Film adalah salah satu bentuk media massa dan juga sarana propaganda. Perkembangan film mengenal tiga tema besar yang penting, yaitu munculnya aliran-aliran seni film, film dokumentasi sosial, dan pemanfaatan film sebagai media propaganda.
Amerika Serikat, sangat jago dalam hal ini, hingga pernah ada ungkapan tentara AS hanya menang di layar film daripada di medan perang Vietnam. Dalam film The Interview (2014), film komedi ini menuai banyak kontroversi sebelum dan sesudah peluncurannya di bioskop, gara-gara dituding sebagai film propaganda. Film yang bercerita tentang Kim Jong Un, diktator Korea Utara ini mempertegang hubungan Amerika dan Korea Utara, karena ditengarai keterlibatan pemerintah dalam film produksi Sony Pictures ini.
Pada awalnya adalah propagare, bahasa Latin untuk kata propaganda ini, mempunyai arti ‘cara tukang kebun untuk menyemaikan tunas tanaman ke dalam tanah/lahan untuk memproduksi tanaman baru yang nantinya akan tumbuh sendiri’.
Dari kata pengertian itulah kemudian digunakan Gereja Katolik Roma, yang diadopsi secara sosiologis dalam arti penyebaran ide-ide atau doktrin agama dalam masyarakat secara terstruktur dan terencana.
Propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang.
Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi liyan.
Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun menyesatkan. Umumnya isi propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan, yang menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.
Sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi. Memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda.
Setiap penguasa negara atau yang bercita-cita menjadi penguasa negara, mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme alat kontrol sosial.
Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi di zaman Hitler, mengatakan: "Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya."
Nah, jika hari-hari ini dan hari-hari mendatang medsos Anda banyak disusupi kabar bohong, bukan mereka tak tahu, tetapi memang merancangnya demikian. Demikian juga tentang ajakan nonton film Penumpasan Pengkhianatan G30s/PKI oleh berbagai pihak.
Siapa yang berbohong? Bisa dilihat dari apa ajakannya. Kalau ngajak maem tongseng, dan ngejelek-jelekin sayuran, mungkin dari kubu pemangsa segala. Kalau dari kubu vegetarian, mungkin dia akan bikin hoax bahwa kambing binatang terkutuk, maka pilihlah sayur! Dan seterusnya.
Awas, bahaya latent Orde Baru!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews