Dua jenis emak-emak di Indonesia. Emak-emak tangguh yang terus memutar otaknya dan berusaha menyelesaikan masalah tanpa banyak mengeluh. Emak-emak jenis ini mandiri, bisa menjadi sandaran anak-anaknya. Gak bikin lakinya jadi koruptor.
Dia adalah CEO di rumah. Dia juga mengelola keuangan yang handal. Semua persoalan beres di tangannya.
Ketika harga telur sedang tidak bersahabat mereka memilih jenis makanan lain. Tempe atau pecel mungkin diolah jadi makanan enak. Dia yakin, nanti juga harga telur normal lagi. Gak masalah.
Uang belanja dari suaminya bisa diolah dengan tangkas. Jika agak mepet, dia memilih membuat kue atau goreng pisang sebagai pengganti jajan anaknya. Bisa juga ketimus. Lebih hemat dan sehat.
Kalau bayar listrik agak mahal, dia memilih untuk mematikan lampu ketika malam. Ketimbang ikut senam Zumba yang iurannya lumayan, lebih baik bantuin si mbak ngepel. Sama saja, toh?
Ada juga jenis emak-emak pengeluh. Kerjanya selalu mengeluhkan keadaan. Uang belanja berapapun selalu kurang. Bukan karena harga-harga mahal. Tetapi memang karena kemampuannya mengelola duit yang kacau balau.
Emak-emak model begini bikin kepala lakinya pusing tujuh keliling. Uang belanja berapapun gak pernah cukup. Otaknya tidak terlatih untuk mencari jalan alternatif. Kalau anaknya minta jajan sementara duitnya sudah terpakai buat bayar arisan, ngomelnya lebih panjang dari rel kereta.
Bayar listrik mahal, dia mengeluh. Padahal saban hari tidur dengan TV menyala karena hobinya nonton sinetron, ganteng-ganteng Srimulat. Maunya kulkas dua pintu, ketika bayar listrik melonjak, yang disalahkan pemerintah.
Kalau belanja ke tukang sayur nawarnya bisa membuat penjual masuk ICU. Beli bawang seribu, minta tambahnya dua raup. Kalau beli baju di ITC, semua model mau dilihat dan dicoba. Ujung-ujungnya gak jadi beli.
Emak-emak tangguh, biasanya lebih santai hidupnya. Harga dolar naik, ok. "Tapi harga di pasar biasa saja. Terus kenapa?"
Emak-emak pengeluh, hidupnya berangasan. Harga dolar naik, dia teriak-teriak kebakaran kutang. Merasa dunia bakal kiamat. "Kalau Presiden kita islami kayak Erdogan, ekonomi akan stabil. Dolar gak akan naik," pekiknya.
Jika saja dia teriak seperti itu di alun-alun Istanbul, pasti mulutnya sudah dicabein sama Erdogan.
Emak-emak tangguh, mengidolakan Sri Mulyani atau Susi Pudjiastuti.
Emak-emak pengeluh mengidolakan Neno Warisman atau Ratna Sarumpaet.
Emak-emak tangguh suka melihat kemesraan Jokowi dan istrinya.
Emak-emak pengeluh membanggakan keakraban Prabowo dengan kudanya.
Emak-emak tangguh suka mendongeng untuk mengantar tidur anaknya.
Emak-emak pengeluh suka mengancam kalau anaknya gak mau tidur. "Cepetan tidur, nanti diculik Kampret, loh"
Emak-emak tangguh menyanyikan nina bobok buat bayinya. Kadang juga menyenandungkan shalawat.
Emak-emak pengeluh memilih lagu Bang Toyib yang gak pulang-pulang.
"Kok, bang Toyib gak pulang-pulang. Emang dia kemana, mak?" tanya anaknya.
"Umroh!" jawabnya ketus.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews