Berhentilah Berfikir, Akhi!

Minggu, 23 September 2018 | 10:57 WIB
0
660
Berhentilah Berfikir, Akhi!

Sepertinya kita gak bisa memanfaatkan lambang tauhid lagi dengan jari telunjuk ke atas," ujar seorang pendukung Mr. P.

"Kenapa, akhi?"

"Jokowi mendapat nomor urut 1," jawab mereka pusing.

"Tapi kita tetap gunakan jargon agama. Kalau gak menggunakan jargon agama, kita susah untuk mengambil suara rakyat. Coba antum fikirin apa prestasi Mr. P yang bisa kita andalkan?"

"Dia tentara?"

"Gak bisa, dia pernah dipecat."

"Dia gagah!"

"Masa sih? Dia jauh lebih tua dari Jokowi. Gagah apanya?"

"Gimana kalau janji dia mau bayar utang negara?"

"Lho perusahannya saja, harus bayar utang triliunan. Diwajibkan mencicil 20 tahun sampai karyawannya gak dibayar gajinya. Gimana mau mikirin utang negara?"

Begini, bro. Kita punya Sandiaga Uno. Dia baru saja diangkat jadi ulama oleh PKS. Nah, keulamaan Sandi bisa kita jajakan ke masyarakat. Masyarakat kita suka sama sosok yang agamis. Sandi pasti cocok kita kampanyekan.

"Tapi Sandi suka pakai lipsbalm. Suka joget. Mana ada ulama kelakuannya kemayu begitu."

"Sandi sukses bikin OK-OCE."

"Baca berita, bro. Gerai Ok-Oce banyak yang bangkrut. Peserta Ok-Oce pada mengeluh karena gak serius diurus Pemda. Singkatnya Ok-Oce itu program gagal. Masa kita mau kampanyekan program yang gagal."

"Terus apa dong, yang mau kita kampanyekan? Yang ini gagal. Yang itu gak bagus. Yang ini gak ada prestasinya. Lantas kita mau ngapain?"

"Ya, satu-satunya cara adalah dengan menutupi kegagalan itu."

"Caranya?"

"Serang saja Jokowi. Biar mereka gak sempat membicarakan keberhasilan pemerintah. Kalau kita gak menyerang, tim mereka akan leluasa memaparkan keberhasilan pemerintah. Itu akan merepotkan kita."

"Gimana cara menyerangnya?"

"Bilang saja hidup makin susah dan harga-harga mahal."

"Tapi kita hidup biasa saja. Harga-harga di pasar juga gak naik."

"Antum bisa gak pura-pura susah? Anggap saja antum sekarang gak bisa beli sembako. Semua harga pada naik."

"Kalaupun kenyataanya harga-harga gak naik"

"Ya, pura-pura susahlah. Bilang aja Indonesia sedang berduka. Semua susah. Tempe mahal. Telor maha. Mercy mahal. Ekonomi sulit"

"Padahal harta Mr. P naik ratusan milyar. Harta Sandi juga naik. Itu tandanya ekonomi kita baik-baik saja."

"Eh, ana bilangin ya. Antum ini kebanyakan mikir. Kalau mau jadi tim kampanye Bosan gak usah banyak mikir. Kalau terlaku banyak mikir dan melihat kenyataan antum bisa-bisa pindah haluan jadi pendukung Jokowi. Berhentilah berfikir."

"Jadi gak boleh mikir?"

"Gak usah. Mikir itu hanya untuk mereka yang punya otak. Bukan buat kita. Biarin saja pendukung Jokowi yang mikir. Kita mah, gak usah."

"Jadi kita harus kayak orang kesurupan ya akhi, gak boleh mikir?"

"Iya, kayak Zombie. Gak usah banyak mikir."

"Ngomong-ngomong, kenapa zombie kalau menyerang orang selalu rame-rame? Antum tahu, kenapa?"

"Gak!"

"Kalau nyerang sendirian namanya Zomblo."

"Sssttt... Udah dibilangin gak usah mikir. Malah menghina Capres. Jujur deh, antum sebetulnya dukung siapa sih? "

***