Ingat karnaval TK Kartika V-69 Probolinggo, Jawa Timur, menyambut perayaan kemerdekaan Republik Indonesia beberapa waktu lalu? Videonya viral dan mengundang kritik netizen, karena menyandangi anak-anak TK begitu rupa.
PCNU Probolinggo menganggap hal itu tak layak. Bahkan Khatib Aam PBNU, Yahya Cholil Stacuf, mengatakan bentuk aktivitas anak-anak dalam karnaval itu, tak bisa lain disebutnya mengajarkan faham radikalisme.
Tapi apa yang dilakukan Polres Kota Probolinggo, justeru akan mencari tahu yang pertama kali mengunggah potongan video pawai anak-anak TK binaan Kodim 0820 Probolinggo. Kapolres Probolinggo menyatakan hendak memburu pengunggah videonya. Pihak kepolisian agaknya tersinggung, penggungahan video itu menampol wibawa. Yeny Wahid, anak Gus Dur, tepok jidat nggak paham mengenai rencana perburuan itu.
Senyampang itu, tiba-tiba datang Mendikbud Muhadjir Effendy ke TK tersebut. "Kami beri bantuan berupa uang sebesar Rp25 juta, untuk TK V-69, supaya dipergunakan untuk keperluan sekolah, khususnya anak yang kurang mampu," kata Muhadjir saat saat mengunjungi TK Kartika V-69, Ahad 19 Agustus 2018.
Menurut Muhadjir, pawai siswa TK dengan mengenakan cadar hitam dan memegang replika senjata, bukanlah masalah besar. Baginya, substansi pawai tetap bagus, karena bertema perjuangan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia. "Itu hanya kebetulan saja, dan tidak terpikir dampaknya seperti ini," katanya enteng.
Jadi, gimana nih? Bonar Tigor Naispospos, dari Setara Institute, mengatakan kasus-kasus berkait penistaan agama, dan radikalisme, cenderung tak akan ditangani, kecuali merugikan pejabat dan aparat negara, dan apalagi menjelang Pemilu.
Sementara itu, ormas agama, kyai atau ulama, justeru lagi lebih sibuk urusan capres-mencapres. Sampai-sampai soal beda kepentingan, ketua PBNU mengklaim Mahfud MD bukan kader NU. Tapi pada Prabowo Subianto dijanjikan kartu NU, bahkan Hari Tanoe sudah punya kartu NU. Dahsyatnya NU, Cak Imin bisa mengatakan pemberian kartu NU pada Prabowo, cuma simbolik. Pemberian simbolik itu apa maknanya? Satu diberi kartu, maka seluruh pemujanya otomatis NU, atau gimana?
Di depan Prabowo, Ketua PBNU mengatakan akan netral tak berpolitik praktis, seperti juga digembar-gemborkan Yenny Wahid, salah satu pengurus PBNU. Namun Cak Imin menyatakan warga NU akan memenangkan capres yang ada NU-nya. Lha tapi, lip-service pada Prabowo maknanya apa?
Manusia sempurna berdiri dengan dua kaki. Misal sekali berdiri bisa memenangkan Jokowi, tapi bisa juga sekaligus memenangkan Prabowo, yang punya kartu NU dan cawapresnya santri Post-Islamisme!
Kasihan ya? Mau-maunya agama dipakai hanya untuk gimmick politik. Makanya ada yang dapet duit, ada juga yang dengan ancaman UU-ITE, diburu bak penjahat. Untung Jokowi pakai stuntman?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews