Kisah Nabi Musa Menasihati Fir’aun

Senin, 24 September 2018 | 06:32 WIB
0
3433
Kisah Nabi Musa Menasihati Fir’aun

Mohon maaf kawan-kawan. Tidaklah saya, hari ini, sedang berpretensi menjadi penceramah. Karena memang bukan bagian dari kapasitas saya. Artikel ini saya tulis ketika tadi berjumpa dengan surah An-Naazi’aat, surah yang ke-79, di dalam Al-Qur’an.

Sebagian dari surah ini menceritakan kisah Nabi Musa a.s. yang disuruh Allah SWT memberikan nasihat kepada Fir’aun. Seperti diketahui, Musa belasan tahun diasuh oleh Fir’aun.

Langsung saja kita fokus ke ayat 15 sampai ayat 26 surah An-Naazi’aat. Kisah tentang Fir’aun sebetulnya bertebaran di banyak surah lain. Namun, menurut hemat saya, cerita yang ada di surah ke-79 inilah yang kelihatannya menggambarkan proses yang berurutan mengenai misi besar Nabi Musa.

Di ayat ke-15, Allah bertanya secara hiperbolik kepada Rasulullah Muhammad SAW. “Hal ataka haditsu Musa?” kata Allah. Ya Muhammad, “Sudahkah sampai kepadamu kisah Musa?”

Allah lanjutkan ke ayat 16: “Iz naadahu robbuhu bil waadil muqaddasi Thuwa.” Yakni, ketika Tuhannya memanggil (Musa) di lembah suci, Lembah Thuwa.

Lanjut ke ayat 17: “Izhab ila Fir’aun, innahu thoghaa.” Yakni, “Pergilah datangi Fir’aun; dia itu sudah sangat keterlaluan.”

Nah, Allah yang ‘Aziz (Maha Perkasa) tentulah bisa dengan mudah menghancurkan Fir’aun atau sebaliknya membuat Fir’aun menjadi manusia baik. Tidak sulit bagi Allah. Tetapi, Allah mengutus seorang manusia biasa, yaitu Musa a.s., untuk memberikan nasihat secara manusiawi kepada Fir’aun ketika dia berada pada puncak kesombongannya.

Fir’aun cukup lama membangun keangkuhannya. Tetapi, pada zaman sekarang ini manusia bisa membina kesombongan dalam waktu singkat. Ini bisa terjadi ketika seseorang tiba-tiba saja berada pada posisi kekuasaan tertinggi dan terkuat. Situasi seperti ini membuat orang yang semula sangat baik pun akan menjadi angkuh tanpa disadarinya.

Di ayat 18, Allah menyuruh Nabi Musa untuk menceramahi Fir’aun. “Fa qul, hal laka ila an tazakka?” kata Allah. “Katakan (kepada Fir’aun), ‘Apakah kamu mau membersihkan diri?’”

Inilah tahap pertama misi Nabi Musa. Mengajak Fir’aun keluar dari kesesatan. Tetapi, kesombongan Fir’aun terlalu jomplang dengan kesahajaan Musa. Anak kemarin sore. Agaknya, kelancangan Nabi Musa itu membuat Fir’aun semakin murka. Tetapi, Musa tak punya pilihan lain. Dia harus menjalankan perintah Allah.

Musa malahan menyampaikan pesan yang membuat Fir’aun semakin marah. Di ayat 19, dia berucap, “Wa ahdiyaka ila robbika fatakhsya.” Kamu akan kubimbing ke jalan Tuhanmu agar kamu takut kepada-Nya.

Musa semakin merendahkan Fir’aun. Padahal, seluruh rakyat Mesir tunduk kepada Fir’aun. Kok sekarang Musa mau membimbing raja yang paling ditakuti itu?

Untuk meyakinkan Fir’aun, Nabi Musa memperagakan berbagai mukjizat besar yang diberikan Allah kepadanya. Ini dijelaskan di ayat 20: “Fa arahul ayatal kubra.” Namun, Fir’aun tidak percaya sedikit pun. Musa bahkan dikatakan punya sihir.

“Fa kazzaba wa ‘asha.” Ayat 21. Didustakan Fir’aun apa-apa yang diperlihatkan Musa. Sampai akhirnya dia (Fir’aun) menantang. Berlanjut ke ayat 22: “Tsumma adbara yas’aa.”

Di ayat 23 diceritakan bahwa Fir’aun mengumpulkan para pembesar kerajaan dan kaumnya. “Fa hasyara fanaadaa.”

Sampailah ke ayat tentang puncak kedurhakaan Fir’aun. Yaitu ayat 24: “Fa qala, ana robbukumul a’la.” Kata Fir’aun, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” Tidak ada yang berani mempertanyakan pernyataan Fir’aun. Semua rakyaynya tunduk.

Tetapi, Allah SWT sangat murka. Fir’aun dikenai azab dunia dan akhirat. Di ayat 25 dikatakan, “Fa akhazahullahu nakaalal akhirati wal uulaa.” Fir’aun mengalami proses kematian yang sangat mengerikan. Dia bersama para pemujanya mati pelan-pelan di tengah gelombang Laut Merah.

Dalam situasi terkelujut karena jepitan dua dinding air laut yang saling menghempas setelah gagal menangkap Musa, Fir’aun menyatakan diri taubat. Tetapi, taubat itu sudah terlambat.

Allah mengatakan kepada Rasulullah SAW agar kesombongan Fir’aun dijadikan pelajaran. “Inna fi zalika la’ibratal liman yakhsya.” Ada pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada Allah. Ayat 26.

Begitulah tahapan misi Nabi Musa untuk memperbaiki Fir’aun. Akhirnya gagal. Tapi, cerita tentang kesombongan Fir’aun ini sangat relevan untuk kita jadikan pengingat.

Pada waktu ini, ada perasaan bahwa kita seolah sedang melewati babak-babak kebengisan dan kebrutalan. Kesewenangan dan arogansi. Teringat ‘show of force’ yang ditunjukkan Fir’aun di era Nabi Musa dahulu.

***