Hanya Untungkan PKS, Usulan Ijtima Ulama Berpotensi Jadi Bonsai

Rabu, 1 Agustus 2018 | 12:05 WIB
0
544
Hanya Untungkan PKS, Usulan Ijtima Ulama Berpotensi Jadi Bonsai

Mention atau menyebut nama di dunia nyata ternyata jauh penting dibanding dunia maya. Gara-gara nama Yusril Ihza Mahendra dan Zulkifli Hasan tidak disebut-sebut dalam rekomendasi Ijtima Ulama, maka mutung-lah kedua politikus itu.

Penolakan kedua politikus papan atas yang masing-masing memimpin partai politik itu berpotensi "dibonsai", dikerdilkan atau bahkan diabaikan. Persoalannya, hanya varian pasangan Prabowo-Abdul Somad dan Prabowo-Aljufri saja yang disebut dalam rekomendasi itu.

Kalau Yusril dari PBB dan Zulkifli dari PAN kecewa dan mungkin balik badan, tidak demikian PKS. Tentu saja para petinggi yang dulunya disebut partai dakwah itu sumringah karena nama kadernya, Salim Segaf Al Jufri disebut alias di-mention dalam rekomendasi itu.

Hasil keputusan Ijtima' Ulama merekomendasikan dua nama untuk mendampingi Prabowo sebagai capres, yaitu Salim Segaf Aljufri dan ustadz yang lagi naik daun, yaitu Abdul Somad.

Rupanya rekomendasi Ijtima' Ulama ini disambut oleh partai-partai pendukung dengan berbagai komentar.

Karena dalam rekomendasi Ijtima' Ulama tersbebut ada nama Salim Segaf Aljufri yang notabene adalah Ketua Majelis Syuro PKS. Tentu rekomendasi itu menguntungkan PKS karena kadernya masuk dalam rekomendasi untuk mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres.

Dan hasil rekomendasi itulah yang dijadikan posisi tawar PKS kepada Prabowo. Kalau menolak berarti Prabowo menolak hasil rekomendasi Ijtima' Ulama.

Sedangkan partai PBB menolak hasil rekomendasi Ijtima' Ulama. PBB tidak akan mengikuti rekomendasi yang hanya mengasilkan dua nama tersebut. Kenapa PBB menolak hasil Ijtima Ulama? Karena nama Yusril Ihza Mahendra tidak masuk dalam hasil rekomendasi Ijtima' Ulama. Justru PBB berpatokan pada hasil Rakornas PA 212 yang mana nama Yusril masuk dalam rekomendasi untuk menjadi capres atau cawapres.

Belum dari partai PAN,yang nama ketua umumnya Zulkifli Hasan juga tidak masuk dalam hasil rekomendasi Ijtima Ulama. Tentu partai PAN merasa dirugikan atau hanya menjadi suporter saja atau mendukung dari kader partai lain.

Zulkifli Hasan berpendapat PKS jangan memaksakan  atau bersikukuh supaya Probowo  menggunakan hasil rekomendasi Ijtima' Ulama.

"Kita jangan kukuh-kukuhan, capres itu akan memilih pendampingnya dan pada akhirnya capres yang tentukan," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa 31 Juli 2018.

Zulkifli berpendapat lebih baik Prabowo sendiri yang memilih dan menentukan cawapresnya tanpa intervensi atau desakan dari partai pendukung.

Sedangkan partai yang belakangan bergabung yaitu Demokrat, menyerahkan sepenuhnya kepada capresnya yaitu Prabowo untuk memilih cawapresnya.

Tetapi sekalipun nama AHY tidak masuk rekomendasi Ijtima Ulama bukan berarti nama AHY tidak masuk bursa cawapres yang akan menjadi pendamping Prabowo.

Inilah politik, kalau nama kadernya tidak masuk sebagai bursa cawapres sudah pada ribut sendiri di antara partai pendukung.

Hasil rekomendasi Ijtima Ulama, di satu sisi menguntungkan salah satu partai pendukung, karena kadernya masuk sebagai calon, tetapi di satu sisi partai pendukung yang lain tidak harus mengikuti hasil rekomendasi Ijtima Ulama.

Belum apa-apa sudah eker-ekeran dan ribut sendiri-sendiri di antara partai pendukung. Inilah dinamika politik!

Salah rekomendasi juga, mengapa tidak disebut saja varian lainnya seperti Prabowo-Zulkifli, Prabowo-Yusril, Prabowo-AHY, Prabowo-Anies, Prabowo-Amien dan Prabowo- ..... (mohon isi sendiri, capek saiya hehehe...)

***