Orang-orang yang mengaku ulama ngumpul, Juli 2018. Di Balroom Hotel Peninsula Slipi, mereka salah satunya merumuskan siapa Capres dan Cawapres yang dianggap sesuai keinginan 'tuhan'. Maklum. Mereka yang berkumpul itu semua ngaku ulama. Jadi kalau dari kumpal-kumpul itu keluar sebuah kesimpulan, sudah dapat dipastikan kesimpulan itu adalah dekat-dekat dengan kemauan 'tuhan'
Coba perhatikan rekomendasi mereka. Di sana sini mengutip hadist dan ayat Al Quran. Di sana sini bertebaran hujjah agama. Luar biasa.
Salah satu kesimpulannya, mendukung Prabowo sebagai Capres. Kedua, mendukung Salim Segaf dan Somad sebagai Cawapres. Inilah kesimpulan yang dekat dengan keinginan 'tuhan' menurut mereka. Soalnya untuk memutuskan hal itu mereka yang mengaku ulama harus berembug, berfikir, bertafakur, berdoa gak putus-putus. Gimana gak hebat?
Tapi rupanya Prabowo gak sreg dengan hasil itu. Dia lebih memilih Sandiaga Uno sebagai Cawapres. Somad dam Salim Segaf hasil perenungan ulama dianggap angin lalu.
Ulama 212 boleh merumuskan kenginan 'tuhan' dengan menggelar Ijtima. Mereka boleh yakin bahwa kesimpulan tersebut mereka ambil dengan dengan susah payah. Wong, semua daya upaya itu tujuannya mau merumuskan keinginan 'tuhan' tentang siapa yang yang harus didukung sebagai Capres dan Cawapres.
Tapi sehebat-hebatnya keinginan 'tuhan' yang sudah dirumuskan dalam Ijtima Ulama itu, ternyata harus mengalah dengan keputusan Prabowo.
Entah bagaimana sikap 'tuhan' sesungguhnya. Yang pasti posisi Prabowo lebih menentukan.
Ulama bingung. Bagaimana cara mereka menyesuaikan keinginan 'tuhan' dengan keinginan Prabowo. Siapa yang harus dikalahkan jika keduanya bertentangan?
Gampang. Bikin saja Ijitma Ulama revisi. Tujuannya agar para ulama itu bisa menundukan keinginan 'tuhan' sehingga bisa sesuai dengan keinginan Prabowo.
Lalu mereka menggelar Ijtima Ulama kedua. Lalu 'tuhan' dipaksa mengalah. Maka salah satu hasil Ijtima Ulama II adalah mendukung Sandiaga Uno sebagai Cawapres. Nama Somad dan Salim Segaf tidak disebut lagi. Beres. Para ulama itu yakin, keinginan 'tuhan' gampang direvisi. Yang susah itu merevisi keinginan Prabowo.
Maka untuk mendukung Prabowo dan Sandi sebagai Capres dan Cawapres, dicarilah hadist dan ayat yang mendukung. Hadist dan ayat yang dulu digunakan untuk mendukung Somad dan Salim Segaf dianggap kurang sesuai dengan kepentingan politik Prabowo. Hujjah kitab suci harus mengikuti Capres, bukan sebaliknya.
Yang menjengkelkan di tengah acara Ijtima Ulama II, ada spanduk HTI yang mendukung Prabowo sebagai Capres. Padahal kita tahu, HTI ini sudah resmi jadi organisasi terlarang. Derajatnya sama seperti PKI. Sama-sama bertujuan merombak Pancasila.
Katakanlah hasil Ijtima Ulama I gak sesuai dengan kemauan Prabowo. Dia gak milih Somad atau Salim Segaf. Pilihannya malah Sandiaga.
Kalau tetiba Prabowo berubah lagi gimana? Misalnya gak jadi milih Sandi sebagai Cawapres?
"Ya, bikin Ijtima Ulama lagi. Kok, repot amat. Kalau soal 'tuhan' mah, bisa cingcai-lah," celetuk Abu Kumkum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews