Jokowi Lebih Diuntungkan, Tim Sukses Prabowo Tidak Canggih!

Rabu, 29 Agustus 2018 | 22:00 WIB
0
727
Jokowi Lebih Diuntungkan, Tim Sukses Prabowo Tidak Canggih!

Sejak jauh-jauh hari, mantan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah mengkritik tim sukses Prabowo Subianto, yang dianggapnya tidak canggih (Tempo.co 24/07/2018) yang akan menghadapi Presiden petahana Joko Widodo atau Jokowi.

Menurut Fahri Hamzah yang juga Wakil Ketua DPR RI ini, dengan kondisi tim sukses Prabowo yang tidak canggih, Jokowi bakal diuntungkan. Sebab, Sebagai calon presiden inkumben, Jokowi memiliki banyak sumber daya, termasuk data yang siap diadu.

Apa yang dikatakan Fahri Hamzah sangat beralasan.  Di kontestasi Pilpres 2014 saja, dimana kedua calon yang sama-sama bukan presiden inkumben, keduanya tidak memiliki tim sukses secanggih yang dimiliki Jokowi saat ini.

Saat itu, "pertempuran" antara Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK lebih banyak memanfaatkan track record masing-masing pasangan. Dalam hal ini, Jokowi-JK lebih diuntungkan dengan pengalaman Jokowi, baik sebagai Gubernur DKI Jakarta maupun Walikota Solo, sedikit banyak membuat rakyat mempercayainya. Begitu juga Jusuf Kalla (JK), pengalamannya sebagai Wapres cukup diandalkan,termasuk kemampuannya mendamaikan masyarakat di Aceh dan Maluku.

Oleh karena itu, apa yang terjadi di masa kampanye Pilpres 2014 lalu, pasangan Jokowi-JK kerap mendapat serangan kampanye hitam (black campaign) yang datang secara bertubi-tubi. Mulai dari selebaran di tempat-tempat ibadah dan media sosial. Bahkan, saat itu muncul penerbitan 'Obor Rakyat' berbentuk tabloid, yang kontennya cenderung 'menjatuhkan' nama Jokowi.

Secara resmi Tabloid Obor Rakyat memang bukanlah tabloid yang diterbitkan oleh Tim Sukses Prabowo-Hatta, namun isi dan kontennya yang cenderung menjatuhkan Jokowi, bisa diduga berasal dari "Tim Siluman"  Koalisi Merah Putih-nya Prabowo-Hatta. Hal itu pernah diutarakan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy yang ketika itu sebagai Sekjen PPP, dimana partainya merupakan bagian dari KMP (Kompas.com, 13/04/2018).

Dalam menghadapi Pilpres 2019, kubu oposisi menggelorakan #2019GantiPresiden.

Dalam beberapa kesempatan, Fahri Hamzah menilai gerakan #2019GantiPresiden sudah membuat resah kubu petahana. Fahri  menganggap PKS tak bisa menggerakkan #2019GantiPresiden, meskipun ada nama-nama Mardani Ali Sera dan juga Neno Warisman. Salah satunya karena persoalan internal PKS yang menyebabkan kader pecah dan tak solid (Viva.co.id, 27/07/2018).

Jika di Pilpres 2014 lalu, Jokowi-JK diserang dengan "Obor Rakyat", kini serangan ke Jokowi-Ma'ruf Amin datang dari  #2019GantiPresiden.

Ada hal yang perlu dilakukan Jokowi, bukalah mata rakyat, pastikan rakyat melihat apa yang telah dilakukan Jokowi dengan "Nawa Cita"-nya yang begitu dirasakan rakyat hingga ke pelosok. Pembangunan yang tidak sekadar Jawa Sentris, membuka mata rakyat bahwa Jokowi tidak hanya membangun Jawa, seperti yang selama ini terjadi.

Wajar saja jika banyak dukungan kepada Jokowi untuk melanjutkan ke periode keduanya datang dari kepala daerah atau gubernur yang bukan berasal dari partai pendukung Jokowi. Nama-nama, seperti Tuan Guru Bajang dari NTB, Iwan Prayitno dari Sumatera Barat, Pakde Karwo dari Jawa Timur, atau Gubernur Terpilih Papua Lukas Enembe, yang tak lain Ketua DPD Partai Demokrat Papua.

Karena apa yang telah terjadi di daerah, rakyat di daerah sudah merasakan semuanya. Kemajuan itu memang ada, dan dapat dirasakan.  Jangan karena ingin mendapatkan kekuasaan, lantas harus menghentikan segalanya yang sudah dibangun untuk rakyat.

Rakyat tidak bodoh untuk mengartikan makna di balik gerakan #2019GantiPresiden.

***