Sepertinya kita gak bisa memanfaatkan lambang tauhid lagi dengan jari telunjuk ke atas," ujar seorang pendukung Mr. P.
"Kenapa, akhi?"
"Jokowi mendapat nomor urut 1," jawab mereka pusing.
"Tapi kita tetap gunakan jargon agama. Kalau gak menggunakan jargon agama, kita susah untuk mengambil suara rakyat. Coba antum fikirin apa prestasi Mr. P yang bisa kita andalkan?"
"Dia tentara?"
"Gak bisa, dia pernah dipecat."
"Dia gagah!"
"Masa sih? Dia jauh lebih tua dari Jokowi. Gagah apanya?"
"Gimana kalau janji dia mau bayar utang negara?"
"Lho perusahannya saja, harus bayar utang triliunan. Diwajibkan mencicil 20 tahun sampai karyawannya gak dibayar gajinya. Gimana mau mikirin utang negara?"
Begini, bro. Kita punya Sandiaga Uno. Dia baru saja diangkat jadi ulama oleh PKS. Nah, keulamaan Sandi bisa kita jajakan ke masyarakat. Masyarakat kita suka sama sosok yang agamis. Sandi pasti cocok kita kampanyekan.
"Tapi Sandi suka pakai lipsbalm. Suka joget. Mana ada ulama kelakuannya kemayu begitu."
"Sandi sukses bikin OK-OCE."
"Baca berita, bro. Gerai Ok-Oce banyak yang bangkrut. Peserta Ok-Oce pada mengeluh karena gak serius diurus Pemda. Singkatnya Ok-Oce itu program gagal. Masa kita mau kampanyekan program yang gagal."
"Terus apa dong, yang mau kita kampanyekan? Yang ini gagal. Yang itu gak bagus. Yang ini gak ada prestasinya. Lantas kita mau ngapain?"
"Ya, satu-satunya cara adalah dengan menutupi kegagalan itu."
"Caranya?"
"Serang saja Jokowi. Biar mereka gak sempat membicarakan keberhasilan pemerintah. Kalau kita gak menyerang, tim mereka akan leluasa memaparkan keberhasilan pemerintah. Itu akan merepotkan kita."
"Gimana cara menyerangnya?"
"Bilang saja hidup makin susah dan harga-harga mahal."
"Tapi kita hidup biasa saja. Harga-harga di pasar juga gak naik."
"Antum bisa gak pura-pura susah? Anggap saja antum sekarang gak bisa beli sembako. Semua harga pada naik."
"Kalaupun kenyataanya harga-harga gak naik"
"Ya, pura-pura susahlah. Bilang aja Indonesia sedang berduka. Semua susah. Tempe mahal. Telor maha. Mercy mahal. Ekonomi sulit"
"Padahal harta Mr. P naik ratusan milyar. Harta Sandi juga naik. Itu tandanya ekonomi kita baik-baik saja."
"Eh, ana bilangin ya. Antum ini kebanyakan mikir. Kalau mau jadi tim kampanye Bosan gak usah banyak mikir. Kalau terlaku banyak mikir dan melihat kenyataan antum bisa-bisa pindah haluan jadi pendukung Jokowi. Berhentilah berfikir."
"Jadi gak boleh mikir?"
"Gak usah. Mikir itu hanya untuk mereka yang punya otak. Bukan buat kita. Biarin saja pendukung Jokowi yang mikir. Kita mah, gak usah."
"Jadi kita harus kayak orang kesurupan ya akhi, gak boleh mikir?"
"Iya, kayak Zombie. Gak usah banyak mikir."
"Ngomong-ngomong, kenapa zombie kalau menyerang orang selalu rame-rame? Antum tahu, kenapa?"
"Gak!"
"Kalau nyerang sendirian namanya Zomblo."
"Sssttt... Udah dibilangin gak usah mikir. Malah menghina Capres. Jujur deh, antum sebetulnya dukung siapa sih? "
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews