Sejak jauh-jauh hari, mantan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah mengkritik tim sukses Prabowo Subianto, yang dianggapnya tidak canggih (Tempo.co 24/07/2018) yang akan menghadapi Presiden petahana Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut Fahri Hamzah yang juga Wakil Ketua DPR RI ini, dengan kondisi tim sukses Prabowo yang tidak canggih, Jokowi bakal diuntungkan. Sebab, Sebagai calon presiden inkumben, Jokowi memiliki banyak sumber daya, termasuk data yang siap diadu.
Apa yang dikatakan Fahri Hamzah sangat beralasan. Di kontestasi Pilpres 2014 saja, dimana kedua calon yang sama-sama bukan presiden inkumben, keduanya tidak memiliki tim sukses secanggih yang dimiliki Jokowi saat ini.
Saat itu, "pertempuran" antara Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK lebih banyak memanfaatkan track record masing-masing pasangan. Dalam hal ini, Jokowi-JK lebih diuntungkan dengan pengalaman Jokowi, baik sebagai Gubernur DKI Jakarta maupun Walikota Solo, sedikit banyak membuat rakyat mempercayainya. Begitu juga Jusuf Kalla (JK), pengalamannya sebagai Wapres cukup diandalkan,termasuk kemampuannya mendamaikan masyarakat di Aceh dan Maluku.
Oleh karena itu, apa yang terjadi di masa kampanye Pilpres 2014 lalu, pasangan Jokowi-JK kerap mendapat serangan kampanye hitam (black campaign) yang datang secara bertubi-tubi. Mulai dari selebaran di tempat-tempat ibadah dan media sosial. Bahkan, saat itu muncul penerbitan 'Obor Rakyat' berbentuk tabloid, yang kontennya cenderung 'menjatuhkan' nama Jokowi.
Secara resmi Tabloid Obor Rakyat memang bukanlah tabloid yang diterbitkan oleh Tim Sukses Prabowo-Hatta, namun isi dan kontennya yang cenderung menjatuhkan Jokowi, bisa diduga berasal dari "Tim Siluman" Koalisi Merah Putih-nya Prabowo-Hatta. Hal itu pernah diutarakan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy yang ketika itu sebagai Sekjen PPP, dimana partainya merupakan bagian dari KMP (Kompas.com, 13/04/2018).
Dalam menghadapi Pilpres 2019, kubu oposisi menggelorakan #2019GantiPresiden.
Dalam beberapa kesempatan, Fahri Hamzah menilai gerakan #2019GantiPresiden sudah membuat resah kubu petahana. Fahri menganggap PKS tak bisa menggerakkan #2019GantiPresiden, meskipun ada nama-nama Mardani Ali Sera dan juga Neno Warisman. Salah satunya karena persoalan internal PKS yang menyebabkan kader pecah dan tak solid (Viva.co.id, 27/07/2018).
Jika di Pilpres 2014 lalu, Jokowi-JK diserang dengan "Obor Rakyat", kini serangan ke Jokowi-Ma'ruf Amin datang dari #2019GantiPresiden.
Ada hal yang perlu dilakukan Jokowi, bukalah mata rakyat, pastikan rakyat melihat apa yang telah dilakukan Jokowi dengan "Nawa Cita"-nya yang begitu dirasakan rakyat hingga ke pelosok. Pembangunan yang tidak sekadar Jawa Sentris, membuka mata rakyat bahwa Jokowi tidak hanya membangun Jawa, seperti yang selama ini terjadi.
Wajar saja jika banyak dukungan kepada Jokowi untuk melanjutkan ke periode keduanya datang dari kepala daerah atau gubernur yang bukan berasal dari partai pendukung Jokowi. Nama-nama, seperti Tuan Guru Bajang dari NTB, Iwan Prayitno dari Sumatera Barat, Pakde Karwo dari Jawa Timur, atau Gubernur Terpilih Papua Lukas Enembe, yang tak lain Ketua DPD Partai Demokrat Papua.
Karena apa yang telah terjadi di daerah, rakyat di daerah sudah merasakan semuanya. Kemajuan itu memang ada, dan dapat dirasakan. Jangan karena ingin mendapatkan kekuasaan, lantas harus menghentikan segalanya yang sudah dibangun untuk rakyat.
Rakyat tidak bodoh untuk mengartikan makna di balik gerakan #2019GantiPresiden.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews