Asia Selatan tersebut hanya melibatkan dua calon setelah beberapa kandidat lain yang mencalonkan diri dipenjara atau dalam pengasingan.
Berikut 10 Faktor kememangan Ibrahim Mohamed Solih
1. Konsistensi dalam beroposisi.
2. Narasi baru politik dan narasi anti korupsi.
3. Memikat kalangan millenial yang ingin perubahan dratis (Jumlah pemilih millenial maladewa adalah 55-66 ribu pemilih dari 260.000 pemilih dalam pilpres Maladewa kemarin.
4. Berani melawan rezim petahana yang kuat dengan segala resiko bahkan nyawa.
5. Manarik dan menyatukan gerbong oposisi dalam skala nasional dalam setiap diplomasi dan negoasiasi politik.(didukung 4 partai politik).
6. Berani melawan dominasi Cina atas Maladewa dengan posisi tawar merapat ke India dan Srilanka.
7. Memperhatikam tahanan politik dimasa rezim Maladewa sebelumnya (Presiden Gayyoom dan Presiden Yameen).
8. Memperkuat aliansi Internasional sejak chaos Maladewa dan puncak krisis politik Febuari 2018.
9. Memghidupkan budaya demokrasi di maladewa dengam jargon kebebasan dan akuntabilitas dalam setiap kampanyenya.
10. Berani menekan presiden petahana dimasa kampanye dan bahkan saat 10 jam pasca pencoblosan pilpres untuk meminta petahana menyerahkan kekuasaan dan memfasilitasi transisi kekuasaa secara damai dan tertib.
***
Tengku Zulkifli Usman, Pengamat Politik.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews